[caption id="attachment_259" align="aligncenter" width="960"]
Secara moral, lanjut Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan, hanya pesantren yang bisa menyelamatkan generasi muda dari kencenderungan-kecenderungan pendidikan yang merusak. Perilaku yang baik hanya bisa dilakukan dengan pembiasaan secara terus menerus untuk bersikap baik.
“Pembiasaan selama 24 jam dengan pengawasan, pembinaan dan pendampingan terus menerus adalah bentuk pendidikan karakter yang sudah lama dilakukan di pesantren, jauh sebelum isu pendidikan karakter muncul,” tukas koordinator Gerakan “Ayo Mondok” ini.
Sementara itu, KH. Sad Aqil Siroj mengatakan, gerakan Ayo Mondok ini merupakan “action” dari gerakan “Kembali ke Pesantren” yang dicanangkannya sejak Muktamar NU di Makassar 2010 lalu.
“Omong kosong kalau kita ngomong kembali ke khittah kalau tidak kembali ke pesantren. Kembali ke pesantren bisa dalam artian fisik yakni mondok, atau dalam pengertian kembali kepada nilai, akhlaq dan jati diri pesantren,” kata Ketua Umum PBNU 2014 – 2019 ini.
Hadir dalam acara peluncuran Gerakan Nasional “Ayo Mondok” Mantan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang kebetulan juga sebagai Ketua PP RMI, Amin Haedari, Ketua RMI Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozien dan Ketua RMI Jawa Timur KH Reza Ahmad Zahid. (A. Khoirul Anam)