Mengapa hati sangat mendapatkan perhatian al-Qur'an? Jika akal merupakan potensi untuk memahami obyek pengetahuan yang sifatnya indrawi manusia untuk mengetahui hal-hal yang bersifat metafisik (ghaib). Jika kemampuan akal mengantarkan manusia kepada kebenaran pengetahauan yang bersifat nisbi (semu) maka hati dapat mengantarkan manusia kepada pengetahuan dapat mengantarkan manusia kepada pengetahuan hakiki (syahadah).
Oleh sebab itu kematangan spiritual dan kualitas keimanan kepada Allah dituntukan oleh kesehatan hati nurani manusia. Bahkan al-Qur'an mengungkapkan bahwa orang-orang yang dapat menerima peringatan al-Qur'an adalah orang yang memiliki hati yang selamat, ”Inna fî dzalika ladzikra li man kana lahu qalb". Sementara orang-orang yang lemah imannya dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya (fî qulu bihim maradh).
Penyakit-penyakit hati tersebut bisa disebabkan karena kelebihan yang dirasakan pada diri seseorang maupun kekurangan yang dideritanya. Penyakit yang didasarkan pada kelebihan potensi manusia bisa berbentuk kelicikan, keangkuhan, fanatisme,kerakusan dan kikir. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri, iri hati dan lain-lain adalah karena kekurangannya.
Jika penyakit ini berkembang di sebuah, maka kerugian tidak hanya diderita oleh pribadi. Namun juga berimbas pada rusaknya sistem sosial, rubuhnya hukum, maraknya huru-hara serta munculnya anarkhi moral dan anomali sosial.
Seorang yang memiliki ilmu pengetahuan dapat menggunakan ilmu pengetahuannya untuk menipu dan merugikan orang lain. Sementara orang yang tidak memiliki ilmu akan tertipu dan seringkali melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat dan ajaran agama sebab kebodohannya.
Orang yang memiliki kelebihan harta dapat menggunakan hartanya sebagai senjata untuk memenuhi seluruh keinginan syahwat dirinya dan menindas masyarakat yang kurang mampu. Sedangkan orang yang miskin dapat melakukan tindakan pencurian dan perampokan untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu seterusnya jika hati telah sakit.
Oleh sebab itu Rasulullah memperingatkan: "inna fîl jasad muthghah, idzha shaluhat shaluhat al-jasad wa idzha fasadat fasadat al-jasad, ala wahiyal qalb. Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah tersebut sehat maka jasad menjadi sehat, jika segumpah darah tersebut sakit maka tubuh menjadi sakit. Ketahuilah! segumpal darah itu adalah hati."
Untuk menghindari hal tersebut hati harus senantiasa sehat. Kesehatan hati ini hanya dapat dengan cara penempaan secara disiplin dalam sebuah pendidikan yang bersendi pada keimanan. Karena hanya dengan melalui pendidikan yang mengingatkan seseorang kepada Tuhannya hati manusia dapat mencapai ketenangan dan keselamatan sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan (QS Ar-Ra'd [13]: 28). [Red: Anam]
No comments:
Post a Comment