Wednesday, December 7, 2016

Darul Arqam, Universitas Rasulullah yang Pertama

naik-ontaRasulullah SAW adalah seorang Nabi yang Ummi, namun Beliau dikarunia kecerdasan yang luar biasa oleh Allah SWT. Selain itu Rasulullah juga adalah seorang pendidik yang sangat hebat. Terbukti kemudian, anak-anak didiknya tumbuh menjadi orang-orang yang hebat.

Rasulullah menanamkan pendidikanya kepada para pengikutnya, mula-mula secara terbatas dan sembunyi-sembunyi di Makkah. Setelah hijrah ke Madinah Rasulullah pertama kali memusatkan pendidikan untuk para sahabatnya di rumah (dar) Arqam, seorang sahabat Ansor. Karena itulah Darul Arqom (rumah Arqom) sering disebut-sebut sebagai universitas Rasulullah yang pertama.

Namun tentu saja Rasullullah tidak lantas membatasi pengajaran dan pendidikannya hanya pada rumah Arqom saja. Beliau juga senantiasa mengajarkan ilmu-ilmu dan keteladananya di manapun, bahkan ketika sedang berboncengan kendaraan sekalipun (naik onta berdua). Hingga pada suatu ketika Rasulullah sedang berboncengan berdua di atas kendaraannya dengan sahabat Ibnu Abbas yang adalah keponakannya.

Maka bersabdalah Rasulullah SAW,

 يَا غُلَامُ ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ


"Wahai ananda, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat, Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu." (HR Tirmidzi)

Mendengar sabda yang demikian maka sahabat yang bernama lengkap Abdullah bin Abbas ini pun terdiam khusyuk mendengarkan.

Menyaksikan ketertegunan keponakannya, lalu Rasulullah melanjutkan pelajarannya mengenai perkara-perkara tauhid (keyakinan seorang hamba kepada Tuhannya) ini.

Rasulullah bersabda, "Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran." (HR Tirmidzi)

Demikianlah bagaimana Rasulullah memberikan pengajaran dan pendidikannya hanya kepada para muridnya. [Red: Anam]

Enam Strategi Meningkatkan Mutu Madrasah

[caption id="attachment_2637" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi Foto ilustrasi[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Hasil penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag (2016) yang dilakukan di tiga Madrasah Tsanawiyah (MTs) yaitu MTsN 2 Bandar Lampung, MTs Al Hikmah dan MTsN Bukit Raya Pekanbaru menemukan enam strategi peningkatan mutu pendidikan di madrasah.

Pertama, pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered). Strategi ini lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa yang menekankan pada keaktifan belajar murid, bukan pada keaktifan mengajar guru.

Kedua, pengelolaan kesiswaan yang berfokus pada pelayanan terhadap peserta didik agar mereka berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran dan sekaligus dapat memberi harapan semua pihak.

Ketiga, pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan. Pengelolaan ketenagaan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien guna mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

Keempat, pengelolaan sarana prasarana, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa madrasah yang paling mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana, baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemuktahirannya, terutama sarana dan prasarana yang sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar secara langsung.

Terkait penyediaan sarana prasarana di tiga MTs, dimana MTsN 2 Bandar Lampung, MTs Al Hikmah dan MTsN Bukit Raya Pekanbaru telah menyediakan beragam fasilitas penunjang peningkatan mutu pendidikan diantaranya mulai dari penyediaan ruangan belajar, kantor kepala, TU dan guru, laboratorium komputer, laboratorium IPA, laboratorium bahasa, gedung olahraga, lapangan upacara, ruang Bimbingan Konseling, ruang UKS/M, sangar pramuka, sanggar seni, perpustakaan, masjid, tempat parkir, pos keamanan, pagar.

Kelima, pengelolaan pembiayaan. Keuangan di madrasah merupakan bagian yang amat penting karena setiap kegiatan membutuhkan dana. Madrasah juga harus diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.

MTsN 2 Bandar Lampung dan MtsN Bukit Raya dana yang digunakan selain adari Bantuan Operasional Sekolah (BOS), juga dari para donatur, keterlibatan orang tua, juga bantuan dana dari Pemda dan lembaga DPRD. Sedangkan MTs Al-Hikmah Bandar Lampung, dana banyak berasal dari kharismatik Kyai pesantren Al-Hikmah Bandar Lampung yang membuat masyarakat mau membrikan sumbangan dana untuk peningktan mutu madrasah.

Keenam, output yang diharapkan. Madrasah harus memiliki output yang diharapkan. Output madrasah adalah prestasi madrasah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di madrasah. Output madrasah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan output berupa prestasi non akademik (non academic achievement).

Terkait output yang prestasi di madrasah, tiga MTs yang telah diteliti memiliki peserta didik yang mumpuni di bidang akademik, dimana peserta didik telah mendapat NEM yang bagus dan meraih berbagai kejuaraan di antaranya kejuaraan olimpiade matematika, fisika, biologi. Begitu pula dengan prestasi nonakademik, dimana ketiga Mts yang diteliti telah memiliki penghargaan mulai dari tingkat nasional, tingkat propinsi dan tingkat kab/kota, misalnya kejuaraan pramuka, PMR, seni tari, Silat, Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).

Sumber: www.nu.or.id

[Red: Fathoni Ahmad]

Tuesday, December 6, 2016

Kreativitas Siswa Madrasah dalam Menghasilkan Inovasi Penelitian

[caption id="attachment_2990" align="aligncenter" width="640"]Siswa MTs Al-Muhtariyah Bandung Barat mempresentasikan inovasi pembelajaran IPA di madrasahnya. (Foto: USAID) Siswa MTs Al-Muhtariyah Bandung Barat mempresentasikan inovasi pembelajaran IPA di madrasahnya. (Foto: USAID)[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama menggelar Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah. Sejumlah inovasi pembelajaran ditampilkan pada event yang bertujuan memberikan inspirasi kepada para pemangku kepentingan di tingkat Kanwil Kemenag Provinsi, Pengawas, dan pengurus Kelompok Kerja Madrasah (KKM) dalam pengembangan pendidikan.

Ada tiga inovasi praktik terbaik yang dipresentasikan dalam kesempatan ini. Pertama, demonstrasi percobaan pembelajaran IPA terkait pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadap volume air yang dikeluarkan oleh tiga siswa MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat.

"Bencana banjir yang sering terjadi di Bandung Barat membuat kami tertarik melakukan percobaan ini. Hipotesis kami adalah tanah yang ditumbuhi tanaman dapat menyerap air dan mencegah terjadinya erosi tanah," kata Zulfikar Eka, salah seorang siswa dalam presentasinya, Kamis (01/12) lalu.

Menurutnya, penelitian dilakukan dengan memanfaatkan tiga botol air minum kemasan ukuran 600 ml yang diberi label A, B, dan C. Bagian tengah botol dibuat lubang berbentuk persegi dengan uukuran 512 cm. Masing-masing botol diisi 500 gr tanah dengan kondisi tutup botol terbuka, namun diberi wadah penampung air.

Botol A hanya diberi tanah tanpa ada tanaman, botol B diberi sedikit tanaman, dan botol C diberi tanaman yang rimbun. Pada botol A, mereka juga memasang alat pendeteksi banjir yang dibuat pada saat pelajaran IPA Fisika.

Setiap botol kemudian disiram air sebanyak 600ml secara bersamaan. Hasilnya, botol C yang diberi tanaman rimbun, mengeluarkan air sebanyak 530 ml, sedangkan botol A dan B tetap mengeluarkan 600 ml air. Air yang dikeluarkan botol C warnanya juga lebih jernih dibanding botol A dan B yang sangat keruh. Botol A juga tampak lebih cepat mengeluarkan air sehingga memenuhi wadah penampung air dan membunyikan alarm alat pendeteksi banjir ketika air mencapai batas tertentu.

"Tanah yang ditumbuhi tanaman rimbun ternyata dapat menyerap air lebih baik dan mencegah terjadinya erosi. Sementara tanah yang tidak ada tanaman maupun hanya sedikit tanaman, volume air yang dikeluarkan sama dengan air yang masuk ke tanah dan tanahnya juga terbawa air sehingga menyebabkan erosi," papar Hilmi Azmi salah satu tim MTs Al Muhtariyah.

"Percobaan ini membuktikan bahwa kita semua harus menjaga kelestarian hutan dan melakukan reboisasi pada tanah-tanah yang gundul agar penyerapan air menjadi lebih baik dan mencegah terjadinya erosi atau tanah longsor," tambahnya disambut tepuk tangan peserta yang hadir.

MTs Al-Mukhtariyah merupakan salah satu madrasah mitra program USAID PRIORITAS, hasil kerja sama Direktorat Pendidikan Madrasah dengan USAID. Selain USAID PRIORITAS, kerjasama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan madrasah ini juga berbentuk program Kemitraan Pendidikan Australia-Indonesia (DFAT), Lesson Study (JICA), Peace Corps, dan English Teaching Assistanship (AMINEF).

Dalam USAID PRIORITAS, para guru, kepala madrasah, dan komite madrasah dilatih dan didampingi dalam menerapkan pembelajaran aktif yang mendorong siswa belajar menggunakan kemampun berpikir tingkat tinggi, mengembangkan budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah.

"Dampaknya, madrasah kami sekarang menjadi madrasah favorit. Tahun 2016 jumlah siswa kami sudah mencapai lebih dari 1500 siswa. Pada lomba Biologi dan Fisika tahun 2015 di tingkat kabupaten, kami juga berhasil meraih juara pertama. Bahkan pada lomba IPA SMP dan MTs di tingkat provinsi tahun 2014, kami berhasil meraih juara pertama," kata Wakil Kepala MTs Al-Muktariyah Ruba Nurzaman yang mendampingi para siswanya pada acara tersebut.

Inovasi lainnya dipamerkan oleh ASN Kankemenag Pasuruan yang berhasil mengembangkan praktik lesson study melalui pemberdayaan KKM. Meski sudah tidak mendapatkan bantuan dari program JICA, program lesson study kelompok kerja madrasah tetap berjalan.

Sedangkan inovasi ketiga adalah praktik implementasi program Aflatoen yang dipresentasikan Aflatoen Indonesia. Program ini konsen soal pendidikan sosial dan finansial. Saat ini, ketika sudah tidak mendapatkan proyek dan dukungan APBN, modul-modul Aflatoen terus dikembangkan di madrasah.

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin mengatakan, praktik terbaik ini sengaja dipresentasikan agar para pemangku kepentingan madrasah dapat memahami dan mendiseminasikan secara massif di daerah masing-masing, baik menggunakan skema pembiayaan APBN atau lainnya.

"Saya berharap praktik yang baik dari program kerjasama peningkatan mutu madrasah yang difasilitasi oleh berbagai lembaga donor dapat terus kita rawat dan diseminasi kepada madrasah-madrasah lainnya. Bahkan dalam waktu dekat Ditjen Pendidikan Islam akan menjalin kerjasama dengan Finlandia dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam," tegas Kamaruddin Amin.

Kepala Seksi Bidang Kerja Sama Kelembagaan Ditpenmad Abdullah Faqih mengatakan, banyak praktik baik yang telah dikembangkan madrasah melalui beragam program. Sayang, banyak di antaranya kemudian ikut mati seiring dengan berhentinya program. Melalui konferensi ini, Kemenag mendorong praktik-praktik yang baik dari USAID PRIORITAS dapat disebarluaskan ke lebih banyak madrasah.

Menurutnya, sejak tahun 2012, USAID PRIORITAS sudah melatih dan mendampingi 290 madrasah mitra, dan lebih dari 3.000 madrasah sudah melakukan diseminasi pelatihan. Tetapi, masih ada sekitar 12.000 madrasah yang belum mendiseminasikan pelatihan USAID PRIORITAS.

"Kita sudah memiliki banyak contoh praktik-praktik baik di madrasah mitra USAID PRIORITAS. Untuk itu kami mendorong Kemenag di provinsi dapat memanfaatkan fasilitator-fasilitator pelatihan USAID PRIORITAS saat melaksanakan pelatihan di daerah masing-masing," katanya.

Pengawas Kemenag Provinsi DKI Jakarta Sastro Jago Harjono mengaku tertarik dengan inovasi yang dipresentasikan. Dia mengatakan, madrasah di Jakarta juga perlu mendapat pelatihan USAID PRIORITAS. "Praktik pembelajaran yang baik ini perlu disebarluaskan ke para guru madrasah di Jakarta. Kami berharap USAID PRIORITAS bisa melatih dan mendampingi madrasah-madrasah di Jakarta," tukasnya.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Sunday, December 4, 2016

MAN 1 Palembang Juara Umum Olimpiade Sains Pelajar Se-Sumsel

[caption id="attachment_2984" align="aligncenter" width="640"]Siswa-siswi MAN 1 Palembang bersama para gurunya. Siswa-siswi MAN 1 Palembang bersama para gurunya.[/caption]

PALEMBANG, PENDIDIKANISLAM.ID - Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Palembang (MANSAPA) berhasil menjadi juara umum dalam Olimpiade Sains tingkat SMA/SMK/MA pada Festival Intelektual Madrasah (FIM). Kompetisi sains ini digelar di MAN Insan Cendekia OKI, Kamis (01/12), dan diikuti puluhan peserta dari SMA/SMK/MA se Sumatera Selatan.

MAN 1 Palembang didaulat sebagai juara umum setelah para siswanya berhasil menjuara 1 pada olimpiade Matematika, Fisika, Kimia, dan Geografi. Selain itu, siswa MANSAPA juga berhasil meraih juara 2 dalam mata pelajaran Ekonomi.

"Syukur allhamdulilah, lagi-lagi siswa-siswi MANSAPA dapat membuat saya bangga dengan mampu raih juara umum dalam olimpiade sains. Dan dapat menjadi tolak ukur bahwa MAN 1 Palembang mampu unggul di bidang akademik maupun non akademik," ujar Kepala MANSAPA Buchari sebagaimana dikutip dari laman web Kemenag Sumatera Selatan, Minggu (04/12).

"Alhamdulillah program unggulan kita dapat dibuktikan lewat Olimpiade Akademik ini dengan 5 siswa kita berhasil menjuarai 5 cabang mata pelajaran dan hanya 1 yang belum berhasil. Kita sangat bersyukur dan bangga karena siswa-siswi MANSAPA dapat menunjukan kemampuan yang mereka miliki serta tidak kalah dengan madrasah lainnya," tambahnya.

Buchari berharap, prestasi ini dapat meningkatkan antusias dan motivasi siswa MANSAPA agar lebih giat belajar sehingga mampu membawa nama harum madrasah di tingkat nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, MANSAPA telah menerapkan 3 Program Unggulan Madrasah, yaitu MAN 1 PALEMBANG Unggul Akademik, Tahfiz, dan Jurnalis. Di bidang tahfiz, siswa MANSAPA setiap harinya dibiasakan membaca Al-Quran sebelum memulai pelajaran (JAM ke-0).

Selain mengejar akademik, para siswa didorong untuk lebih mendalami Al Quran. Dalam program ini, Siswa MANSAPA diharapkan minimal bisa hafal juz 30 beserta Surah Yasin.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Saturday, December 3, 2016

Tips Hafal Qur'an Sejak Dini dari Putri Ustadz Yusuf Mansur

[caption id="attachment_2981" align="aligncenter" width="595"]Wirda Mansur, putri Ustadz Yusuf Mansur. Wirda Mansur, putri Ustadz Yusuf Mansur.[/caption]

COLCHESTER, PENDIDIKANISLAM.ID - Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) Colchester mengadakan seminar bertema "Tips Menghafal Al-Qur’an Sejak Dini dan Mengelola Keuangan dalam Perspektif Islam" dengan narasumber putri Ustadz Yusuf Mansur, Wirda Mansur, remaja berusia 14 tahun yang telah hafal Al-Qur’an (hafidzah).

Selain itu, Murniati Mukhlisin, dosen di Essex Business School (EBS), dan Luqyan Tamanni, kandidat doktor di University of Glasgow, Inggris, juga menjadi nara sumber acara yang berlangsung Sabtu waktu setempat (Ahad WIB).

Pengurus KIBAR Colchester, Zaki Arrobi mengatakan bahwa acara yang berlangsung di Essex Business School Universitas Essex tersebut Wirda Mansur mengisahkan pengalamannya dalam menghafal Al-Quran sejak usia tujuh tahun.

Menurut Wirda, menghafal Al Quran merupakan hasrat hati terbesar dalam hidupnya sehingga tidak pernah merasa ada beban dalam melakukannya. Selain itu, menghafal Al-Qur’an juga akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. "Kalau sudah diniatkan untuk Allah SWT tidak akan merasa capek atau bosan," ujarnya.

Ia mengaku bahwa sejak pukul 03.00 hingga 21.00 menjalani proses menghafal Al-Qur’an. Berkat hafalan Al-Qur’an, ia berhasil menjelajahi berbagai Negara, seperti Hongkong, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura untuk berbagi pengalamannya.

Di masa depan, Wirda bercita-cita menjadi wanita yang memiliki bisnis sendiri, dan tetap menghafal Al-Qur’an. Selama di Inggris Wirda juga mengikuti pelajaran di sekolah dan bahkan sempat berbagi pengalaman mengenai Indonesia.

"Saya juga mengenakan kebaya," ujar gadis yang bercita-cita menjadi pengusaha di bidang jasa layanan jet Pribadi itu.

Mengenai pelajaran sekolah di Inggris, Wirda merasa tidak sulit, bahkan dirasakan bahwa pelajaran matematika di Inggris lebih mudah dibanding di Indonesia.

Membawa nama besar sang ayah sebagai ustadz kondang, bagi Wirda tidak mudah, apalagi dirinya aktif di sosial media selama 24 jam sehingga banyak mendapat sorotan dan tekanan (pressure). "Pressure juga sih," ujarnya.

Ia juga ingin seperti remaja seusianya. Selain itu, dia juga kagum dengan negara Britania Raya karena banyak menemukan masjid ketimbang saat bersekolah di Amerika Serikat.

Sementara itu, Murniati Mukhlisin dan Luqyan Tamanni mengulas berbagai tips praktis mengelola keuangan keluarga dalam perspektif Islam. Pasangan suami istri Indonesia yang tinggal di Inggris itu memberikan pemaparan bagaimana mengelola keuangan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Murniati menyatakan bahwa dalam mengeluarkan uang seorang Muslim hendaknya membuat skala prioritas kebutuhan, seperti mendahulukan untuk membayar utang terlebih dahulu, baru kemudian berzakat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Jadi, harus ada skala prioritas kebutuhan dalam membelanjakan pengeluaran kita agar berkah dan tetap bisa menabung untuk kebutuhan darurat dan investasi," ujar dosen yang aktif di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia.

Kegiatan itu diikuti juga mahasiswa dari Malaysia, Syria dan beberapa negara lain. Acara pun diakhiri makan bersama dengan hidangan khas Indonesia. Zaki Arrobi menambahkan, KIBAR akan terus mengadakan berbagai acara untuk memperkenalkan Indoesia kepada masyarakat di Inggris.

Sumber: Antara

[Red: Fathoni Ahmad]

Friday, December 2, 2016

Tim Jurnalis MAN 1 Yogyakarta Juara Lomba Mading Ekonomi Syariah

[caption id="attachment_2978" align="aligncenter" width="615"]Tim Jurnalis MAN 1 Yogyakarta raih juara Lomba Mading 3 Dimensi. Tim Jurnalis MAN 1 Yogyakarta raih juara Lomba Mading 3 Dimensi.[/caption]

YOGYAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Tim Jurnalis Siswa MAN Yogyakarta I atau Mansa Journalist (MAJOR) berhasil menjuarai Lomba Majalah Dinding (Mading) 3 Dimensi. MAJOR berhasil mengalahkan sejumalh peserta dari SMA, SMK, dan MA lainnya pada kompetisi yang digelar oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (23/11) pekan lalu.

Event ini digelar sebagai bagian dari Syariah Expo #2 pada 22 - 23 November 2016. Selain kompetisi M 3D tingkat SMA se-DIY, pameran yang mengkampayekan produk halal ini menggelar banyak kegiatan, antara lain Expo, Talk Show Ekonomi Kreatif dengan menghadirkan General Manager Bakpiapia Tano Nazoeaggi, dan Lomba Akustik.

Lomba Majalah Dinding 3D ini mengangkat tema Perekonomian Sayriah. Sebagai dewan juri, unsur civitas akdemika,yakni dosen UIN Yogya dan UGM, serta dari unsur mahasiswa.

Dalam lomba ini, 70 persen mading sudah dikerjakan setiap peserta di sekolah masing-masing. Sisanya yang 30 persen di kerjakan di tempat lomba. Aspek penilaian berdasarkan beberapa hal, yaitu: kesesuian isi dengan tema, variasi bentuk, efisiensi biaya yang dikeluarkan. Setiap peserta juga diwajibkan mempresentasikan karyannya di hadapan dewan juri.

Tim Jurnalis MAN Yogyakarta I berhasil meraih juara pertama, disusul SMA Negeri 2 Yogyakarta dan SMK Negeri Yogyakarta 3 sebagai juara kedua dan ketiga.

"Bahan-bahan yang digunakan untuk mengikuti lomba ini, menggunakan barang-barang bekas, sehingga tidak banyak mengeluarkan biaya," terang Pelatih Jurnalistik MAN Yogyakarta I Berta Merriana Saragih, sebagaimana dikutip dari laman web Kanwil DI Yogyakarta, Rabu (30/11).

Menurut sosok yang akrab disapa Kak Etha, Tim Jurnalis MAN Yogyakarta I telah mengangkat tema tentang sejarah perkembangan lembaga perekonomian syariah di Indonesia. Konten mading itu mencakup sejarah terbentuknya bank syariah, kapan bank syariah pertama didirikan di Indonesia, serta apa saja perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.

Materi yang ada dikemas dalam tiga rubrik, yaitu: artikel, opini, dan komik. Sebagai persiapan awal, anggota tim terlebih dahulu melakukan wawancara dengan sejumlah guru ekonomi dan fiqih di MAN Yogyakarta I.

"Ke depan, jurnalistik MAN Yogyakarta 1 diharapkan dapat mengikuti lebih banyak lomba dan mencetak lebih banyak prestasi untuk madrasah," pintanya.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Thursday, December 1, 2016

Shalat Jum’at Pertama di Zaman Rasulullah

masjid-jumatPerintah shalat Jum’at pertama kali turun kepada Rasulullah SAW ketika beliau masih berada di Mekkah, tepatnya ketika sedang bersiap melakukan hijrah ke Madinah.

Diriwayatkan oleh Daruquthni dari Ibnu Abbas, ketika itu kaum Muslimin belum bisa berkumpul di Makkah. Padahal salah satu syarat sah pelaksanaan shalat Jum’at adalah harus dilakukan dengan berjamaah.

Ketika itu masih terjadi ketegangan, disebabkan banyak kaum Quraisy yang belum mengakui Muhammad SAW sebagai Rasul. Situasi sedang tidak aman sehingga shalat Jum’at belum bisa dilaksanakan di Mekkah

Ketika itu Rasulullah mengutus seorang sahabatnya yang bernama Mush’ah bin Umair bin Hasyim yang tinggal di kota Madinah, agar mengajarkan Al-Qur’an pada penduduk kota itu. Namun selain mengajarkan Al-Qur’an, sahabat setia Rasulullah ini juga meminta izin kepada beliau untuk menyelenggarakan ibadah shalat Jum’at. Rasul dengan senang hati mengijinkannya. Jadi, Mush’ah bin Umair bin Hasyim adalah orang yang pertama kali melakukan ibadah ini bersama para sahabat yang telah beriman

Rasulullah sendiri baru bisa melakukan shalat Jum’at setelah beliau hijrah ke Madinah. Beliau tiba di Madinah dari Makkah pada Senin 12 Rabiul Awal dan menetap di Quba sampai hari Kamis. Di Quba’, bersama para sahabatnya beliau mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Mesjid Quba. Kemudian beliau meneruskan perjalanan.

Keesokan harinya atau hari Jum’at, beliau sampai di sebuah lembah yang telah dijadikan masjid. Masjid yang terletak di barat daya Kota Madinah. Inilah lokasi pelaksanaan shalat Jumat pertama kali. Karena itulah masjid ini dinamakan Masjid Jum'at.

Masjid Jum’at ini pernah direnovasi pada masa Khalifah Umar bin Abd al-Aziz dan pada masa Dinasti Abbasiyah, sekitar 155-159 tahun setelah hijrahnya Nabi. Masjid ini juga disebut dengan Masjid Bani Salim, karena terletak di perkampungan Bani Salim.  [Red: Anam]

Majelis Masyayikh, Lembaga Perancang Standarisasi Akademik Ma’had Aly

[caption id="attachment_2972" align="aligncenter" width="625"]Pertemuan Majelis Masyayikh Ma'had Aly di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, Jawa Timur. Pertemuan Majelis Masyayikh Ma'had Aly di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, Jawa Timur.[/caption]

SITUBONDO, PENDIDIKANISLAM.ID - Ma’had Aly terus memperkuat diri dengan membangun sistem berdasarkan masukan-masukan dari para ulama. Sebab itu, Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren mendirikan Majelis Masyayikh.

Majelis Masyayikh Ma’had Aly terdiri dari para kiai dan ulama sebagai perancang dan penjaga standarisasi akademik Ma’had Aly. Upaya ini dilakukan agar tradisi dan keilmuan berbasis pesantren tetap kuat dan terjaga dengan baik.

“Selain sebagai perancang standarisasi akademik, Majelis Masyayikh juga berperan sebagai expert judgement,” ujar Kepala Sub Direktorat Pendidikan Diniyah Kementerian Agama Ahmad Zayadi.

Majelis Masyayikh menggelar pertemuan pertama kali di Pondok Pesantren Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur, Senin (28/11). Ma’had Aly di pesantren tersebut merupakan lembaga pendidikan tinggi tertua di pesantren yang didirikan sejak tahun 1990.

Bahkan, Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah telah mempunyai dua jenjang, Ma’had Aly Marhalah Ula (setara S1) dan Ma’had Aly Marhalah Tsaniyah (setara S2). Namun demikian, Kementerian Agama baru memperkuat sistem Ma’had Aly untuk jenjang S1.

Adapun Jenjang S2 menjadi road map penting bagi Kemenag untuk lebih memperkuat dalam upaya melahirkan kader-kader ulama kokoh dan mumpuni dalam bidang tafaqahu fiddin.

Ke-13 Ma’had Aly yang mempunyai izin operasional Kementerian Agama hadir dalam pertemuan Majelis Masyayikh ini. Adapun di antara Anggota Majelis Masyayikh yang hadir dalam pertemuan tersebut ialah Prof Dr KH Said Agil Husein Al-Munawwar, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, dan KH Afifuddin Muhajir didampingi Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo KHR Azaim Ibrahimy.

Majelis Masyayikh dalam pertemuan tersebut merumuskan pengembangan kurikulum Ma’had Aly. Kurikulum tersebut dikembangkan sesuai dengan distingsi, fokus, atau kekhasan keilmuan menjadi Program Studi di masing-masing Ma’had Aly.

Di antara Program Studi yang berupaya dikembangkan yaitu: Al-Qur’an dan Ilmu Al-Qur’an (Al-Qur’an wa Ulumuhu), Tafsir dan Ilmu Tafsir (At-Tafsir wa Ulumuhu), Hadits dan Ilmu Hadits (Al-Hadits wa Ulumuhu).

Selain itu juga Prodi Fiqih dan Ushul Fiqih (Fiqh wa Ushuluhu), Akidah dan Filsafat Islam (Aqidah Islamiyyah wa Falsafatuha), Tasawuf dan Tarekat (Tasawwuf wa Thariqatuhu), Ilmu Falak (Ilmu Falak), Sejarah dan Peradaban Islam (Tarikh Islamiy wa Tsaqafatuhu), serta Bahasa dan Sastra Arab (Lughah Arabiyyah dan Adabuha).

Dari upaya perumusan pengembangan kurikulum tersebut, Majelis Masyayikh Ma’had Aly akan memberikan rekomendasi sehingga kurikulum yang dirancang mempunyai rumusan lengkap dan komprehensif sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial masyarakat. Karena walau bagaimana pun, sasaran ilmu agama adalah masyarakat sehingga penting memahami perubahan sosial terkini.

[Fathoni Ahmad]

Wednesday, November 30, 2016

“Integrated Curriculum” di MINU Pucang Sidoarjo

[caption id="attachment_2967" align="aligncenter" width="620"]Foto: minupucangsidoarjo.sch.id Foto: minupucangsidoarjo.sch.id[/caption]

Madrasah Ibtidaiyah ini menggunakan kurikulum terpadu atau integrated curriculum sebagai acuannya dengan mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Kementrian Agama (Kemenag), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Cambridge University dan International Baccalaureate Program (IB). Penerapan kurikulum ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, kompetitif di bidang ilmu pengetahuan serta memiliki keagungan akhlak.

Profil madrasah kita kali ini adalah Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Nahdlatul Ulama Cambridge International Examination, atau yang biasa dikenal dengan MINU Pucang yang teletak di Jalan Jenggolo 53 Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki kurikulum yang berbeda dari sekolah MI/SD pada umumnya.

Kepala sekolah MINU Pucang Sidoarjo, M Hamim Thohari mengaku, dengan mengadopsi dan adaptif mana yang sama dengan kurikulum nasional yang lebih tinggi, maka kurikulum itu diadopsi. Kualifikasi tersebut di atas rata-rata Madrasah Ibtidaiyah.

Menurutnya, keempat kurikulum tersebut tidak dimiliki oleh sekolah lainnya di wilayah Sidoarjo. Ada yang menggunakan kurikulum Cambridge University, namun tidak menggunakan kurikulum IB dan hanya di MINU Pucang yang menggunakan empat kurikulum. "Alhamdulillah siswa kami bisa dan mampu menerima semua kurikulum tersebut," tutur Hamim.

Bahasa Pengantar Inggris

Setiap materi pembelajaran selalu menggunakan bahasa Inggris. Tak terkecuali pada saat pembelajaran agama, guru dan siswanya tetap menggunakan bahasa Inggris. Hamim menjelaskan, semua materi yang diberikan kepada siswa, tidak ada yang dikotomi atau dikesampingkan. Semua materi agama atau pun muatan umum, diajarkan sesuai dengan kurikulum yang ada.

"Pada saat pembelajaran, yang menjadi produser atau sutradara adalah pendidiknya. Pada saat di kelas, semuanya kami serahkan kepada dewan gurunya. Rata-rata pendidik di MINU Pucang ini 90 persen guru bahasa Inggris, yakni melalui bimbingan tenaga pendidik yang profesional dengan 56 persen kualifikasi jenjang pendidikan S2. "Kami juga rutin memberikan pelatihan bahasa Inggris kepada dewan guru dan alhamdulillah sampai saat ini tetap berjalan," kata Hamim.

Dalam menyeimbangkan antara ilmu agama dengan umum, Hamim menyatakan bahwa di MINU Pucang Sidoarjo juga menerapkan program intensif Tartil Al-Qur'an dengan target siswa hapal juz 30, 1 dan 2. Pembelajaran tersebut dilakukan secara menyeluruh dengan memadukan unsur Al-Qur'an dan intelektual peserta didik yang berfokus pada pembentukan akhlak dan kemampuan probelm solving.

Di MINU Pucang sendiri, jumlah tenaga pendidiknya sekitar 84 guru. Dari sekian itu, ada 16 guru yang memiliki sertifikasi internasioanl secara mandiri. Sementara jumlah siswanya hingga saat ini sekitar 1706 siswa. Untuk memenuhi kebutuhan belajar mengajarnya, MINU Pucang memiliki ruang kelas sebanyak 32 ruangan dan luas sekolah 3682 meter persegi.

Prestasi Membanggakan

Selain memiliki keunggulan kurikulum, siswa MINU Pucang Sidoarjo juga banyak menorehkan prestasi membanggakan. Tak ayal, banyak tropi maupun piagam penghargaan di dalam almari yang menjadi pusat pemandangan ketika mulai memasuki ruangan. Almari yang memiliki ukuran kurang lebih 2x1,5 meter ini berada di depan pintu masuk menuju ruang kelas.

Adapun prestasi yang pernah diraih oleh siswa MINU Pucang Sidoarjo pada tahun 2014 antara lain, juara I, II dan III tartil LPSI Al-Barokah tingkat Kota Surabaya-Sidoarjo, juara II dan III Pildacil tingkat Kabupaten Sidoarjo. Tahun 2015, juara I Pildacil tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I cerdas cermat matematika tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I cerdas cermat IPA tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I cerdas cermat bahasa Inggris tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I Olimpiade Math Science SSC tingkat Kabupaten Sidoarjo, rangking 5 besar Nasional Math Science Emerald dan masih banyak lagi yang lainnya.

"Alhamdulillah pretasi yang diraih siswa kami dari tahun ke tahun selalu ada dan sangat banyak sekali. Tidak hanya itu, sekolah kami juga sering digunakan untuk study banding dari sekolah maupun Universitas baik yang ada di Sidoarjo maupun dari luar Sidoarjo," terang Hamim. [Moh Kholidun/Anam]

 

Tuesday, November 29, 2016

Lagi, Siswi Madrasah Ini Menang Olimpiade Matematika

olimpiade-matematikaBantul, PendidikanIslam.id - Kholida Nailul Muna kembali mengukir prestasi di bidang matematika. Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Wonokromo Bantul ini baru saja meraih Juara I Olimpiade Matematika DIY Jateng yang digelar di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, Ahad (27/11) kemarin.

Dalam olimpiade yang diikuti 267 pelajar tingkat SMA/SMK dan MA dari DIY dan Jawa Tengah tersebut, Kholida menjadi satu-satunya siswa madrasah di antara lima juara olimpiade ini. Prestasi ini juga sekaligus membuktikan bahwa “Madrasah Memang lebih Baik dan Lebih Baik Madrasah”.

Prestasi ini bukan yang pertama. Sebelumnya ia menjadi juara II olimpiade matematika internasional. Menurut Kholida, setiap mengikuti kompetisi selalu saja ada pengalaman baru yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan, khususnya di bidang matematika.

“Di setiap event pastinya punya tantangan yang berbeda, tingkat kesulitan dan jenis soal juga sering beda. Itulah yang menantang saya untuk bisa mengerjakan soal dengan benar dan teliti,” ungkap Kholida seperti dikutip edupost.id.

Keberhasilan Kholida tak lepas dari bimbingan Pusat Pendidikan Matematika (PPM), Fery Ardian. Tak hanya itu, guru matematika dari MAN Wonokromo, Sapti Wahyuni, juga dengan tekun mendampingi dan melatih Kholida.

Ketua PPM Ami Triono menyebut, prestasi yang dimiliki Kholida memang luar biasa. “Keberhasilan ini merupakan prestasi luar biasa dan hanya terwujud dari usaha serta doa dari semua pihak dan rizki Kholida juga karena juara 2,3,4 dan 5 berasal dari sekolah-sekolah umum,” ungkap Ami. (Red: Anam)

 

Monday, November 28, 2016

Menag Resmi Luncurkan Aplikasi iSantri Digital Corner di Pesantren Situbondo

[caption id="attachment_2961" align="aligncenter" width="640"]Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat peluncuran Aplikasi iSantri di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, Jawa Timur. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat peluncuran Aplikasi iSantri di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, Jawa Timur.[/caption]

SITUBONDO, PENDIDIKANISLAM.ID - Aplikasi iSantri telah diluncurkan, Senin (28/11) di Pondok Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Program pemberdayaan santri melalui perpustakaan digital berbasis media sosial ini merupakan terobosan besar bagi Ma’had Aly dan pesantren secara keseluruhan untuk menjawab tantangan keilmuan di zaman global.

Menteri Agama mengapresiasi langkah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren tersebut. Karena menurutnya, Ma’had Aly di pesantren harus dibangun dan ditunjang dengan fasilitas berbasis teknologi untuk menyebarkan keilmuan yang bersumber dari kitab-kitab karya ulama pesantren kepada masyarakat, terutama santri dan siswa.

“Program digitalisasi ini juga bisa berfungsi untuk menjaga kelestarian karya pesantren dan ulama-ulama klasik untuk menghindari perubahan dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab untuk mengubah substansi,” ujar Lukman usai memberikan sambutan dalam peluncuran tersebut.

Dalam program digitalisasi perpustakaan yang dikuatkan dengan aplikasi di ponsel pintar ini, Kementerian Agama menggandeng Aksaramaya, perusahaan pembuat aplikasi dan ruang digitalisasi pesantren.

CEO Aksaramaya, Sulasmo dalam keterangannya menjelaskan, iSantri dapat diunduh langsung melalui Google Playstore dan Desktop sehingga memudahkan santri, siswa, dan masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.

“Aplikasi iSantri yang berisi buku dan kitab dapat diakses dan dipinjam layaknya ketika kita di perpustakaan,” terang pria yang kerap disapa Lasmo itu.

Tetapi, lanjutnya, layanan ini tidak statis, melainkan bersifat dinamis karena setiap pengguna dapat diketahui sedang membaca buku apa sekaligus bisa sharing antar pembaca terkait dengan substansi kitab maupun buku.

“Jadi persis seperti ketika kita berinteraksi di media sosial,” terang Lasmo.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Dr Mohsen menuturkan, Ma’had Aly di pesantren yang menjadi sasaran program digitalisasi ini perlu dalam dunia kontemporer saat ini.

Sebab menurutnya, kitab karya ulama dan pemikiran santri sangat dibutuhkan untuk memberikan warna Islam moderat berkarakter ramah di dunia maya. Hal ini berangkat dari hiruk-pikuk dunia maya, terutama media sosial yang selama ini dipenuhi oleh informasi yang belum tentu benar, tetapi dengan gampangnya diviralkan.

Dalam kesempatan ini, Kementerian Agama juga menggandeng Perpustakaan Nasional untuk menggerakkan program digitalisasi. Selama ini, Perpustakaan Nasional sendiri telah banyak mendigitalisasikan kitab-kitab kalsik karya ulama-ulama pesantren.

Dalam kegiatan ini pula, Kementerian Agama mengadakan pertemuan Majelis Masyayikh Ma’had Aly. Majelis yang beranggotakan para kiai sepuh ini berperan dalam merancang standar akademik dan kurikulum di Ma’had Aly.

“Majelis Masyayikh ini juga berperan sebagai expert judgement, tim ahli dalam menentukan segala sesuatu yang menjadi ketentuan Ma’had Aly agar tetap pada jalur tradisi dan keilmuan pesantren,” ujar Kasubdit Pendidikan Diniyah Direktorat PD Pontren Kemenag, Ahmad Zayadi.

Hadir dalam kegiatan yang juga dilakukan peluncuran Kartu Indonesia Pintar bagi santri yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KHR Azahim Ibrahimy, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KH Afifuddin Muhajir, Wakil Ketua LBM PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, Ketua Lakpesdam PBNU H Rumadi, Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, dan KH Ahsin Sakho Muhammad.

[Fathoni Ahmad]

Madrasah Favorit dari Balik Bambu

minu-favorit-bojonegoroMadrasah favorit ini terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Jawa Timur, akrab disebut Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum atau MINU Unggulan. Madrasah ini pernah menjadi pilot project sekolah unggulan di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU), didirikan pada tanggal 1 September 1953 Berdasarkan Piagam Pengakuan Kewadjiban Beladjar oleh Kepala Djawatan Pendidikan Agama Nomor : K/II/CIX/7549 pada tanggal 1 April 1960.

Pendirian MINU berawal dari para tokoh sesepuh masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro yang mempunyai pendapat sekaligus keinginan untuk memiliki sebuah sekolahan/tempat pendidikan untuk anak cucu mereka. Pada waktu itu tepatnya pada tahun 1952 dengan dipimpin sesepuh desa mengadakan musyawarah dan menghasilkan keputusan pendirian sekolah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Wadjib Belajar Nahdlatul Ulama (MWBNU).

Saat itu, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sebuah rumah milik warga setempat dengan sarana-prasarana seadanya. Baru beberapa tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1956 karena sekolah semakin diminati masyarakat akhirnya kegiatan pembelajaran dipindah di tempat yang lebih luas di rumah Bapak Muniran, yang lokasinya berada di depan Stasiun Kereta Api Bojonegoro.

Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1960 Sekolah tersebut dipindah lagi dari ke lokasi sdi Jalan Gajah Mada No. 16 Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro. Kala itu, gedung madrasah hanya berupa bambu hasil usaha gotong royong warga Nahdlatul Ulama setempat. Meski demikian, saat ini seiring berjalannya waktu, MINU Unggulan Bojonegoro telah menjadi salah satu sekolah favorit di Bojonegoro.

Bahkan, tahun 2010 lalu, MINU Unggulan termasuk dalam enam sekolah yang dijadikan percontohan di LP Maarif NU Jatim. Selain MINU Unggulan Bojonegoro, ada pula sekolah lain, yakni MINU Al Khairiyah Situbondo, MINU Teratai putra/putri Gresik, MINU Kureksari Sidoarjo, dan SD Islam Bainul Ashar Tulungagung.

MINU Nurul Ulum Bojonegoro awalnya tidak mendapat perhatian dari masyarakat kini menjadi tujuan utama masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Bahkan sebelum pendaftaran siswa baru ditutup, jumlah siswanya sudah melebihi pagu yang ada. Melawan persepsi masyarakat soal biaya, menjadi salah satu alasan MINU Unggulan menjadi sekolah pilihan. Sebab, belajar di sekolah unggulan yang dibangun LP Maarif Jatim memang tidak semahal yang dibayangkan masyarakat pada umumnya. Bahkan, pada praktiknya, biaya justru disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar.

Selain itu juga butuh transparansi dan partisipasi wali murid. MINU Unggulan Bojonegoro memiliki sistem akuntabilitas dan transparansi. Tidak hanya pihak sekolah, wali murid bukan juga diberikan motivasi ikut berpikir dan mendorong sekolah berkembang lebih baik.

Kepala MINU Unggulan Bojonegoro, Abdul Mujib Ridwan mengaku, di lembaga yang dipimpinnya saat ini terdapat 274 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Pembelajaran yang diterapkan ialah program full day school. Dengan ketentuan untuk kelas 1 sampai kelas 3, masuk sekolah pukul 06.50 WIB dan pulangnya pukul 14.00 WIB. Sedangkan kelas 4 sampai kelas 6, masuk pukul 06.50 WIB dan pulangnya pukul 15.30 WIB.

Berbagai Program Ekstra

Selama ini, MINU Unggulan Bojonegoro menerapkan berbagai program rutin tahunan sebagai kegiatan pengembangan peserta didik, wali murid dan pendidik. Khusus untuk siswa dan wali murid, terdapat kegiatan outbond setiap tahun. Kegiatan itu dilaksanakan di lokasi yang strategis untuk pembelajaran di luar ruangan.

Menurut kepala MINU Unggulan Bojonegoro, outbond merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan setiap semester genap. Dengan outbond ini diharapkan para siswa bisa menghilangkan kejenuhan saat belajar di dalam kelas. "Selain itu juga untuk melatih keberanian siswa untuk berpetualang di alam," ujar Mujib.

Lebih lanjut dijelaskan, selain diikuti oleh siswa, para orang tua siswa juga turut serta. Mereka mengikuti kegiatan mulai dengan menyanyikan yel-yel kelompok hingga mengikuti tantangan-tantangan yang disediakan panitia.

"Biasanya khusus untuk para siswa disediakan wahana air dan flying fox, sementara untuk para wali murid juga kami sediakan bermacam-macam lomba. Di antaranya lomba tarik tambang, gapyak hingga lomba membawa gelas dengan taplak meja," ujarnya.

Selama ini, saat kegiatan berlangsung, para siswa dan wali murid ceria meski letih dengan berbagai permainan dan lomba yang dilakukan.

Sementara itu, untuk pengembangan guru terdapat program TOT (Tarining Of Trainer). Semua Guru MI Nurul Ulum mengikuti kegiatan tersebut untuk membentuk seorang pendidik yang selalu kreatif, motivasi, dan berkarakter. Kreatifitas para dewan guru MINU Unggulan terlihat saat perayaan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) Ke-338 tahun ini. Dalam pawai budaya yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, MINU Unggulan termasuk sebagai Juara Harapan III untuk tingkat Sekolah Dasar.

Tercatat ada sebanyak 45 regu yang memeriahkan pawai budaya tingkat SD/SMP tahun 2015 ini, dengan rincian 11 regu dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 34 regu dari tingkat Sekolah Dasar (SD).

Dari segi pengembangan siswa, MINU Unggulan juga menyelenggarakan bimbingan-bimbingan khusus bagi siswa-siswinya yang mengikuti olimpiade. Salah satunya sebagaimana diikuti siswanya, M. Kafa Mas’udi yang berhasil menyabet Juara III Olimpiade Sains Nasional oleh EEC, tahun lalu serta meraih Juara I pada kompetisi yang sama tingkat Provinsi Jawa Timur tahun ini.

MINU Unggulan mendukung penuh perjuangan siswanya dengan memberikan bimbingan seminggu dua kali sampai mendekati olimpiade, termasuk pemantapan materi Matematika dan Sains. Namun seringnya mengikuti kejuaraan dan olimpiade tingkat Kabupaten, Provinsi sampai Nasional sejak kelas 2, membuat pembimbing tidak kesulitan memberikan materi.

Selama ini, manajemen Madrasah yang profesional merupakan kunci pokok dalam membangun MINU menjadi madrasah yang unggul, tidak luput dengan program peningkatan kualitas tenaga pendidik secara berkelanjutan, beragam fasilitas yang ditawarkan sebagai penunjang kegiatan Belajar Mengajar, kreativitas dalam pengajaran, serta pengelolaan kelas yang baik menjadikan MINU sebagai lembaga yang profesional dalam mengemban amanat pendidikan. (Nidhomatum MR/Anam)

Friday, November 25, 2016

Kemenag Segera Luncurkan iSantri dan Majelis Masyayikh Ma’had Aly

[caption id="attachment_2950" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi santri digital. Gambar ilustrasi santri digital.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren akan segera merilis iSantri. Aplikasi sosial media ini akan dirilis pertama kalinya oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Jawa Timur, Senin (28/11) mendatang.

"iSantri adalah Aplikasi Sosial Media berbasis buku dan kitab digital, dilengkapi dengan digital library. Aplikasi ini berisi beragam kitab, buku pelajaran, buku sains dan buku penunjang lainnya yang bisa dipinjam dan dibaca oleh Santri/siswa untuk belajar mandiri serta memperkaya pengetahuan," terang Kasubdit Pendidikan Diniyah Direktorat PD Pontren Ahmad Zayadi, Jumat (25/11).

Menurut Zayadi, peluncuran ini juga akan ditandai dengan peresmian digital corner. Ada 13 digital corner yang akan beroperasi di 13 Mahad Aly, yaitu: Mahad Aly Saidusshiddiqiyyah (DKI Jakarta), Mahad Aly Syekh Ibrahim Al Jambi (Jambi), Mahad Aly Sumatera Thawalib Parabek (Sumatera Barat), Mahad Aly MUDI Mesjid Raya (Aceh).

Selain itu, Mahad Aly Asadiyah (Sulsel), Mahad Aly Rasyidiyah Khalidiyah (Kalsel), Mahad Aly salafiyah Syafiiyah (Jatim), Mahad Aly Hasyim Al-Asyary (Jatim), Mahad Aly At-Tarmasi (Jatim), Mahad Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh (Jateng), Mahad Aly PP Iqna ath-Thalibin (Jateng), Mahad Aly Al Hikamussalafiyah (Jabar), dan Mahad Aly Miftahul Huda Manonjaya (Jabar).

Digital corner ini nantinya akan menjadi media dan penunjang kegiatan belajar mengajar para santri. "iSantri Digital Corner merupakan dynamic library yang disediakan di area Pondok Pesantren/Madrasah (dalam dan luar gedung perpustakaan) untuk memberikan akses kepada para Santri/siswa membaca lewat iSantri," ujarnya.

"iSantri Digital Corner sekaligus menjadi ruang untuk diskusi dan pengembangan literasi Santri/siswa dan guru," tambahnya yang menerangkan bahwa dalam kesempatan tersebut juga akan diresmikan Majelis Masyayikh Ma’had Aly.

“Majelis Masyayikh adalah lembaga yang berisi para kiai sepuh dan alim yang akan menentukan standarisasi akademik dan sebagai expert judgement Ma’had Aly,” imbuh Zayadi.

Aktivitas yang bisa dilakukan di iSantri Digital Corner ini antara lain: Baca e-book lewat iSantri, diskusi seputar buku yang sedang dibaca, serta pelatihan dan workshop.

Selain merilis iSantri Digital Corner, Menag secara simbolis juga akan menyerahkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) tahap II kepada santri Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Ada sekitar 91.448 KIP yang dibagikan pada tahap II ini ke para santri yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Thursday, November 24, 2016

Ketika Nabi Menjawab Pertanyaan

[caption id="attachment_2947" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi. Gambar ilustrasi.[/caption]

Nabi adalah orang yang membawa berita. Bukan sembarang berita, tapi ini berita dari langit. Semua Nabi membawa dua pesan utama: percaya kepada Tuhan dan percaya pada hari akhir/hari kebangkitan. Pesan dari langit bukan sekadar pepesan kosong melainkan juga harus diterapkan untuk terciptanya ketertiban dan kenyamanan. Pada titik ini, Nabi menjelma menjadi suri tauladan untuk menjalankan pesan ilahi.

Nabi bukan hanya pembawa pesan (messenger) sebagaimana layaknya tukang pos yang tidak tahu isi pesan. Nabi diberi pemahaman akan berita atau pesan yang hendak diteruskan kepada sesama. Bahkan Nabi juga menjawab sejumlah pertanyaan mengenai maksud dan kandungan berita langit. Nabi juga menjadi orang pertama yang berhadapan dengan mereka yang tidak percaya dan mengingkari pesan langit.

Ada yang jelas-jelas menentang (kafir) namun ada pula yang hatinya mendua antara percaya dan tidak percaya (munafiq). Banyak pihak yang sekadar iseng bertanya kepada Nabi. Atau bertanya untuk menguji dan mengolok-olok. Ada pula yang gemar mencari-cari kesalahan, menguping dan membocorkan pembicaraan Nabi, bahkan ada yang meniru gerak-gerik Nabi berbicara sekadar mengejek setiap kali Nabi menyampaikan pesan atau penjelasan.

Dalam Hadis riwayat Imam Bukhari dikisahkan Nabi naik mimbar dan kemudian "menantang" jamaah untuk mengajukan pertanyaan yang mereka mau, dan pasti saat itu akan Nabi jawab. Melihat Nabi yang terlihat geram, sejumlah sahabat menangis terisak-isak. Nabi berulangkali berseru: "bertanyalah kalian kepadaku!". Seorang bertanya, "dimana tempat tinggalku kelak?" Nabi menjawab: "kamu di neraka!". lantas Abdullah bin Hudzaifah bertanya: "siapa ayahku Ya Rasul?" Nabi menjawab, "Ayahmu Hudzaifah." Nabi masih menunggu siapa lagi yang mau bertanya segala macam kepadanya dengan terus mengulang: "Ayo bertanya lagi?!"

Umar bin Khattab kemudian berkata: "Radhina billahi Rabba, wa bil Islami dina, wa bi Muhammadin shallahu 'alayhi wa sallam Rasula (Kami ridha Allah sebagai Rabb Kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad SAW sebagai Rasul)." Ucapan Umar di tengah isak tangis para sahabat tersebut mengandung pertaubatan, penyesalan akan ketidaksopanan sejumlah pihak dan juga pengulangan janji kesetiaan kepada Nabi.

Nabi terdiam sejenak mendengar ucapan Umar. Nabi kemudian bersabda: "Pada dinding ini telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka. Belum pernah kulihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini." Ucapan Nabi bermakna gentingnya situasi saat itu akibat kemarahan Nabi.

Peristiwa ini berbuntut panjang. Dalam riwayat Imam Muslim diceritakan kisah tambahan betapa ibu Abdullah murka pada anaknya yang bertanya siapa bapaknya di depan Nabi. Bukan saja pertanyaan itu tidak penting ditanyakan tapi juga seolah meragukan jalur nasabnya. Kata ibunya, "Kamu sangka ibumu ini pelacur yang kemudian aibnya mau kamu buka di depan Nabi dan jamaah dengan bertanya seolah meragukan siapa ayahmu?! Aku tidak pernah mendengar seorang pun yang lebih durhaka ketimbang engkau!"

Ada memang orang yang selalu ingin tahu hal-hal yang amat sangat detil dari agama ini. Nabi yang membawa gagasan besar dan pesan dari langit disibukkan dengan pertanyaan remeh temeh, seperti orang yang kehilangan unta dan kemudian bertanya hal itu kepada Nabi.

Nabi pernah bersabda:

"Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji kepada kalian, maka berhajilah”. Seseorang berkata, ”Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?” Maka beliau diam hingga orang tersebut mengulanginya sampai tiga kali, kemudian Rasulullah bersabda, ”Kalau aku katakan ya, niscaya hal tersebut menjadi wajib, dan niscaya kalian tidak akan sanggup,” kemudian beliau bersabda, ”Biarkanlah aku terhadap apa yang aku tinggalkan kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena pertanyaan dan penentangan mereka kepada nabi-nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian, kerjakan semampu kalian. Dan jika aku melarang sesuatu pada kalian, tinggalkanlah."

Maka kemudian turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian, niscaya menyusahkan kalian." [al-Mâidah: 101].

Jadi, apa kita tidak boleh bertanya? Tentu boleh. Ada sekitar 12 ayat di mana Allah turun tangan langsung menjelaskan jawaban dengan menggunakan redaksi: "Mereka bertanya kepadamu tentang...." Itu karena pertanyaannya sangat penting. Di lain kesempatan, Nabi juga senang sekali berdialog dengan para sahabatnya. Ini artinya Nabi tidak keberatan menghadapi berbagai pertanyaan sahabat.

Namun seringkali orang bertanya bukan untuk mendapatkan jawaban. Ada yang bertanya untuk menunjukkan bahwa dia juga memiliki pengetahuan tentang hal yang dibicarakan. Ada yang bertanya untuk menyindir, atau untuk menunjukkan kita lebih pintar dari yang ditanya. Atau bertanya untuk menebar pesona betapa alim dan dermawannya kita.

Simak pertanyaan model ini: "Mengapa ya Ustadz setiap saya habis bersedekah rasanya nikmatttt sekaliii?" Lantas disusul pertanyaan jamaah lain, "Kalau saya rasanya nikmat itu pas sehabis shalat tahajud 12 rakaat. Kenapa ya Ustadz?" Atau yang satu ini: "Bu Ustadzah, setiap saya pergi umrah setiap bulannya kenapa ya saya selalu menangis kalau shalat di depan Ka'bah? Dan anehnya tetangga saya katanya tidak bisa keluar air mata di Tanah Suci. Apakah perbedaan ini karena saya rajin menyantuni anak yatim, sementara tetangga saya itu terkenal pelitnya ya Bu?"

Duuhhhh!

Nadirsyah Hosen, Dosen Senior Monash Law School Australia.

Sumber: Facebook/NadirsyahHosen

Tiga Aspek Fokus Pendidikan Islam

[caption id="attachment_2839" align="aligncenter" width="640"]Ilustrasi proses belajar mengajar di kelas. Ilustrasi proses belajar mengajar di kelas.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Pendidikan Islam akan difokuskan kepada tiga aspek. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik.

Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, bermodalkan berbagai keunggulan dan potensi besar yang dimiliki Indonesia. Visi pendidikan Islam ke depan adalah terwujudnya pendidikan Islam yang unggul dan moderat. Kemudian, menjadi rujukan dunia dalam integrasi ilmu agama, pengetahuan serta teknologi.

“Demi memastikan kualitas sumber daya manusia yang baik, maka pendidikan Islam perlu fokus pada tiga aspek," kata Lukman dalam sambutannya di acara launching Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) di Auditorium KH M Rasjidi Kementerian Agama, Rabu (23/11).

Ia menerangkan, tiga aspek tersebut yang pertama, meningkatkan kualitas pendidikan. Kedua, pembentukan akhlak murid yang baik dan budi pekerti yang luhur. Ketiga, pengembangan keterampilan mereka dalam berpikir tingkat tinggi.

Menurutnya, merujuk pada tiga asepek itu maka generasi emas Indonesia diharapkan akan menjadi manusia-manusia yang tangguh dalam menghadapi persaingan global. Selain itu menjadi generasi yang mampu terus menjawab tantangan-tantangan baru.

Dikatakan Lukman, pendidikan Islam juga sengaja akan lebih dititik beratkan pada esensi ajaran Islam. Hal ini diperlukan karena persaingan hidup semakin ketat. Apalagi realitas Indonesia yang majemuk. Maka esensi dari Islam yang hakekatnya hadir untuk mewujudkan kedamaian, kasih sayang, kemaslahatan dan rahmat bagi seluruh alam semesta perlu dititik beratkan.

Sumber: Republika

[Red: Fathoni Ahmad]

Peluncuran Studi-studi Kemenag tentang Pendidikan Islam di Indonesia

[caption id="attachment_2942" align="aligncenter" width="640"]Menag Lukman Hakim Saifuddin memukul gong tanda Peluncuran Studi-Studi Kemenag Tentang Pendidikan Islam di Indonesia. Menag Lukman Hakim Saifuddin memukul gong tanda Peluncuran Studi-Studi Kemenag Tentang Pendidikan Islam di Indonesia.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan peluncuran Studi-Studi Kementerian Agama (Kemenag) Tentang Pendidikan Islam di Indonesia. Peluncuran ditandai dengan pemukulan gong oleh Menag di Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin No.6 Jakarta, Rabu (23/11). Peluncuran Studi-Studi Kemenag Tentang Pendidikan Islam di Indonesia merupakan kerjasama Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia dan Kementerian Agama.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Sekjen Kemenag Nur Syam, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Kabalitbang Kemendikbud Totok Suprayitno, pejabat eselon I dan II Kemenag, dan sejumlah duta besar negara sahabat.

Menag dalam sambutannya mengapresiasi atas upaya sejumlah pihak yang telah membangun kemitraan untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan, khususnya pendidikan Islam pada sejumlah lembaga pendidikan kita, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat.

"Dan peluncuran hasil studi terkait sejumlah kebijakan pendidikan Islam yang dilakukan Kementerian Agama ini menjadi strategis dan memiliki tingkat urgensi yang tinggi, karena tantangan kita ke depan semakin memerlukan keseriusan dan kreativitas kita,"katanya.

Menag mengatakan, tantangan kita dalam konteks Indonesia adalah bagaimana agama khususnya Islam yang dipeluk oleh mayoritas bangsa ini mampu hadir dalam rangka mengintegrasikan kita sebagai sebuah bangsa.

"Saya perlu menggunakan kata-kata integrasi ini karena kita sadar betul, realitas keindonesiaan kita adalah kemajemukan atau pluralitas," ucapnya.

"Inilah yang menurut saya konteksnya dalam realitas kemanusiaan kita sangat penting, dan karenanya lalu kemudian, perlu kita lebih seriusi, karena tantangannya tentu tidak sederhana," Menag menambahkan.

Dikatakan Menag, kita jangan terjebak hal-hal yang seringkali tidak bisa kita elakkan di tengah-tengah globalisasi dan di tengah percepatan perubahan alat komunikasi yang luar biasa, dan di tengah derasnya arus informasi di sosial media kita, sehingga kemudian agama diperlakukan sedemikian rupa yang justru malah kehilangan esensi yang dikandung oleh agama itu sendiri.

Menurutnya, agama seringkali dijadikan argumentasi atau alat untuk saling menegasi antara kita yang memang berbeda atau majemuk.

"Sehingga dalam kesempatan ini, saya ingin menyegarkan ingatan kita bersama, agama semestinya kita sikapi dalam rangka untuk mengintegrasikan kita, bukan menegasikan antar kita yang memang tidak sama," ucap Menag.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Tuesday, November 22, 2016

Perguruan Tinggi Islam Berperan Penting Bangun Keharmonisan Agama

[caption id="attachment_2933" align="aligncenter" width="615"]Dirjen Pendis Kamaruddin saat membuka International Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang. Dirjen Pendis Kamaruddin Amin saat membuka International Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang.[/caption]

SEMARANG, PENDIDIKANISLAM.ID - Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menegaskan bahwa pluralisme agama memegang peran penting dalam menciptakan kedamaian global. Pluralisme agama bukan semata anugerah, tapi juga harus diciptakan dan diusahakan.

"Tidak ada pluralisme agama tanpa khazanah keagamaan dan tidak ada religious literacy tanpa pendidikan. Di sinilah Islamic Education terlebih Islamic University memainkan peran yang sangat penting," tegas Kamaruddin Amin, Semarang, Senin (21/11).

Penegasan ini disampaikan Kamaruddin saat memberikan sambutan sekaligus membuka International Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Asian Islamic Universities Associatin ( AIUA).

Selain perguruan tinggi keagamaan Islam, menurut Kamaruddin Amin, kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia dan pluralisme agama juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan ormas Islam , seperti NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, kedua ormas terbesar di Indonesia ini telah menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan pluralisme dengan mengajarkan Islam yang moderat.

Rektor UIN Walisongo Muhibbin mengatakan, Islam Indonesia dicirikan sebagai Islam yang demokratis, toleran, moderat, dan apresiatif terhadap kultur lokal. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia sangat potensial untuk menjadi model Islam bagi belahan dunia lainnya.

Untuk itu, lanjut Muhibbin, dibutuhkan peran dan partisipasi ulama dan akademisi muslim Indonesia dalam mewarnai diskursus global mengenai Islam. "Perguruan Tinggi Islam harus sistematis menyuarakan Islam yang santun, moderat dan secara aktif mempromosikan peace and harmony," katanya.

Seminar internasional ini menghadirkan sejumlah narasumber dari dalam dan luar negeri, antara lain: Azyumardi Azra, Abdullah Saeed (Australia), Man-Gon Park (Korea Utara) Fernando Enns (Belanda), Nardin Kardi (Malaysia), Norarfan bin Zainal (Brunei), dan Ismail Lutfi Japakiya (Thailand).Ada tiga tema besar yang dibahas, yaitu: Islamic Higher Education and Radicalism-Terrorism Issues, Islamic Higher Education and Peace: Outsider Perspective, dan Islamic Higher Education for Peace: Moslem Countries Experiences.

Seminar international yang diikuti para pimpinan dan dosen PTKIN, serta pengurus ormas dan utusan UGM, UII, dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini akan berlangsung hingga 23 November besok. Sebelum ditutup, para peserta akan diajak melakukan perjalanan budaya (cultural trip) ke situs-situs dan pusat-pusat sejarah di Semarang yang menjadi simbul peace and harmony. Beberapa tempat yang akan dikunjungi antara lain: Masjid Agung Jawa Tengah, Klenteng Sam Poo Kong, Gereja Blenduk di Kota Lama dan kampus UIN Walisongo.

Peserta asal UIN Walisongo Musa Hadi mengaku seminar seperti ini perlu diselenggarakan sebagai sarana sharing para peneliti dan akademisi. Dari seminar seperti ini, diharapkan dapat dirumuskan alternatif pemecahan atas problem radikalisme yang belakangan mencuat.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Melanjutkan Misi Sunan Drajat, Bantu Ekonomi Umat

pesantren-drajatTidak jauh dari pemakaman Sunan Drajat, satu diantara sembilan wali atau Walisongo yang masyhur di Nusantara, berdiri pesantren megah yang merupakan kelanjutan dari dakwah para penyebar Islam. Pesantren dengan nama Sunan Drajat ini didirikan dan diasuh oleh KH Abdul Ghofur, salah satu keturunan dari Sunan Drajat.

Yang istimewa, pesantren yang berada di wilayah kabupaten Lamongan Jawa Timur ini bukan hanya pesantren tradisional yang mengajarkan para santri dengan ilmu agama dan setiap hari bergelut dengan kitab kuning. Bidang pengembangan ekonomi merupakan salah satu ikon kuat di pesantren ini dengan sejumlah bidang usaha. Kiai Ghofur mengajari para santrinya dari teori, praktek sampai penerapannya di lapangan. Semuanya bisa dipelajari dari berbagai unit usaha milik pesantren.

Apa yang dilakukan oleh KH Abdul Ghoru ini merupakan implementasi dari pesan Sunan Drajat, yaitu

Wenehono teken marang wong wuto
(Berilah tongkat pada orang buta)

Wenehono mangan marang wong luwe
(Berilah makan pada orang yang lapar)

Wenehono busono marang wong wudo
(Berilah pakaian bagi orang yang telanjang)

Wenehono ngiyup marang wong kudanan
(Berilah tempat peneduh bagi orang yang kehujanan)

Dari pesan tersebut, intinya adalah Sunan Drajat ingin agar orang lemah, teraniaya, dan marginal perlu dibantu. Pesan ini selalu diingat oleh Kiai Ghofur dengan mencari santri yang tidak mampu agar mereka belajar di pesantren dan mereka harus membantu pengelolaan unit usaha pesantren. Mereka mendapat dua ilmu sekaligus, ilmu agama dan ilmu berwirausaha yang nantinya sangat bermanfaat diterapkan di masyarakat setelah selesai belajar di pesantren. Pemberdayaan ekonomi marupakan salah satu strategi yang pas karena bisa membuat orang yang sebelumnya tidak berdaya pada akhirnya malah bisa membantu yang lain.

Kiai Ghofur menjelaskan kunci keberhasilannya dalam membangkitkan kembali pesantren Sunan Drajat yang sempat terpuruk selama ratusan tahun yang dimulainya kembali pada tahun 1977 adalah membantu yang lemah dan meminta doanya, membantu yang kuat dan kaya dan menerima sumbangannya, serta menyalurkan hasil sumbangannya untuk kesejahteraan santri dan mengembangkan pesantren. Jaringan pergaulannya dengan menyapa yang lemah dan menghormati yang kuat ini membuatnya dikenal luar masyarakat sekitar sampai para tokoh di Jakarta. Kebiasaan silaturrahmi yang digabungkan dengan insting bisnis yang kuat ini membuat Pesantren Sunan Drajat mampu memanfaatkan berbagai potensi.

Pesantren kini telah memiliki sejumlah unit usaha seperti PT Sunan Drajat Lamongan memproduksi pupuk organik berkualitas tinggi, ramah lingkungan, dan menjaga kelestarian alam dengan merek KISDA. Pengembangan jus mengkudu "Sunan" untuk konsumsi lokal dan diekspor ke Jepang dengan merek "Java Noni". Air minum dalam kemasan dengan merk Aidrat yang dipasarkan ke seputar Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban dengan pangsa pasar terutama para wali santri, BMT Sunan Drajat untuk membantu keuangan kelompok usaha mikro, Persada TV dan Radio Persada FM sebagai media dakwah berbasis multimedia, Smesco mart yang menyediakan berbagai keperluan santri, koperasi pondok pesantren yang mengelola kedai, warnet, dan unit usaha lainnya.

Unit-Unit usaha tersebut dikelola oleh tenaga-tenaga trampil yang paham benar bagaimana mengelola bisnis dengan baik dan mampu bersaing di pasar karena sesungguhnya, berhasil atau tidaknya sebuah bisnis diuji di pasar. Dan usaha-usaha milik pesantren terbukti bisa bertahan dan bahkan bisa terus berkembang.

Pesantren sendiri berlokasi di atas tanah seluas 12 hektar sementara yang digunakan untuk usaha berupa gunung kapur seluas 10 ha,  lahan Phosphat seluas 30 Ha, tanah untuk pengembangan agribisnis seluas 30 Ha, tanah wali santri dan alumni yang digunakan untuk pengembangan usaha 300Ha.

Bukan hanya berhasil dalam pengembangan bisnis, manfaat lain dari jus mengkudu yang dibuatnya adalah keberhasilannya dalam menghijaukan lahan tandus menjadi kebun mengkudu yang menyebabkannya diberi penghargaan Kalpataru pada tahun 2006 sebagai pembina lingkungan terbaik. Penghargaan lain yang diterimanya adalah sebagai Pengusaha UKM Terbaik di Jawa Timur tahun 2007 dari harian Bisnis Indonesia dan yang paling baru adalah penghargaan Nahnu Ansorulloh dari GP Ansor pada tahun 2015 atas apresiasinya sebagai kiai yang dinilai memiliki gagasan dan konsep nyata pemberdayaan ekonomi pesantren dan masyarakat, yang bisa menjadi inspirasi kader-kader Ansor maupun bagi masyarakat luas. [Mukafi/NUOnline]

Program Riset Ciptakan Iklim Akademik Kelas Dunia di UIN Jakarta

[caption id="attachment_2930" align="aligncenter" width="640"]Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Program riset melalui skema "visiting professor" dan "research fellowship" diharapkan dapat mengkreasikan iklim akademik kelas dunia di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Untuk itu kami berkomitmen menjadikan visiting professor dan research fellowship sebagai bagian pengembangan akademik UIN Jakarta ke depan," kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Dede Rosyada MA kepada pers di Jakarta, Jumat (18/11).

Sebelumnya, komitmen tersebut disampaikan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di hadapan dosen dan peneliti peserta "visiting professor" dan "research fellowship" di Ruang Diorama UIN Jakarta.

Dalam kesempatan itu Rektor yang didampingi Wakil Rektor Bidang Kerjasama Prof Dr Murodi MA dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Prof Dr Arskal Salim GP MA melepas peserta program "visiting professor" Prof Jayakaran Mukundan dari University Putera Malaysia yang baru selesai melakukan kepesertaannya di LP2M UIN Jakarta.

Menurut Prof Dede, dosen-peneliti asal berbagai perguruan tinggi dunia diharapkan dapat menularkan semangat dan disiplin insan akademik perguruan tinggi dunia kepada sivitas akademika UIN Jakarta.

"UIN Jakarta juga mengirimkan dosennya ke luar negeri untuk mencari pengalaman baru dan mengimplementasikannya setelah mereka kembali berada di UIN Jakarta," katanya.

Ia juga mengemukakan, UIN Jakarta sejak 2015 melaksanakan kerjasama riset internasional. Dua di antaranya memanfaatkan skema "visiting professor" dan "research fellowship". Kedua skema ini dilakukan dengan menerima dosen-peneliti asing untuk melakukan riset di UIN Jakarta atau sebaliknya mengirim dosen-peneliti UIN Jakarta ke berbagai kampus dunia.

Tahun ini skema "visiting professor" diikuti enam profesor untuk meneliti dan mengajar di sejumlah fakultas di UIN Jakarta. Masing-masing Bijan Davvaz dari Yazd University Iran di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Hamid Slimi dari Canadian Centre for Deen Studies di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikaksi, dan Martha Beck dari Lyon College di Fakultas Ushuluddin.

Selanjutnya, Jayakaran Mukundan dari University Putra Malaysia di LP2M, Muhammad Ibrahim Noorzaee dari Kabul University di Fakultas Syariah dan Hukum, dan Abdul Aziz Munadhil dari Universitas Ibnu Thufail Maroko di Fakultas Dirasat Islamiyah.

Khusus "research fellowship", UIN Jakarta tahun ini menerima Sundaraj Dharmaraj dari Jawaharlal Nehru University, Jee Young Lee dari University of Canberra, dan Kevin William Fogg dari University of Oxford.

Masing-masing meneliti dan mengajar di Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Sains dan Teknologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Adapun skema "research-fellowship" dengan mengirim dosen-peneliti UIN Jakarta ke berbagai kampus dunia diikuti empat dosen UIN Jakarta. Keempatnya adalah Usep Abdul Matin ke Monash University, M Amin Nurdin ke Philipps Marburg University of Germany, Nurlaely Mida ke Yamaguchi University of Japan, dan Yuli Yasin ke Kuwait University.

Kegiatan kerjasama riset sendiri diapresiasi positif para peserta program. Mukundan, peneliti dari Malaysia, misalnya, mengaku sangat berbahagia bisa melaksanakan riset di UIN Jakarta. "Kegiatan ini juga bisa mengenalkan saya tentang iklim akademik UIN Jakarta maupun masyarakat Islam Indonesia," ungkapnya.

Berkaca pada aktifitas akademiknya selama beberapa waktu, Mukundan berharap UIN Jakarta bisa memperdalam aktivitas riset. Menurut dia, riset mendalam bisa meningkatkan kontribusi UIN Jakarta bagi Islam dan ilmu pengetahuan.

Sumber: Antara

[Red: Fathoni Ahmad]

Dirjen Pendis: Pesantren Alternatif Pendidikan Terbaik Saat Ini

[caption id="attachment_2924" align="aligncenter" width="612"]Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof (Phil) Kamaruddin Amin menyatakan pendidikan di pesantren adalah alternatif pendidikan terbaik saat ini, karena meski sebagai lembaga dakwah dan pendidikan, pesantren sangat mungkin memberikan kompetensi keterampilan lain.

Keterangan tertulis dari Kementerian Agama yang diterima di Jakarta, Senin menyebutkan, pernyataan Dirjen Pendidikan Islam itu dikemukakan dalam kegiatan "Evaluasi Program Pengembangan Pesantren Maritim" di Serpong, Tangerang, Jawa Barat akhir pekan lalu.

Menurut Prof Kamaruddin, para santri sangat mungkin diberikan tambahan kompetensi berupa keterampilan lain atau keterampilan khusus karena sistem pendidikan di pesantren berlangsung 24 jam.

Tambahan kompetensi keterampilan itu sangat penting, sebab tidak semua lulusan pesantren menjadi ulama atau ustadz. Mereka bisa dibekali dengan beragam keterampilan seperti agribisnis, teknologi informasi (IT), dan kemaritiman.

Dalam upaya mewujudkan pendidikan tambahan itu, ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, pesantren harus merevitalisasi dirinya menjadi pendidikan yang cocok atau "match" dengan industri. Kemana kecenderungan industri mendatang, pendidikan di pesantren harus dikembangkan mendukung "trend" tersebut.

Kedua, pesantren harus bisa bersinergi dengan lembaga keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pesantren perlu bisa membaca kemana arah investasi, sehingga bisa memperiapkan SDM ke arah itu.

Kerja sama

Sementara itu dari sisi kebijakan, Kementerian Agama harus bekerja sama dengan berbagai kementerian lainnya dalam mengembangkan pesantren. Nota Kesepahaman (MoU) dengan beberapa kementerian dan instansi perlu direvitalisasi.

Dalam hubungan ini, Kemenag akan lebih proaktif bekerja sama dan berdiskusi dengan kementerian-kementerian lainnya, dengan harapan beragam kerja sama tersebut dapat direfleksikan secara nyata dalam bentuk tersedianya anggaran.

Dirjen Pendidikan Islam juga mengemukakan, jumlah pesantren secara nasional saat ini mencapai 28.961 unit dengan 322.328 tenaga pendidik dan 4.028.660 peserta didik (santri).

Dari jumlah pesantren seperti itu, sebanyak 15.057 (51,99 persen) hanya menyelenggarakan pengajian kitab saja (tradisional), sedangkan sisanya sebanyak 13.904 (48.01 persen), selain menyelenggarakan pengajian, juga memberikan layanan pendidikan lainnya (modern).

Ada pun syarat terpenuhinya sebagai pesantren adalah memiliki lima unsur, yaitu ada kiayi, santri, asrama (pondok), tempat ibadah (mushola atau masjid) dan pengajian kitab kuning. Jika salah satu unsur tidak ada, maka belum bisa disebut sebagai pesantren.

Selain itu, menurut Prof Kamaruddin, saat ini identitas kesantrian berupa kopiah dan sarungan bukan lagi merupakan identitas marjinal, namun sudah menjadi komunitas yang bergengsi.

Ia menambahkan, kondisi lembaga pendidikan saat ini mengalami tantangan diskoneksitas signifikan berupa terjadinya keterputusan dan ketidaksambungan antara yang dipelajari di sekolah dengan persoalan yang terjadi di masyarakat. Akibatnya, terjadi pengangguran banyak lulusan sarjana.

Hal yang sama terjadi pada level sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK). Ternyata tingkat tidak terserapnya tenaga kerja lulusan SMK dan MAK lebih tinggi ketimbang lulusan SMA dan Aliyah.

Fakta itu terjadi karena tidak matchnya antara apa yang diajarkan oleh guru dengan tantangan di masyarakat saat ini. Problem itu terjadi akibat guru yang mengajar adalah alumnus jurusan kependidikan dan bukan lulusan dari politeknik dengan bidang ilmu yang sesuai dengan yang dibutuhkan di masyarakat.

"Guru hanya memahami paedagogi, namun tidak menguasai konten materi secara maksimal. Oleh sebab itu, tantangan pendidikan sekarang adalah bagaimana mengoneksikan antara dunia pendidikan dengan dunia industri," kata Prof Kamaruddin.

Sumber: Antara

[Red: Fathoni Ahmad]

Monday, November 21, 2016

Belajar Efektif dengan Metode Cooperative Learning

[caption id="attachment_2921" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi belajar kelompok. Foto ilustrasi belajar kelompok.[/caption]

Dalam proses belajar mengajar, berbagai model bisa diterapkan. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Apa itu? Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama.

Manfaatnya, menurut Stahl (Wardani, 2001:7), dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Tim MKPBM mengemukakan model pembelajaran ini akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.

Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Robert E. Slavin.

Metode pembelajaran kooperatif ini contohnya Student Teams Achievement Division (STAD), yang dikembangkan oleh Slavin sendiri.

Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen.

Jumlah peserta didik bekerja dalam kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi efektif, karena ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya.

Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah empat sampai lima orang. Kelebihan kelompok berempat menurut Lie, Anita (2007:47) antara lain:
1. Mudah dipecah menjadi berpasangan
2. Lebih banyak ide muncul
3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
4. Guru mudah memonitor

Bagaimana tahapan belajar dengan metode STAD? Berikut ini penuturan Slavin:

1. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.

2. Tahap kerja Kelompok
Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap Tes Individual
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

5. Tahap Penghargaan Kelompok
Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Dengan proses pembelajaran yang berlangsung tersebut semoga pelajar merasa senang dalam mengikuti materi yang diberikan guru, sehingga siswa siswi kita menjadi anak yang terampil dan cerdas untuk mengisi hari hari dengan baik.

Sumber: cnnindonesia

[Red: Fathoni Ahmad]

Saring Pesan di Media Sosial Sebelum Ikut Menyebarkan

[caption id="attachment_2918" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi media sosial. Gambar ilustrasi media sosial.[/caption]

MEDAN, PENDIDIKANISLAM.ID - Kemajuan teknologi mengantarkan manusia pada kemudahan untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Media sosial berkembang demikian pesat membongkar sekat komunikasi umat.

"Di era globalisasi, tiada lagi batasan dalam berkomunikasi. Tanpa adanya filter konten, ini berpotensi memicu masalah baru," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam diskusi publik Umat Beragama Mencegah Konflik SARA pada Media Sosial dan Informasi Transaksi Elektronik, Medan (18/11).

Di depan 152 orang peserta gelaran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatera Utara itu, Lukman mengajak pemuka agama dan umat beragama agar memiliki filter dalam menyikapi konten yang beredar di media sosial.

Menurutnya melalui media sosial, banyak konten negatif dan ujaran kebencian beredar bahkan dibagikan tanpa lagi filter atau pun verifikasi kebenarannya. Hal itu diperlukan kearifan dan sikap bijak sebelum menjadi bagian yang ikut menyebarluaskan.

Menag berharap umat beragama dapat menyaring (filter) informasi di media sosial yang diterimanya sebelum ikut menyebarluaskan. Hal itu penting dalam rangka meminimalisir potensi terjadinya konflik SARA yang bersumber dari informasi yang berkembang di media sosial.

"Perubahan akan semakin cepat lima sepuluh tahun ke depan. Ini jadi tantangan para pemuka agama dalam memberikan pemahaman keagamaan pada umat," tutur Lukman.

Menag menjelaskan paling tidak ada dua tantangan yang dihadapi pemuka agama dan umat beragama saat ini. Pertama, bagaimana mereka tetap menjaga hakikat misi agama itu sendiri, yakni mengembalikan esensi agama yang memanusiakan manusia.

Banyak konflik yang terjadi saat ini, menjadikan agama sebagai alat pembenaran bagi pihak yang sedang berkonflik. Maka umat beragama haruslah jadi pihak yang ikut menyejukan dan meredam konflik itu sendiri.

Kedua, terkait soal agama. Seringkali nilai agama dijadikan sebagai parameter atau tolok ukur perilaku orang lain berdasarkan agama yang kita anut atau yang kita yakini. Hal ini sering menghakimi orang lain yang tidak sepaham dengan kita.

Lebih baik jadikan Agama sebagai alat ukur perilaku diri kita sendiri terhadap orang lain. Hal ini tentunya akan meminimalkan kesalahfahaman yang ada.

"Pada masyarakat yang sangat religius di Indonesia, agama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Makanya agama menempati posisi yang luar biasa dalam tatanan sosial kehidupan," tandas Lukman.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Friday, November 18, 2016

Mengharukan, Kisah 3 Santri Pencari Ilmu dan Sopir Mobil Sayur

[caption id="attachment_2915" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi santri. Foto ilustrasi santri.[/caption]

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR Muslim).

Kiranya, bukan hanya jalan ke surga yang dimudahkan oleh Allah. Percayalah, Allah juga akan memudahkan jalan kita saat akan berangkat menuju tempat mencari ilmu.

Kejadian menarik dikisahkan keponakan saya yang bernama Heru. Dia nyantri di salah satu pesantren di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Saat itu, dia bersama kedua teman kobongnya yang bernama Azis dan Jalal ingin sekali menghadiri pengajian di pesantren KH. Uci Turtusi, Cilongok, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. Kebetulan di pengajian Ki Uci juga akan digelar haulan Syekh Abdul Qodir Jailani. Keinginan mereka bertiga pun kian membuncah. Namun apa daya, mereka hanya santri bale rombeng yang tidak punya banyak uang dan tidak punya kendaraan.

Namun, keterbatasan fasilitas dan biaya ternyata tidak menyurutkan langkah mereka. Ketiganya tetap nekat berangkat ke pengajian Ki Uci meski hanya bermodalkan uang Rp10 ribu. Uang itu tentu tidak cukup untuk sekadar ongkos. Apalagi jarak pesantren mereka dengan pesantren Ki Uci sangat jauh. Tapi begitulah, kekuatan hati mengalahkan segalanya. Bakda Isya, mereka pun berangkat.

Cukup jauh mereka berjalan kaki. Cucuran keringat sudah berkali-kali mereka seka dengan sarung. Tidak terasa 3 jam sudah mereka berjalan kaki. Salah satu dari mereka usul agar uang Rp 10 ribu dibelikan air minum. Wajar, berjalan kaki selama lebih kurang 3 jam pasti membuat dahaga.

Namun sayang seribu sayang, uang Rp 10 ribu hilang entah kemana. Mungkin jatuh saat Heru berkali-kali menyeka keringat dengan sarung. Persoalannya, uang itu dia simpan di gulungan sarung. Alih-alih menghardik Heru, kedua temannya justru tertawa atas kejadian raibnya uang. Seketika itu haus mereka hilang. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

Ujian dimulai, menjelang tengah malam, tiba-tiba turun hujan. Posisi mereka yang sudah berada di jalan raya menyulitkan mereka mencari tempat berlindung dari hujan. Kendaraan yang lalu lalang pun semakin jarang. Terpaksa, di bawah guyuran hujan, mereka terus melanjutkan perjalanan. Beruntung, beberapa saat kemudian mereka menemukan tempat berteduh.

Di sebuah bangunan tua tak berpenghuni mereka istirahat sambil menunggu hujan minggat. Rokok yang tinggal sebatang mereka nikmati bersama. Mereka mengisi waktu dengan membaca solawat. Tidak ada sedikit pun niat mereka menghentikan perjalanan. Meski diakui posisi yang sudah di tengah menjadi salah satu pertimbangan. "Mau gimana lagi? Balik lagi ke kobong juga sudah sangat jauh. Duit juga sudah hilang. Ya sudah pasrah saja sama Allah," kata Heru bercerita.

Setelah satu jam, hujan reda. Perjalanan kembali dimulai. Jalanan becek dan beberapa genangan air diakui membuat perjalanan mereka kian melelahkan. Apalagi angin kencang membuat mereka menggigil kedinginan. Sebab, baju mereka memang sudah kebasahan.

Tiba-tiba lewat mobil pick up warna hitam. Mobil itu berhenti di depan mereka. Sang sopir keluar lalu menghampiri ketiganya. Sopir bertanya kepada mereka tentang tujuan mereka. Setelah diceritakan, sang sopir memberi mereka tumpangan. Sebelumnya sang sopir meminta maaf karena hanya bisa memberi tumpangan di bak barang. Karena di depan sudah ada beberapa karung kentang.

Meski duduk di belakang dan digabungkan dengan aneka sayuran, ketiga santri itu tetap bersyukur. Mereka yakin pertolongan Allah telah datang.

Tidak berapa lama, sopir menghentikan mobilnya di sebuah minimarket 24 jam. Sang sopir masuk ke minimarket dan belanja beberapa barang. Tidak disangka, ternyata sopir juga membelikan santri itu banyak makanan dan minuman. Bukan main senangnya santri-santri itu. Setelah dari minimarket sopir melanjutkan perjalanannya. Sementara ketiga santri menikmati perjalanan sambil menikmati makanan. Tidak lupa mereka tetap membaca solawat sepanjang perjalanan.

Tiba di persimpangan, sopir kembali menghentikan laju kendaraannya. Sopir turun dan menghampiri tukang ojek. Sedangkan ketiga santri hanya duduk di bak mobil menunggu apa yang akan selanjutnya terjadi.

Setelah beberapa menit berbincang dengan tukang ojek, sopir menghampiri santri dan berkata "Maaf, saya tidak bisa mengantar sampai tujuan. Pesantren Ki Uci belok ke sana. Sedangkan saya lurus mau ke Pasar Cikupa. Naik ojek saja ya. Tenang, ojek sudah saya bayar semua," kata sang sopir.

Ketiga santri pun hanya bisa bengong. Mereka kagum dengan kemurahan hati sopir itu. Hanya ucapan terimakasih yang bisa mereka katakan.

Sebelum berpisah, sopir itu kembali menunjukkan kebaikannya. Sang sopir memberi uang kepada ketiga santri itu sebesar Rp 600 ribu. " Nih, buat makan. Kalau ojek mah sudah saya bayar," kata sopir itu sambil menyerahkan uang dengan cara bersalaman.

Kemurahan hati sang sopir membuat hati ketiga santri itu tergetar. Ketiganya tidak kuasa menahan air mata. Mereka semakin yakin, Allah bersama orang-orang yang mencari ilmu.

Sebelum berpisah, salah satu santri bertanya kepada sopir itu. "Mang, mamang ini siapa? Orang mana?," tanya santri.

Sopir hanya menjawab "Saya hanya sopir tukang sayur," ujarnya singkat sambil berlalu pergi. Santri pun akhirnya bisa mengikuti pengajian Ki Uci.

Sumber: www.nu.or.id

[Red: Fathoni Ahmad]

Thursday, November 17, 2016

Pentingnya Mendidik Hati

hatiDalam  Al-Quran  tidak  kurang sebelas kali disebut istilah ”fî qulubihim maradh.” Kata ”qalb” atau ”qulub” dipahami dalam dua makna, yaitu akal  dan hati. Sedang  kata ”maradh”  biasa diartikan sebagai "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran  dan  mengantar  kepada terganggunya  fisik,  mental,  bahkan tidak sempurnanya amal seseorang."

 Mengapa hati sangat mendapatkan perhatian al-Qur'an? Jika akal merupakan potensi untuk memahami obyek pengetahuan yang sifatnya indrawi manusia untuk mengetahui hal-hal yang bersifat metafisik (ghaib). Jika kemampuan akal mengantarkan manusia kepada kebenaran pengetahauan yang bersifat nisbi (semu) maka hati dapat mengantarkan manusia kepada pengetahuan dapat mengantarkan manusia kepada pengetahuan hakiki (syahadah).

Oleh sebab itu kematangan spiritual dan kualitas keimanan kepada Allah dituntukan oleh kesehatan hati nurani manusia. Bahkan al-Qur'an mengungkapkan bahwa orang-orang yang dapat menerima peringatan al-Qur'an adalah orang yang memiliki hati yang selamat, ”Inna fî dzalika ladzikra li man kana lahu qalb". Sementara orang-orang yang lemah imannya dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya (fî qulu bihim maradh).

Penyakit-penyakit hati tersebut bisa disebabkan karena kelebihan yang dirasakan pada diri seseorang maupun kekurangan yang dideritanya. Penyakit yang didasarkan pada kelebihan potensi manusia bisa berbentuk kelicikan, keangkuhan, fanatisme,kerakusan dan kikir. Sedangkan   rasa   takut,   cemas, pesimisme,   rendah   diri, iri hati dan   lain-lain   adalah karena kekurangannya.

Jika penyakit ini berkembang di sebuah, maka kerugian tidak hanya diderita oleh pribadi. Namun juga berimbas pada rusaknya sistem sosial, rubuhnya hukum, maraknya huru-hara serta munculnya anarkhi moral dan anomali sosial.

Seorang yang memiliki ilmu pengetahuan dapat menggunakan ilmu pengetahuannya untuk menipu dan merugikan orang lain. Sementara orang yang tidak memiliki ilmu akan tertipu dan seringkali melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat dan ajaran agama sebab kebodohannya.

Orang yang memiliki kelebihan harta dapat menggunakan hartanya sebagai senjata untuk memenuhi seluruh keinginan syahwat dirinya dan menindas masyarakat yang kurang mampu. Sedangkan orang yang miskin dapat melakukan tindakan pencurian dan perampokan untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu seterusnya jika hati telah sakit.

Oleh sebab itu Rasulullah memperingatkan: "inna fîl jasad muthghah, idzha shaluhat shaluhat al-jasad wa idzha fasadat fasadat al-jasad, ala wahiyal qalb. Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah tersebut sehat maka jasad menjadi sehat, jika segumpah darah tersebut sakit maka tubuh menjadi sakit. Ketahuilah! segumpal darah itu adalah hati."

Untuk menghindari hal tersebut hati harus senantiasa sehat. Kesehatan hati ini hanya dapat dengan cara penempaan secara disiplin dalam sebuah pendidikan yang bersendi pada keimanan. Karena hanya dengan melalui pendidikan yang mengingatkan seseorang kepada Tuhannya hati manusia dapat mencapai ketenangan dan keselamatan sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan (QS Ar-Ra'd [13]: 28).  [Red: Anam]

Pendidikan Islam Kemenag Bertekad Lakukan Publikasi Masif di 2017

[caption id="attachment_2910" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi. Gambar ilustrasi.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama tahun depan berkomitmen akan melakukan program besar-besaran dalam bidang publikasi. Dirjen Pendis Kamaruddin Amin bahkan mencanangkan 2017 sebagai tahun Pendis Goes to Media.

Hal ini dilakukan Pendis untuk menjawab kajian media bahwa sebagai lembaga yang menangani sektor pendidikan di Kementerian Agama, isu pemberitaan terkait Ditjen Pendidikan Islam masih menempati urutan keempat.

Berdasarkan hasil analisis media monitoring yang dilakukan oleh tim Pusat Informasi dan Humas (Pinmas), isu pendidikan Islam menempati urutan keempat dengan 934 berita, masih kalah dengan isu kerukunan (972), kehidupan beragama (1616), dan haji (4102). Padahal, dengan anggaran paling besar, mencapai 83 persen dari total anggaran Kementerian Agama, tentu banyak yang sudah dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Islam.

Apa sebab, menurut Dirjen Pendis Kamarudin Amin, ada dua faktor penghambat publikasi. Secara eksternal, Pendis masih dipersepsikan sebagai makmum dari Kemendikbud dalam mengelola pendidikan di Indonesia. "Sebagaiman kita ketahui, ada dua lembaga yang menangani pendidikan, yaitu Kemendikbud dan Kemenristek Dikti," katanya saat acara Pendidikan Islam di Mata Media, di Gedung Kementerian Agama, Rabu (16/11).

Lalu hambatan internalnya ialah struktur dan sumber daya manusia belum mendukung. Namun, lanjut Kamarudin, terbitnya Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama memberi angin segar. Saat ini, sudah ada Satuan Kerja setingkat Eselon III yang nantinya akan mengurus masalah informasi dan kehumasan di lingkungan Pendis.

"Saat ini tidak ada orang yang menangani Humas. Dengan struktur baru ini kita cari orang yang pas dan menjadi yang terbaik. Dengan struktur baru ini kita bisa," tukasnya.

Untuk itu, pada tahun 2017 Pendis akan melakukan beberapa langkah yang sudah disiapkan dalam mendukung publikasi program Pendidikan Islam, diantaranya: publikasi prestasi yang dihasilkan dari para guru, dosen, dan tenaga kependidikan. "Kita punya distingsi, atau karakter yang tidak dimiliki oleh orang lain. Itu bisa kita sampaikan dan kemas secara baik nanti," tutur Kamaruddin.

Lalu, dalam pemaparannya, Dirjen Pendis akan melakukan publikasi dalam bentuk video dan quote yang berisi gambar tokoh yang disertai dengan pandangannya. "Selain itu, ada souvenir dalam bentuk digital," katanya. Juga, lanjutnya lagi, Pendis akan melakukan publikasi yang dikemas dalam bentuk talkshow di televisi dan di radio.

Di acara yang dihadiri juga Menteri Agama Lukman Hakim ini, selain akan melakukan publikasi, Kamarudin berkomitmen mengundang para Indonesianis dan para Peneliti internasional agar masuk ke lembaga Pendidikan Islam. "Nanti akan saya panggil teman-teman Direktur di lingkungan Pendis, semua harus memaparkan desain dan harus punya. 2017, Pendis goes to media. Harus menjadi nomor satu," pungkasnya.

(Red: Fathoni Ahmad)

Sumber: Portal Kementerian Agama

Pesantren Walisongo Ini Berdakwah dengan Rebana

rebanaPondok Pesantren Walisongo Sragen, Jawa Tengah merupakan salah satu pesantren termasyhur dengan dakwah melalui seni rebana oleh para kiainya. Perkembangan pesantren yang berdiri tahun 1994 ini cukup pesat, yaitu dengan berdirinya Madin (Madrasaha Diniyah) pada tahun 1999, serta lembaga pendidikan lain di berbagai jenjang dalam rentang pembangunan antara tahun 2006 hingga 2008.

Namun di balik perkembangan pendidikan yang pesat serta di tunjang dengan fasilitas yang belajar yang lengkap tersebut, pesantren Walisongo ternyata memiliki ciri khas kesenian rebana yang mana dari awal berdirinya pesantren sampai saat ini. Grup rebana tersebut selalu memiliki jadwal dakwah yang padat, artinya seni rebana pesantren Walisongo selalu dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi dengan senantiasa berpegang pada ajaran agama, sehingga masyarakat selalu merindukan kehadiran nasihat bijak melalui syair shalawat yang dibawakan rebana walisongo.

Secara individu KH Ma’ruf Islamuddin yang merupakan pengasuh pesantren sekaligus penggagas seni rebana Walisongo, memang senang dengan seni, terutama seni tarik suara. Kiai Ma’ruf memiliki moto ‘Dengan ilmu hidup lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah, dan dengan agama hidup jadi terarah’, dan moto tersebut juga tertuliskan di studio rekaman Al Muntaha Record milik pesantren Walisongo.

Merujuk dari ciri khas para ulama yang menggunakan seni sebagai media dakwah, Kiai Ma’ruf Islamuddin pun juga menggunakan pedekatan seni. Seni dalam berdakwah merupakan sarana menyebarkan agama Islam yang telah dijelaskan di atas merupakan warisan dari para wali yang telah terbukti telah mengislamkan hampir semua wilayah di Jawa.

Dakwah dengan Rebana

Hal yang melatar belakangi dipilihnya rebana sebagai sarana dalam berdakwah adalah karena jamaah yang dihadapi sangat heterogen dilihat dari segi keimanan, maka Kiai Ma’ruf menggagas bagaimana caranya dakwah itu disampaikan melalui seni dan bisa dikemas sedemikian rupa sehingga bisa diterima oleh masyarakat. Sehingga munculah ide itu berupa dakwah dengan kesenian musik rebana.

Seiring kemajuan teknologi dan pemenuhan kebutuhan dakwah di masyarakat, maka pesantren Walisongo melakukan upaya dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi kesenian rebana ini dengan beberapa cara. Diantaranya yaitu menjaring minat dan bakat santri serta siswa melalui kegiatan ektrakurikuler rabana, reorganisasi pemain rebana, mendirikan studio rekaman agar musik rebana bisa dinikmati orang setiap saat dengan kasetnya, dan mendirikan studio radio Walisongo Sragen agar masyarakat bisa mendengarkan ceramah Kiai Ma’ruf dan rebana tanpa melihat langsung.

Ternyata upaya mempertahankan eksistensi rebana tersebut secara tidak langsung juga bepengaruh terhadap meningkatnya jumlah santri. Hal tersebut dikarenakan dalam setiap dakwahnya, baik secara langsung maupun dalam kaset VCD yang diperjual belikan, keberadaan pesantren Walisongo turut serta dipromosikan. Dalam setiap penerimaan santri baru, banyak yang mengaku mengetahui pesantren Walisongo dari kaset maupun dari nada dan dakwah yang ditampilkan rebana Walisongo.

Tidak hanya grup seni rebana yang beranggotakan santri dewasa yang disibukan dengan padatnya jadwal, namun grup seni rebana Madrasah Integral Walisongo pun tahun ini meraih juara tingkat kabupaten dan prestasi itu diraih selama empat kali berturut-turut. [Rosyidi/NUOnline]