Wednesday, November 30, 2016

“Integrated Curriculum” di MINU Pucang Sidoarjo

[caption id="attachment_2967" align="aligncenter" width="620"]Foto: minupucangsidoarjo.sch.id Foto: minupucangsidoarjo.sch.id[/caption]

Madrasah Ibtidaiyah ini menggunakan kurikulum terpadu atau integrated curriculum sebagai acuannya dengan mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Kementrian Agama (Kemenag), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Cambridge University dan International Baccalaureate Program (IB). Penerapan kurikulum ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, kompetitif di bidang ilmu pengetahuan serta memiliki keagungan akhlak.

Profil madrasah kita kali ini adalah Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Nahdlatul Ulama Cambridge International Examination, atau yang biasa dikenal dengan MINU Pucang yang teletak di Jalan Jenggolo 53 Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki kurikulum yang berbeda dari sekolah MI/SD pada umumnya.

Kepala sekolah MINU Pucang Sidoarjo, M Hamim Thohari mengaku, dengan mengadopsi dan adaptif mana yang sama dengan kurikulum nasional yang lebih tinggi, maka kurikulum itu diadopsi. Kualifikasi tersebut di atas rata-rata Madrasah Ibtidaiyah.

Menurutnya, keempat kurikulum tersebut tidak dimiliki oleh sekolah lainnya di wilayah Sidoarjo. Ada yang menggunakan kurikulum Cambridge University, namun tidak menggunakan kurikulum IB dan hanya di MINU Pucang yang menggunakan empat kurikulum. "Alhamdulillah siswa kami bisa dan mampu menerima semua kurikulum tersebut," tutur Hamim.

Bahasa Pengantar Inggris

Setiap materi pembelajaran selalu menggunakan bahasa Inggris. Tak terkecuali pada saat pembelajaran agama, guru dan siswanya tetap menggunakan bahasa Inggris. Hamim menjelaskan, semua materi yang diberikan kepada siswa, tidak ada yang dikotomi atau dikesampingkan. Semua materi agama atau pun muatan umum, diajarkan sesuai dengan kurikulum yang ada.

"Pada saat pembelajaran, yang menjadi produser atau sutradara adalah pendidiknya. Pada saat di kelas, semuanya kami serahkan kepada dewan gurunya. Rata-rata pendidik di MINU Pucang ini 90 persen guru bahasa Inggris, yakni melalui bimbingan tenaga pendidik yang profesional dengan 56 persen kualifikasi jenjang pendidikan S2. "Kami juga rutin memberikan pelatihan bahasa Inggris kepada dewan guru dan alhamdulillah sampai saat ini tetap berjalan," kata Hamim.

Dalam menyeimbangkan antara ilmu agama dengan umum, Hamim menyatakan bahwa di MINU Pucang Sidoarjo juga menerapkan program intensif Tartil Al-Qur'an dengan target siswa hapal juz 30, 1 dan 2. Pembelajaran tersebut dilakukan secara menyeluruh dengan memadukan unsur Al-Qur'an dan intelektual peserta didik yang berfokus pada pembentukan akhlak dan kemampuan probelm solving.

Di MINU Pucang sendiri, jumlah tenaga pendidiknya sekitar 84 guru. Dari sekian itu, ada 16 guru yang memiliki sertifikasi internasioanl secara mandiri. Sementara jumlah siswanya hingga saat ini sekitar 1706 siswa. Untuk memenuhi kebutuhan belajar mengajarnya, MINU Pucang memiliki ruang kelas sebanyak 32 ruangan dan luas sekolah 3682 meter persegi.

Prestasi Membanggakan

Selain memiliki keunggulan kurikulum, siswa MINU Pucang Sidoarjo juga banyak menorehkan prestasi membanggakan. Tak ayal, banyak tropi maupun piagam penghargaan di dalam almari yang menjadi pusat pemandangan ketika mulai memasuki ruangan. Almari yang memiliki ukuran kurang lebih 2x1,5 meter ini berada di depan pintu masuk menuju ruang kelas.

Adapun prestasi yang pernah diraih oleh siswa MINU Pucang Sidoarjo pada tahun 2014 antara lain, juara I, II dan III tartil LPSI Al-Barokah tingkat Kota Surabaya-Sidoarjo, juara II dan III Pildacil tingkat Kabupaten Sidoarjo. Tahun 2015, juara I Pildacil tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I cerdas cermat matematika tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I cerdas cermat IPA tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I cerdas cermat bahasa Inggris tingkat Kabupaten Sidoarjo, juara I Olimpiade Math Science SSC tingkat Kabupaten Sidoarjo, rangking 5 besar Nasional Math Science Emerald dan masih banyak lagi yang lainnya.

"Alhamdulillah pretasi yang diraih siswa kami dari tahun ke tahun selalu ada dan sangat banyak sekali. Tidak hanya itu, sekolah kami juga sering digunakan untuk study banding dari sekolah maupun Universitas baik yang ada di Sidoarjo maupun dari luar Sidoarjo," terang Hamim. [Moh Kholidun/Anam]

 

Tuesday, November 29, 2016

Lagi, Siswi Madrasah Ini Menang Olimpiade Matematika

olimpiade-matematikaBantul, PendidikanIslam.id - Kholida Nailul Muna kembali mengukir prestasi di bidang matematika. Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Wonokromo Bantul ini baru saja meraih Juara I Olimpiade Matematika DIY Jateng yang digelar di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, Ahad (27/11) kemarin.

Dalam olimpiade yang diikuti 267 pelajar tingkat SMA/SMK dan MA dari DIY dan Jawa Tengah tersebut, Kholida menjadi satu-satunya siswa madrasah di antara lima juara olimpiade ini. Prestasi ini juga sekaligus membuktikan bahwa “Madrasah Memang lebih Baik dan Lebih Baik Madrasah”.

Prestasi ini bukan yang pertama. Sebelumnya ia menjadi juara II olimpiade matematika internasional. Menurut Kholida, setiap mengikuti kompetisi selalu saja ada pengalaman baru yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan, khususnya di bidang matematika.

“Di setiap event pastinya punya tantangan yang berbeda, tingkat kesulitan dan jenis soal juga sering beda. Itulah yang menantang saya untuk bisa mengerjakan soal dengan benar dan teliti,” ungkap Kholida seperti dikutip edupost.id.

Keberhasilan Kholida tak lepas dari bimbingan Pusat Pendidikan Matematika (PPM), Fery Ardian. Tak hanya itu, guru matematika dari MAN Wonokromo, Sapti Wahyuni, juga dengan tekun mendampingi dan melatih Kholida.

Ketua PPM Ami Triono menyebut, prestasi yang dimiliki Kholida memang luar biasa. “Keberhasilan ini merupakan prestasi luar biasa dan hanya terwujud dari usaha serta doa dari semua pihak dan rizki Kholida juga karena juara 2,3,4 dan 5 berasal dari sekolah-sekolah umum,” ungkap Ami. (Red: Anam)

 

Monday, November 28, 2016

Menag Resmi Luncurkan Aplikasi iSantri Digital Corner di Pesantren Situbondo

[caption id="attachment_2961" align="aligncenter" width="640"]Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat peluncuran Aplikasi iSantri di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, Jawa Timur. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat peluncuran Aplikasi iSantri di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, Jawa Timur.[/caption]

SITUBONDO, PENDIDIKANISLAM.ID - Aplikasi iSantri telah diluncurkan, Senin (28/11) di Pondok Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Program pemberdayaan santri melalui perpustakaan digital berbasis media sosial ini merupakan terobosan besar bagi Ma’had Aly dan pesantren secara keseluruhan untuk menjawab tantangan keilmuan di zaman global.

Menteri Agama mengapresiasi langkah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren tersebut. Karena menurutnya, Ma’had Aly di pesantren harus dibangun dan ditunjang dengan fasilitas berbasis teknologi untuk menyebarkan keilmuan yang bersumber dari kitab-kitab karya ulama pesantren kepada masyarakat, terutama santri dan siswa.

“Program digitalisasi ini juga bisa berfungsi untuk menjaga kelestarian karya pesantren dan ulama-ulama klasik untuk menghindari perubahan dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab untuk mengubah substansi,” ujar Lukman usai memberikan sambutan dalam peluncuran tersebut.

Dalam program digitalisasi perpustakaan yang dikuatkan dengan aplikasi di ponsel pintar ini, Kementerian Agama menggandeng Aksaramaya, perusahaan pembuat aplikasi dan ruang digitalisasi pesantren.

CEO Aksaramaya, Sulasmo dalam keterangannya menjelaskan, iSantri dapat diunduh langsung melalui Google Playstore dan Desktop sehingga memudahkan santri, siswa, dan masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.

“Aplikasi iSantri yang berisi buku dan kitab dapat diakses dan dipinjam layaknya ketika kita di perpustakaan,” terang pria yang kerap disapa Lasmo itu.

Tetapi, lanjutnya, layanan ini tidak statis, melainkan bersifat dinamis karena setiap pengguna dapat diketahui sedang membaca buku apa sekaligus bisa sharing antar pembaca terkait dengan substansi kitab maupun buku.

“Jadi persis seperti ketika kita berinteraksi di media sosial,” terang Lasmo.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Dr Mohsen menuturkan, Ma’had Aly di pesantren yang menjadi sasaran program digitalisasi ini perlu dalam dunia kontemporer saat ini.

Sebab menurutnya, kitab karya ulama dan pemikiran santri sangat dibutuhkan untuk memberikan warna Islam moderat berkarakter ramah di dunia maya. Hal ini berangkat dari hiruk-pikuk dunia maya, terutama media sosial yang selama ini dipenuhi oleh informasi yang belum tentu benar, tetapi dengan gampangnya diviralkan.

Dalam kesempatan ini, Kementerian Agama juga menggandeng Perpustakaan Nasional untuk menggerakkan program digitalisasi. Selama ini, Perpustakaan Nasional sendiri telah banyak mendigitalisasikan kitab-kitab kalsik karya ulama-ulama pesantren.

Dalam kegiatan ini pula, Kementerian Agama mengadakan pertemuan Majelis Masyayikh Ma’had Aly. Majelis yang beranggotakan para kiai sepuh ini berperan dalam merancang standar akademik dan kurikulum di Ma’had Aly.

“Majelis Masyayikh ini juga berperan sebagai expert judgement, tim ahli dalam menentukan segala sesuatu yang menjadi ketentuan Ma’had Aly agar tetap pada jalur tradisi dan keilmuan pesantren,” ujar Kasubdit Pendidikan Diniyah Direktorat PD Pontren Kemenag, Ahmad Zayadi.

Hadir dalam kegiatan yang juga dilakukan peluncuran Kartu Indonesia Pintar bagi santri yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KHR Azahim Ibrahimy, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KH Afifuddin Muhajir, Wakil Ketua LBM PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, Ketua Lakpesdam PBNU H Rumadi, Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, dan KH Ahsin Sakho Muhammad.

[Fathoni Ahmad]

Madrasah Favorit dari Balik Bambu

minu-favorit-bojonegoroMadrasah favorit ini terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Jawa Timur, akrab disebut Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum atau MINU Unggulan. Madrasah ini pernah menjadi pilot project sekolah unggulan di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU), didirikan pada tanggal 1 September 1953 Berdasarkan Piagam Pengakuan Kewadjiban Beladjar oleh Kepala Djawatan Pendidikan Agama Nomor : K/II/CIX/7549 pada tanggal 1 April 1960.

Pendirian MINU berawal dari para tokoh sesepuh masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro yang mempunyai pendapat sekaligus keinginan untuk memiliki sebuah sekolahan/tempat pendidikan untuk anak cucu mereka. Pada waktu itu tepatnya pada tahun 1952 dengan dipimpin sesepuh desa mengadakan musyawarah dan menghasilkan keputusan pendirian sekolah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Wadjib Belajar Nahdlatul Ulama (MWBNU).

Saat itu, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sebuah rumah milik warga setempat dengan sarana-prasarana seadanya. Baru beberapa tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1956 karena sekolah semakin diminati masyarakat akhirnya kegiatan pembelajaran dipindah di tempat yang lebih luas di rumah Bapak Muniran, yang lokasinya berada di depan Stasiun Kereta Api Bojonegoro.

Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1960 Sekolah tersebut dipindah lagi dari ke lokasi sdi Jalan Gajah Mada No. 16 Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro. Kala itu, gedung madrasah hanya berupa bambu hasil usaha gotong royong warga Nahdlatul Ulama setempat. Meski demikian, saat ini seiring berjalannya waktu, MINU Unggulan Bojonegoro telah menjadi salah satu sekolah favorit di Bojonegoro.

Bahkan, tahun 2010 lalu, MINU Unggulan termasuk dalam enam sekolah yang dijadikan percontohan di LP Maarif NU Jatim. Selain MINU Unggulan Bojonegoro, ada pula sekolah lain, yakni MINU Al Khairiyah Situbondo, MINU Teratai putra/putri Gresik, MINU Kureksari Sidoarjo, dan SD Islam Bainul Ashar Tulungagung.

MINU Nurul Ulum Bojonegoro awalnya tidak mendapat perhatian dari masyarakat kini menjadi tujuan utama masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Bahkan sebelum pendaftaran siswa baru ditutup, jumlah siswanya sudah melebihi pagu yang ada. Melawan persepsi masyarakat soal biaya, menjadi salah satu alasan MINU Unggulan menjadi sekolah pilihan. Sebab, belajar di sekolah unggulan yang dibangun LP Maarif Jatim memang tidak semahal yang dibayangkan masyarakat pada umumnya. Bahkan, pada praktiknya, biaya justru disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar.

Selain itu juga butuh transparansi dan partisipasi wali murid. MINU Unggulan Bojonegoro memiliki sistem akuntabilitas dan transparansi. Tidak hanya pihak sekolah, wali murid bukan juga diberikan motivasi ikut berpikir dan mendorong sekolah berkembang lebih baik.

Kepala MINU Unggulan Bojonegoro, Abdul Mujib Ridwan mengaku, di lembaga yang dipimpinnya saat ini terdapat 274 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Pembelajaran yang diterapkan ialah program full day school. Dengan ketentuan untuk kelas 1 sampai kelas 3, masuk sekolah pukul 06.50 WIB dan pulangnya pukul 14.00 WIB. Sedangkan kelas 4 sampai kelas 6, masuk pukul 06.50 WIB dan pulangnya pukul 15.30 WIB.

Berbagai Program Ekstra

Selama ini, MINU Unggulan Bojonegoro menerapkan berbagai program rutin tahunan sebagai kegiatan pengembangan peserta didik, wali murid dan pendidik. Khusus untuk siswa dan wali murid, terdapat kegiatan outbond setiap tahun. Kegiatan itu dilaksanakan di lokasi yang strategis untuk pembelajaran di luar ruangan.

Menurut kepala MINU Unggulan Bojonegoro, outbond merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan setiap semester genap. Dengan outbond ini diharapkan para siswa bisa menghilangkan kejenuhan saat belajar di dalam kelas. "Selain itu juga untuk melatih keberanian siswa untuk berpetualang di alam," ujar Mujib.

Lebih lanjut dijelaskan, selain diikuti oleh siswa, para orang tua siswa juga turut serta. Mereka mengikuti kegiatan mulai dengan menyanyikan yel-yel kelompok hingga mengikuti tantangan-tantangan yang disediakan panitia.

"Biasanya khusus untuk para siswa disediakan wahana air dan flying fox, sementara untuk para wali murid juga kami sediakan bermacam-macam lomba. Di antaranya lomba tarik tambang, gapyak hingga lomba membawa gelas dengan taplak meja," ujarnya.

Selama ini, saat kegiatan berlangsung, para siswa dan wali murid ceria meski letih dengan berbagai permainan dan lomba yang dilakukan.

Sementara itu, untuk pengembangan guru terdapat program TOT (Tarining Of Trainer). Semua Guru MI Nurul Ulum mengikuti kegiatan tersebut untuk membentuk seorang pendidik yang selalu kreatif, motivasi, dan berkarakter. Kreatifitas para dewan guru MINU Unggulan terlihat saat perayaan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) Ke-338 tahun ini. Dalam pawai budaya yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, MINU Unggulan termasuk sebagai Juara Harapan III untuk tingkat Sekolah Dasar.

Tercatat ada sebanyak 45 regu yang memeriahkan pawai budaya tingkat SD/SMP tahun 2015 ini, dengan rincian 11 regu dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 34 regu dari tingkat Sekolah Dasar (SD).

Dari segi pengembangan siswa, MINU Unggulan juga menyelenggarakan bimbingan-bimbingan khusus bagi siswa-siswinya yang mengikuti olimpiade. Salah satunya sebagaimana diikuti siswanya, M. Kafa Mas’udi yang berhasil menyabet Juara III Olimpiade Sains Nasional oleh EEC, tahun lalu serta meraih Juara I pada kompetisi yang sama tingkat Provinsi Jawa Timur tahun ini.

MINU Unggulan mendukung penuh perjuangan siswanya dengan memberikan bimbingan seminggu dua kali sampai mendekati olimpiade, termasuk pemantapan materi Matematika dan Sains. Namun seringnya mengikuti kejuaraan dan olimpiade tingkat Kabupaten, Provinsi sampai Nasional sejak kelas 2, membuat pembimbing tidak kesulitan memberikan materi.

Selama ini, manajemen Madrasah yang profesional merupakan kunci pokok dalam membangun MINU menjadi madrasah yang unggul, tidak luput dengan program peningkatan kualitas tenaga pendidik secara berkelanjutan, beragam fasilitas yang ditawarkan sebagai penunjang kegiatan Belajar Mengajar, kreativitas dalam pengajaran, serta pengelolaan kelas yang baik menjadikan MINU sebagai lembaga yang profesional dalam mengemban amanat pendidikan. (Nidhomatum MR/Anam)

Friday, November 25, 2016

Kemenag Segera Luncurkan iSantri dan Majelis Masyayikh Ma’had Aly

[caption id="attachment_2950" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi santri digital. Gambar ilustrasi santri digital.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren akan segera merilis iSantri. Aplikasi sosial media ini akan dirilis pertama kalinya oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Jawa Timur, Senin (28/11) mendatang.

"iSantri adalah Aplikasi Sosial Media berbasis buku dan kitab digital, dilengkapi dengan digital library. Aplikasi ini berisi beragam kitab, buku pelajaran, buku sains dan buku penunjang lainnya yang bisa dipinjam dan dibaca oleh Santri/siswa untuk belajar mandiri serta memperkaya pengetahuan," terang Kasubdit Pendidikan Diniyah Direktorat PD Pontren Ahmad Zayadi, Jumat (25/11).

Menurut Zayadi, peluncuran ini juga akan ditandai dengan peresmian digital corner. Ada 13 digital corner yang akan beroperasi di 13 Mahad Aly, yaitu: Mahad Aly Saidusshiddiqiyyah (DKI Jakarta), Mahad Aly Syekh Ibrahim Al Jambi (Jambi), Mahad Aly Sumatera Thawalib Parabek (Sumatera Barat), Mahad Aly MUDI Mesjid Raya (Aceh).

Selain itu, Mahad Aly Asadiyah (Sulsel), Mahad Aly Rasyidiyah Khalidiyah (Kalsel), Mahad Aly salafiyah Syafiiyah (Jatim), Mahad Aly Hasyim Al-Asyary (Jatim), Mahad Aly At-Tarmasi (Jatim), Mahad Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh (Jateng), Mahad Aly PP Iqna ath-Thalibin (Jateng), Mahad Aly Al Hikamussalafiyah (Jabar), dan Mahad Aly Miftahul Huda Manonjaya (Jabar).

Digital corner ini nantinya akan menjadi media dan penunjang kegiatan belajar mengajar para santri. "iSantri Digital Corner merupakan dynamic library yang disediakan di area Pondok Pesantren/Madrasah (dalam dan luar gedung perpustakaan) untuk memberikan akses kepada para Santri/siswa membaca lewat iSantri," ujarnya.

"iSantri Digital Corner sekaligus menjadi ruang untuk diskusi dan pengembangan literasi Santri/siswa dan guru," tambahnya yang menerangkan bahwa dalam kesempatan tersebut juga akan diresmikan Majelis Masyayikh Ma’had Aly.

“Majelis Masyayikh adalah lembaga yang berisi para kiai sepuh dan alim yang akan menentukan standarisasi akademik dan sebagai expert judgement Ma’had Aly,” imbuh Zayadi.

Aktivitas yang bisa dilakukan di iSantri Digital Corner ini antara lain: Baca e-book lewat iSantri, diskusi seputar buku yang sedang dibaca, serta pelatihan dan workshop.

Selain merilis iSantri Digital Corner, Menag secara simbolis juga akan menyerahkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) tahap II kepada santri Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Ada sekitar 91.448 KIP yang dibagikan pada tahap II ini ke para santri yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Thursday, November 24, 2016

Ketika Nabi Menjawab Pertanyaan

[caption id="attachment_2947" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi. Gambar ilustrasi.[/caption]

Nabi adalah orang yang membawa berita. Bukan sembarang berita, tapi ini berita dari langit. Semua Nabi membawa dua pesan utama: percaya kepada Tuhan dan percaya pada hari akhir/hari kebangkitan. Pesan dari langit bukan sekadar pepesan kosong melainkan juga harus diterapkan untuk terciptanya ketertiban dan kenyamanan. Pada titik ini, Nabi menjelma menjadi suri tauladan untuk menjalankan pesan ilahi.

Nabi bukan hanya pembawa pesan (messenger) sebagaimana layaknya tukang pos yang tidak tahu isi pesan. Nabi diberi pemahaman akan berita atau pesan yang hendak diteruskan kepada sesama. Bahkan Nabi juga menjawab sejumlah pertanyaan mengenai maksud dan kandungan berita langit. Nabi juga menjadi orang pertama yang berhadapan dengan mereka yang tidak percaya dan mengingkari pesan langit.

Ada yang jelas-jelas menentang (kafir) namun ada pula yang hatinya mendua antara percaya dan tidak percaya (munafiq). Banyak pihak yang sekadar iseng bertanya kepada Nabi. Atau bertanya untuk menguji dan mengolok-olok. Ada pula yang gemar mencari-cari kesalahan, menguping dan membocorkan pembicaraan Nabi, bahkan ada yang meniru gerak-gerik Nabi berbicara sekadar mengejek setiap kali Nabi menyampaikan pesan atau penjelasan.

Dalam Hadis riwayat Imam Bukhari dikisahkan Nabi naik mimbar dan kemudian "menantang" jamaah untuk mengajukan pertanyaan yang mereka mau, dan pasti saat itu akan Nabi jawab. Melihat Nabi yang terlihat geram, sejumlah sahabat menangis terisak-isak. Nabi berulangkali berseru: "bertanyalah kalian kepadaku!". Seorang bertanya, "dimana tempat tinggalku kelak?" Nabi menjawab: "kamu di neraka!". lantas Abdullah bin Hudzaifah bertanya: "siapa ayahku Ya Rasul?" Nabi menjawab, "Ayahmu Hudzaifah." Nabi masih menunggu siapa lagi yang mau bertanya segala macam kepadanya dengan terus mengulang: "Ayo bertanya lagi?!"

Umar bin Khattab kemudian berkata: "Radhina billahi Rabba, wa bil Islami dina, wa bi Muhammadin shallahu 'alayhi wa sallam Rasula (Kami ridha Allah sebagai Rabb Kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad SAW sebagai Rasul)." Ucapan Umar di tengah isak tangis para sahabat tersebut mengandung pertaubatan, penyesalan akan ketidaksopanan sejumlah pihak dan juga pengulangan janji kesetiaan kepada Nabi.

Nabi terdiam sejenak mendengar ucapan Umar. Nabi kemudian bersabda: "Pada dinding ini telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka. Belum pernah kulihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini." Ucapan Nabi bermakna gentingnya situasi saat itu akibat kemarahan Nabi.

Peristiwa ini berbuntut panjang. Dalam riwayat Imam Muslim diceritakan kisah tambahan betapa ibu Abdullah murka pada anaknya yang bertanya siapa bapaknya di depan Nabi. Bukan saja pertanyaan itu tidak penting ditanyakan tapi juga seolah meragukan jalur nasabnya. Kata ibunya, "Kamu sangka ibumu ini pelacur yang kemudian aibnya mau kamu buka di depan Nabi dan jamaah dengan bertanya seolah meragukan siapa ayahmu?! Aku tidak pernah mendengar seorang pun yang lebih durhaka ketimbang engkau!"

Ada memang orang yang selalu ingin tahu hal-hal yang amat sangat detil dari agama ini. Nabi yang membawa gagasan besar dan pesan dari langit disibukkan dengan pertanyaan remeh temeh, seperti orang yang kehilangan unta dan kemudian bertanya hal itu kepada Nabi.

Nabi pernah bersabda:

"Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji kepada kalian, maka berhajilah”. Seseorang berkata, ”Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?” Maka beliau diam hingga orang tersebut mengulanginya sampai tiga kali, kemudian Rasulullah bersabda, ”Kalau aku katakan ya, niscaya hal tersebut menjadi wajib, dan niscaya kalian tidak akan sanggup,” kemudian beliau bersabda, ”Biarkanlah aku terhadap apa yang aku tinggalkan kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena pertanyaan dan penentangan mereka kepada nabi-nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian, kerjakan semampu kalian. Dan jika aku melarang sesuatu pada kalian, tinggalkanlah."

Maka kemudian turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian, niscaya menyusahkan kalian." [al-Mâidah: 101].

Jadi, apa kita tidak boleh bertanya? Tentu boleh. Ada sekitar 12 ayat di mana Allah turun tangan langsung menjelaskan jawaban dengan menggunakan redaksi: "Mereka bertanya kepadamu tentang...." Itu karena pertanyaannya sangat penting. Di lain kesempatan, Nabi juga senang sekali berdialog dengan para sahabatnya. Ini artinya Nabi tidak keberatan menghadapi berbagai pertanyaan sahabat.

Namun seringkali orang bertanya bukan untuk mendapatkan jawaban. Ada yang bertanya untuk menunjukkan bahwa dia juga memiliki pengetahuan tentang hal yang dibicarakan. Ada yang bertanya untuk menyindir, atau untuk menunjukkan kita lebih pintar dari yang ditanya. Atau bertanya untuk menebar pesona betapa alim dan dermawannya kita.

Simak pertanyaan model ini: "Mengapa ya Ustadz setiap saya habis bersedekah rasanya nikmatttt sekaliii?" Lantas disusul pertanyaan jamaah lain, "Kalau saya rasanya nikmat itu pas sehabis shalat tahajud 12 rakaat. Kenapa ya Ustadz?" Atau yang satu ini: "Bu Ustadzah, setiap saya pergi umrah setiap bulannya kenapa ya saya selalu menangis kalau shalat di depan Ka'bah? Dan anehnya tetangga saya katanya tidak bisa keluar air mata di Tanah Suci. Apakah perbedaan ini karena saya rajin menyantuni anak yatim, sementara tetangga saya itu terkenal pelitnya ya Bu?"

Duuhhhh!

Nadirsyah Hosen, Dosen Senior Monash Law School Australia.

Sumber: Facebook/NadirsyahHosen

Tiga Aspek Fokus Pendidikan Islam

[caption id="attachment_2839" align="aligncenter" width="640"]Ilustrasi proses belajar mengajar di kelas. Ilustrasi proses belajar mengajar di kelas.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Pendidikan Islam akan difokuskan kepada tiga aspek. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik.

Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, bermodalkan berbagai keunggulan dan potensi besar yang dimiliki Indonesia. Visi pendidikan Islam ke depan adalah terwujudnya pendidikan Islam yang unggul dan moderat. Kemudian, menjadi rujukan dunia dalam integrasi ilmu agama, pengetahuan serta teknologi.

“Demi memastikan kualitas sumber daya manusia yang baik, maka pendidikan Islam perlu fokus pada tiga aspek," kata Lukman dalam sambutannya di acara launching Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) di Auditorium KH M Rasjidi Kementerian Agama, Rabu (23/11).

Ia menerangkan, tiga aspek tersebut yang pertama, meningkatkan kualitas pendidikan. Kedua, pembentukan akhlak murid yang baik dan budi pekerti yang luhur. Ketiga, pengembangan keterampilan mereka dalam berpikir tingkat tinggi.

Menurutnya, merujuk pada tiga asepek itu maka generasi emas Indonesia diharapkan akan menjadi manusia-manusia yang tangguh dalam menghadapi persaingan global. Selain itu menjadi generasi yang mampu terus menjawab tantangan-tantangan baru.

Dikatakan Lukman, pendidikan Islam juga sengaja akan lebih dititik beratkan pada esensi ajaran Islam. Hal ini diperlukan karena persaingan hidup semakin ketat. Apalagi realitas Indonesia yang majemuk. Maka esensi dari Islam yang hakekatnya hadir untuk mewujudkan kedamaian, kasih sayang, kemaslahatan dan rahmat bagi seluruh alam semesta perlu dititik beratkan.

Sumber: Republika

[Red: Fathoni Ahmad]

Peluncuran Studi-studi Kemenag tentang Pendidikan Islam di Indonesia

[caption id="attachment_2942" align="aligncenter" width="640"]Menag Lukman Hakim Saifuddin memukul gong tanda Peluncuran Studi-Studi Kemenag Tentang Pendidikan Islam di Indonesia. Menag Lukman Hakim Saifuddin memukul gong tanda Peluncuran Studi-Studi Kemenag Tentang Pendidikan Islam di Indonesia.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan peluncuran Studi-Studi Kementerian Agama (Kemenag) Tentang Pendidikan Islam di Indonesia. Peluncuran ditandai dengan pemukulan gong oleh Menag di Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin No.6 Jakarta, Rabu (23/11). Peluncuran Studi-Studi Kemenag Tentang Pendidikan Islam di Indonesia merupakan kerjasama Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia dan Kementerian Agama.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Sekjen Kemenag Nur Syam, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Kabalitbang Kemendikbud Totok Suprayitno, pejabat eselon I dan II Kemenag, dan sejumlah duta besar negara sahabat.

Menag dalam sambutannya mengapresiasi atas upaya sejumlah pihak yang telah membangun kemitraan untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan, khususnya pendidikan Islam pada sejumlah lembaga pendidikan kita, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat.

"Dan peluncuran hasil studi terkait sejumlah kebijakan pendidikan Islam yang dilakukan Kementerian Agama ini menjadi strategis dan memiliki tingkat urgensi yang tinggi, karena tantangan kita ke depan semakin memerlukan keseriusan dan kreativitas kita,"katanya.

Menag mengatakan, tantangan kita dalam konteks Indonesia adalah bagaimana agama khususnya Islam yang dipeluk oleh mayoritas bangsa ini mampu hadir dalam rangka mengintegrasikan kita sebagai sebuah bangsa.

"Saya perlu menggunakan kata-kata integrasi ini karena kita sadar betul, realitas keindonesiaan kita adalah kemajemukan atau pluralitas," ucapnya.

"Inilah yang menurut saya konteksnya dalam realitas kemanusiaan kita sangat penting, dan karenanya lalu kemudian, perlu kita lebih seriusi, karena tantangannya tentu tidak sederhana," Menag menambahkan.

Dikatakan Menag, kita jangan terjebak hal-hal yang seringkali tidak bisa kita elakkan di tengah-tengah globalisasi dan di tengah percepatan perubahan alat komunikasi yang luar biasa, dan di tengah derasnya arus informasi di sosial media kita, sehingga kemudian agama diperlakukan sedemikian rupa yang justru malah kehilangan esensi yang dikandung oleh agama itu sendiri.

Menurutnya, agama seringkali dijadikan argumentasi atau alat untuk saling menegasi antara kita yang memang berbeda atau majemuk.

"Sehingga dalam kesempatan ini, saya ingin menyegarkan ingatan kita bersama, agama semestinya kita sikapi dalam rangka untuk mengintegrasikan kita, bukan menegasikan antar kita yang memang tidak sama," ucap Menag.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Tuesday, November 22, 2016

Perguruan Tinggi Islam Berperan Penting Bangun Keharmonisan Agama

[caption id="attachment_2933" align="aligncenter" width="615"]Dirjen Pendis Kamaruddin saat membuka International Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang. Dirjen Pendis Kamaruddin Amin saat membuka International Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang.[/caption]

SEMARANG, PENDIDIKANISLAM.ID - Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menegaskan bahwa pluralisme agama memegang peran penting dalam menciptakan kedamaian global. Pluralisme agama bukan semata anugerah, tapi juga harus diciptakan dan diusahakan.

"Tidak ada pluralisme agama tanpa khazanah keagamaan dan tidak ada religious literacy tanpa pendidikan. Di sinilah Islamic Education terlebih Islamic University memainkan peran yang sangat penting," tegas Kamaruddin Amin, Semarang, Senin (21/11).

Penegasan ini disampaikan Kamaruddin saat memberikan sambutan sekaligus membuka International Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Asian Islamic Universities Associatin ( AIUA).

Selain perguruan tinggi keagamaan Islam, menurut Kamaruddin Amin, kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia dan pluralisme agama juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan ormas Islam , seperti NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, kedua ormas terbesar di Indonesia ini telah menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan pluralisme dengan mengajarkan Islam yang moderat.

Rektor UIN Walisongo Muhibbin mengatakan, Islam Indonesia dicirikan sebagai Islam yang demokratis, toleran, moderat, dan apresiatif terhadap kultur lokal. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia sangat potensial untuk menjadi model Islam bagi belahan dunia lainnya.

Untuk itu, lanjut Muhibbin, dibutuhkan peran dan partisipasi ulama dan akademisi muslim Indonesia dalam mewarnai diskursus global mengenai Islam. "Perguruan Tinggi Islam harus sistematis menyuarakan Islam yang santun, moderat dan secara aktif mempromosikan peace and harmony," katanya.

Seminar internasional ini menghadirkan sejumlah narasumber dari dalam dan luar negeri, antara lain: Azyumardi Azra, Abdullah Saeed (Australia), Man-Gon Park (Korea Utara) Fernando Enns (Belanda), Nardin Kardi (Malaysia), Norarfan bin Zainal (Brunei), dan Ismail Lutfi Japakiya (Thailand).Ada tiga tema besar yang dibahas, yaitu: Islamic Higher Education and Radicalism-Terrorism Issues, Islamic Higher Education and Peace: Outsider Perspective, dan Islamic Higher Education for Peace: Moslem Countries Experiences.

Seminar international yang diikuti para pimpinan dan dosen PTKIN, serta pengurus ormas dan utusan UGM, UII, dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini akan berlangsung hingga 23 November besok. Sebelum ditutup, para peserta akan diajak melakukan perjalanan budaya (cultural trip) ke situs-situs dan pusat-pusat sejarah di Semarang yang menjadi simbul peace and harmony. Beberapa tempat yang akan dikunjungi antara lain: Masjid Agung Jawa Tengah, Klenteng Sam Poo Kong, Gereja Blenduk di Kota Lama dan kampus UIN Walisongo.

Peserta asal UIN Walisongo Musa Hadi mengaku seminar seperti ini perlu diselenggarakan sebagai sarana sharing para peneliti dan akademisi. Dari seminar seperti ini, diharapkan dapat dirumuskan alternatif pemecahan atas problem radikalisme yang belakangan mencuat.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Melanjutkan Misi Sunan Drajat, Bantu Ekonomi Umat

pesantren-drajatTidak jauh dari pemakaman Sunan Drajat, satu diantara sembilan wali atau Walisongo yang masyhur di Nusantara, berdiri pesantren megah yang merupakan kelanjutan dari dakwah para penyebar Islam. Pesantren dengan nama Sunan Drajat ini didirikan dan diasuh oleh KH Abdul Ghofur, salah satu keturunan dari Sunan Drajat.

Yang istimewa, pesantren yang berada di wilayah kabupaten Lamongan Jawa Timur ini bukan hanya pesantren tradisional yang mengajarkan para santri dengan ilmu agama dan setiap hari bergelut dengan kitab kuning. Bidang pengembangan ekonomi merupakan salah satu ikon kuat di pesantren ini dengan sejumlah bidang usaha. Kiai Ghofur mengajari para santrinya dari teori, praktek sampai penerapannya di lapangan. Semuanya bisa dipelajari dari berbagai unit usaha milik pesantren.

Apa yang dilakukan oleh KH Abdul Ghoru ini merupakan implementasi dari pesan Sunan Drajat, yaitu

Wenehono teken marang wong wuto
(Berilah tongkat pada orang buta)

Wenehono mangan marang wong luwe
(Berilah makan pada orang yang lapar)

Wenehono busono marang wong wudo
(Berilah pakaian bagi orang yang telanjang)

Wenehono ngiyup marang wong kudanan
(Berilah tempat peneduh bagi orang yang kehujanan)

Dari pesan tersebut, intinya adalah Sunan Drajat ingin agar orang lemah, teraniaya, dan marginal perlu dibantu. Pesan ini selalu diingat oleh Kiai Ghofur dengan mencari santri yang tidak mampu agar mereka belajar di pesantren dan mereka harus membantu pengelolaan unit usaha pesantren. Mereka mendapat dua ilmu sekaligus, ilmu agama dan ilmu berwirausaha yang nantinya sangat bermanfaat diterapkan di masyarakat setelah selesai belajar di pesantren. Pemberdayaan ekonomi marupakan salah satu strategi yang pas karena bisa membuat orang yang sebelumnya tidak berdaya pada akhirnya malah bisa membantu yang lain.

Kiai Ghofur menjelaskan kunci keberhasilannya dalam membangkitkan kembali pesantren Sunan Drajat yang sempat terpuruk selama ratusan tahun yang dimulainya kembali pada tahun 1977 adalah membantu yang lemah dan meminta doanya, membantu yang kuat dan kaya dan menerima sumbangannya, serta menyalurkan hasil sumbangannya untuk kesejahteraan santri dan mengembangkan pesantren. Jaringan pergaulannya dengan menyapa yang lemah dan menghormati yang kuat ini membuatnya dikenal luar masyarakat sekitar sampai para tokoh di Jakarta. Kebiasaan silaturrahmi yang digabungkan dengan insting bisnis yang kuat ini membuat Pesantren Sunan Drajat mampu memanfaatkan berbagai potensi.

Pesantren kini telah memiliki sejumlah unit usaha seperti PT Sunan Drajat Lamongan memproduksi pupuk organik berkualitas tinggi, ramah lingkungan, dan menjaga kelestarian alam dengan merek KISDA. Pengembangan jus mengkudu "Sunan" untuk konsumsi lokal dan diekspor ke Jepang dengan merek "Java Noni". Air minum dalam kemasan dengan merk Aidrat yang dipasarkan ke seputar Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban dengan pangsa pasar terutama para wali santri, BMT Sunan Drajat untuk membantu keuangan kelompok usaha mikro, Persada TV dan Radio Persada FM sebagai media dakwah berbasis multimedia, Smesco mart yang menyediakan berbagai keperluan santri, koperasi pondok pesantren yang mengelola kedai, warnet, dan unit usaha lainnya.

Unit-Unit usaha tersebut dikelola oleh tenaga-tenaga trampil yang paham benar bagaimana mengelola bisnis dengan baik dan mampu bersaing di pasar karena sesungguhnya, berhasil atau tidaknya sebuah bisnis diuji di pasar. Dan usaha-usaha milik pesantren terbukti bisa bertahan dan bahkan bisa terus berkembang.

Pesantren sendiri berlokasi di atas tanah seluas 12 hektar sementara yang digunakan untuk usaha berupa gunung kapur seluas 10 ha,  lahan Phosphat seluas 30 Ha, tanah untuk pengembangan agribisnis seluas 30 Ha, tanah wali santri dan alumni yang digunakan untuk pengembangan usaha 300Ha.

Bukan hanya berhasil dalam pengembangan bisnis, manfaat lain dari jus mengkudu yang dibuatnya adalah keberhasilannya dalam menghijaukan lahan tandus menjadi kebun mengkudu yang menyebabkannya diberi penghargaan Kalpataru pada tahun 2006 sebagai pembina lingkungan terbaik. Penghargaan lain yang diterimanya adalah sebagai Pengusaha UKM Terbaik di Jawa Timur tahun 2007 dari harian Bisnis Indonesia dan yang paling baru adalah penghargaan Nahnu Ansorulloh dari GP Ansor pada tahun 2015 atas apresiasinya sebagai kiai yang dinilai memiliki gagasan dan konsep nyata pemberdayaan ekonomi pesantren dan masyarakat, yang bisa menjadi inspirasi kader-kader Ansor maupun bagi masyarakat luas. [Mukafi/NUOnline]

Program Riset Ciptakan Iklim Akademik Kelas Dunia di UIN Jakarta

[caption id="attachment_2930" align="aligncenter" width="640"]Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Program riset melalui skema "visiting professor" dan "research fellowship" diharapkan dapat mengkreasikan iklim akademik kelas dunia di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Untuk itu kami berkomitmen menjadikan visiting professor dan research fellowship sebagai bagian pengembangan akademik UIN Jakarta ke depan," kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Dede Rosyada MA kepada pers di Jakarta, Jumat (18/11).

Sebelumnya, komitmen tersebut disampaikan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di hadapan dosen dan peneliti peserta "visiting professor" dan "research fellowship" di Ruang Diorama UIN Jakarta.

Dalam kesempatan itu Rektor yang didampingi Wakil Rektor Bidang Kerjasama Prof Dr Murodi MA dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Prof Dr Arskal Salim GP MA melepas peserta program "visiting professor" Prof Jayakaran Mukundan dari University Putera Malaysia yang baru selesai melakukan kepesertaannya di LP2M UIN Jakarta.

Menurut Prof Dede, dosen-peneliti asal berbagai perguruan tinggi dunia diharapkan dapat menularkan semangat dan disiplin insan akademik perguruan tinggi dunia kepada sivitas akademika UIN Jakarta.

"UIN Jakarta juga mengirimkan dosennya ke luar negeri untuk mencari pengalaman baru dan mengimplementasikannya setelah mereka kembali berada di UIN Jakarta," katanya.

Ia juga mengemukakan, UIN Jakarta sejak 2015 melaksanakan kerjasama riset internasional. Dua di antaranya memanfaatkan skema "visiting professor" dan "research fellowship". Kedua skema ini dilakukan dengan menerima dosen-peneliti asing untuk melakukan riset di UIN Jakarta atau sebaliknya mengirim dosen-peneliti UIN Jakarta ke berbagai kampus dunia.

Tahun ini skema "visiting professor" diikuti enam profesor untuk meneliti dan mengajar di sejumlah fakultas di UIN Jakarta. Masing-masing Bijan Davvaz dari Yazd University Iran di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Hamid Slimi dari Canadian Centre for Deen Studies di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikaksi, dan Martha Beck dari Lyon College di Fakultas Ushuluddin.

Selanjutnya, Jayakaran Mukundan dari University Putra Malaysia di LP2M, Muhammad Ibrahim Noorzaee dari Kabul University di Fakultas Syariah dan Hukum, dan Abdul Aziz Munadhil dari Universitas Ibnu Thufail Maroko di Fakultas Dirasat Islamiyah.

Khusus "research fellowship", UIN Jakarta tahun ini menerima Sundaraj Dharmaraj dari Jawaharlal Nehru University, Jee Young Lee dari University of Canberra, dan Kevin William Fogg dari University of Oxford.

Masing-masing meneliti dan mengajar di Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Sains dan Teknologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Adapun skema "research-fellowship" dengan mengirim dosen-peneliti UIN Jakarta ke berbagai kampus dunia diikuti empat dosen UIN Jakarta. Keempatnya adalah Usep Abdul Matin ke Monash University, M Amin Nurdin ke Philipps Marburg University of Germany, Nurlaely Mida ke Yamaguchi University of Japan, dan Yuli Yasin ke Kuwait University.

Kegiatan kerjasama riset sendiri diapresiasi positif para peserta program. Mukundan, peneliti dari Malaysia, misalnya, mengaku sangat berbahagia bisa melaksanakan riset di UIN Jakarta. "Kegiatan ini juga bisa mengenalkan saya tentang iklim akademik UIN Jakarta maupun masyarakat Islam Indonesia," ungkapnya.

Berkaca pada aktifitas akademiknya selama beberapa waktu, Mukundan berharap UIN Jakarta bisa memperdalam aktivitas riset. Menurut dia, riset mendalam bisa meningkatkan kontribusi UIN Jakarta bagi Islam dan ilmu pengetahuan.

Sumber: Antara

[Red: Fathoni Ahmad]

Dirjen Pendis: Pesantren Alternatif Pendidikan Terbaik Saat Ini

[caption id="attachment_2924" align="aligncenter" width="612"]Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof (Phil) Kamaruddin Amin menyatakan pendidikan di pesantren adalah alternatif pendidikan terbaik saat ini, karena meski sebagai lembaga dakwah dan pendidikan, pesantren sangat mungkin memberikan kompetensi keterampilan lain.

Keterangan tertulis dari Kementerian Agama yang diterima di Jakarta, Senin menyebutkan, pernyataan Dirjen Pendidikan Islam itu dikemukakan dalam kegiatan "Evaluasi Program Pengembangan Pesantren Maritim" di Serpong, Tangerang, Jawa Barat akhir pekan lalu.

Menurut Prof Kamaruddin, para santri sangat mungkin diberikan tambahan kompetensi berupa keterampilan lain atau keterampilan khusus karena sistem pendidikan di pesantren berlangsung 24 jam.

Tambahan kompetensi keterampilan itu sangat penting, sebab tidak semua lulusan pesantren menjadi ulama atau ustadz. Mereka bisa dibekali dengan beragam keterampilan seperti agribisnis, teknologi informasi (IT), dan kemaritiman.

Dalam upaya mewujudkan pendidikan tambahan itu, ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, pesantren harus merevitalisasi dirinya menjadi pendidikan yang cocok atau "match" dengan industri. Kemana kecenderungan industri mendatang, pendidikan di pesantren harus dikembangkan mendukung "trend" tersebut.

Kedua, pesantren harus bisa bersinergi dengan lembaga keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pesantren perlu bisa membaca kemana arah investasi, sehingga bisa memperiapkan SDM ke arah itu.

Kerja sama

Sementara itu dari sisi kebijakan, Kementerian Agama harus bekerja sama dengan berbagai kementerian lainnya dalam mengembangkan pesantren. Nota Kesepahaman (MoU) dengan beberapa kementerian dan instansi perlu direvitalisasi.

Dalam hubungan ini, Kemenag akan lebih proaktif bekerja sama dan berdiskusi dengan kementerian-kementerian lainnya, dengan harapan beragam kerja sama tersebut dapat direfleksikan secara nyata dalam bentuk tersedianya anggaran.

Dirjen Pendidikan Islam juga mengemukakan, jumlah pesantren secara nasional saat ini mencapai 28.961 unit dengan 322.328 tenaga pendidik dan 4.028.660 peserta didik (santri).

Dari jumlah pesantren seperti itu, sebanyak 15.057 (51,99 persen) hanya menyelenggarakan pengajian kitab saja (tradisional), sedangkan sisanya sebanyak 13.904 (48.01 persen), selain menyelenggarakan pengajian, juga memberikan layanan pendidikan lainnya (modern).

Ada pun syarat terpenuhinya sebagai pesantren adalah memiliki lima unsur, yaitu ada kiayi, santri, asrama (pondok), tempat ibadah (mushola atau masjid) dan pengajian kitab kuning. Jika salah satu unsur tidak ada, maka belum bisa disebut sebagai pesantren.

Selain itu, menurut Prof Kamaruddin, saat ini identitas kesantrian berupa kopiah dan sarungan bukan lagi merupakan identitas marjinal, namun sudah menjadi komunitas yang bergengsi.

Ia menambahkan, kondisi lembaga pendidikan saat ini mengalami tantangan diskoneksitas signifikan berupa terjadinya keterputusan dan ketidaksambungan antara yang dipelajari di sekolah dengan persoalan yang terjadi di masyarakat. Akibatnya, terjadi pengangguran banyak lulusan sarjana.

Hal yang sama terjadi pada level sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK). Ternyata tingkat tidak terserapnya tenaga kerja lulusan SMK dan MAK lebih tinggi ketimbang lulusan SMA dan Aliyah.

Fakta itu terjadi karena tidak matchnya antara apa yang diajarkan oleh guru dengan tantangan di masyarakat saat ini. Problem itu terjadi akibat guru yang mengajar adalah alumnus jurusan kependidikan dan bukan lulusan dari politeknik dengan bidang ilmu yang sesuai dengan yang dibutuhkan di masyarakat.

"Guru hanya memahami paedagogi, namun tidak menguasai konten materi secara maksimal. Oleh sebab itu, tantangan pendidikan sekarang adalah bagaimana mengoneksikan antara dunia pendidikan dengan dunia industri," kata Prof Kamaruddin.

Sumber: Antara

[Red: Fathoni Ahmad]

Monday, November 21, 2016

Belajar Efektif dengan Metode Cooperative Learning

[caption id="attachment_2921" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi belajar kelompok. Foto ilustrasi belajar kelompok.[/caption]

Dalam proses belajar mengajar, berbagai model bisa diterapkan. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Apa itu? Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama.

Manfaatnya, menurut Stahl (Wardani, 2001:7), dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Tim MKPBM mengemukakan model pembelajaran ini akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.

Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Robert E. Slavin.

Metode pembelajaran kooperatif ini contohnya Student Teams Achievement Division (STAD), yang dikembangkan oleh Slavin sendiri.

Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen.

Jumlah peserta didik bekerja dalam kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi efektif, karena ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya.

Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah empat sampai lima orang. Kelebihan kelompok berempat menurut Lie, Anita (2007:47) antara lain:
1. Mudah dipecah menjadi berpasangan
2. Lebih banyak ide muncul
3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
4. Guru mudah memonitor

Bagaimana tahapan belajar dengan metode STAD? Berikut ini penuturan Slavin:

1. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.

2. Tahap kerja Kelompok
Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap Tes Individual
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

5. Tahap Penghargaan Kelompok
Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Dengan proses pembelajaran yang berlangsung tersebut semoga pelajar merasa senang dalam mengikuti materi yang diberikan guru, sehingga siswa siswi kita menjadi anak yang terampil dan cerdas untuk mengisi hari hari dengan baik.

Sumber: cnnindonesia

[Red: Fathoni Ahmad]

Saring Pesan di Media Sosial Sebelum Ikut Menyebarkan

[caption id="attachment_2918" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi media sosial. Gambar ilustrasi media sosial.[/caption]

MEDAN, PENDIDIKANISLAM.ID - Kemajuan teknologi mengantarkan manusia pada kemudahan untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Media sosial berkembang demikian pesat membongkar sekat komunikasi umat.

"Di era globalisasi, tiada lagi batasan dalam berkomunikasi. Tanpa adanya filter konten, ini berpotensi memicu masalah baru," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam diskusi publik Umat Beragama Mencegah Konflik SARA pada Media Sosial dan Informasi Transaksi Elektronik, Medan (18/11).

Di depan 152 orang peserta gelaran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatera Utara itu, Lukman mengajak pemuka agama dan umat beragama agar memiliki filter dalam menyikapi konten yang beredar di media sosial.

Menurutnya melalui media sosial, banyak konten negatif dan ujaran kebencian beredar bahkan dibagikan tanpa lagi filter atau pun verifikasi kebenarannya. Hal itu diperlukan kearifan dan sikap bijak sebelum menjadi bagian yang ikut menyebarluaskan.

Menag berharap umat beragama dapat menyaring (filter) informasi di media sosial yang diterimanya sebelum ikut menyebarluaskan. Hal itu penting dalam rangka meminimalisir potensi terjadinya konflik SARA yang bersumber dari informasi yang berkembang di media sosial.

"Perubahan akan semakin cepat lima sepuluh tahun ke depan. Ini jadi tantangan para pemuka agama dalam memberikan pemahaman keagamaan pada umat," tutur Lukman.

Menag menjelaskan paling tidak ada dua tantangan yang dihadapi pemuka agama dan umat beragama saat ini. Pertama, bagaimana mereka tetap menjaga hakikat misi agama itu sendiri, yakni mengembalikan esensi agama yang memanusiakan manusia.

Banyak konflik yang terjadi saat ini, menjadikan agama sebagai alat pembenaran bagi pihak yang sedang berkonflik. Maka umat beragama haruslah jadi pihak yang ikut menyejukan dan meredam konflik itu sendiri.

Kedua, terkait soal agama. Seringkali nilai agama dijadikan sebagai parameter atau tolok ukur perilaku orang lain berdasarkan agama yang kita anut atau yang kita yakini. Hal ini sering menghakimi orang lain yang tidak sepaham dengan kita.

Lebih baik jadikan Agama sebagai alat ukur perilaku diri kita sendiri terhadap orang lain. Hal ini tentunya akan meminimalkan kesalahfahaman yang ada.

"Pada masyarakat yang sangat religius di Indonesia, agama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Makanya agama menempati posisi yang luar biasa dalam tatanan sosial kehidupan," tandas Lukman.

Sumber: Portal Kementerian Agama

[Red: Fathoni Ahmad]

Friday, November 18, 2016

Mengharukan, Kisah 3 Santri Pencari Ilmu dan Sopir Mobil Sayur

[caption id="attachment_2915" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi santri. Foto ilustrasi santri.[/caption]

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR Muslim).

Kiranya, bukan hanya jalan ke surga yang dimudahkan oleh Allah. Percayalah, Allah juga akan memudahkan jalan kita saat akan berangkat menuju tempat mencari ilmu.

Kejadian menarik dikisahkan keponakan saya yang bernama Heru. Dia nyantri di salah satu pesantren di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Saat itu, dia bersama kedua teman kobongnya yang bernama Azis dan Jalal ingin sekali menghadiri pengajian di pesantren KH. Uci Turtusi, Cilongok, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. Kebetulan di pengajian Ki Uci juga akan digelar haulan Syekh Abdul Qodir Jailani. Keinginan mereka bertiga pun kian membuncah. Namun apa daya, mereka hanya santri bale rombeng yang tidak punya banyak uang dan tidak punya kendaraan.

Namun, keterbatasan fasilitas dan biaya ternyata tidak menyurutkan langkah mereka. Ketiganya tetap nekat berangkat ke pengajian Ki Uci meski hanya bermodalkan uang Rp10 ribu. Uang itu tentu tidak cukup untuk sekadar ongkos. Apalagi jarak pesantren mereka dengan pesantren Ki Uci sangat jauh. Tapi begitulah, kekuatan hati mengalahkan segalanya. Bakda Isya, mereka pun berangkat.

Cukup jauh mereka berjalan kaki. Cucuran keringat sudah berkali-kali mereka seka dengan sarung. Tidak terasa 3 jam sudah mereka berjalan kaki. Salah satu dari mereka usul agar uang Rp 10 ribu dibelikan air minum. Wajar, berjalan kaki selama lebih kurang 3 jam pasti membuat dahaga.

Namun sayang seribu sayang, uang Rp 10 ribu hilang entah kemana. Mungkin jatuh saat Heru berkali-kali menyeka keringat dengan sarung. Persoalannya, uang itu dia simpan di gulungan sarung. Alih-alih menghardik Heru, kedua temannya justru tertawa atas kejadian raibnya uang. Seketika itu haus mereka hilang. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

Ujian dimulai, menjelang tengah malam, tiba-tiba turun hujan. Posisi mereka yang sudah berada di jalan raya menyulitkan mereka mencari tempat berlindung dari hujan. Kendaraan yang lalu lalang pun semakin jarang. Terpaksa, di bawah guyuran hujan, mereka terus melanjutkan perjalanan. Beruntung, beberapa saat kemudian mereka menemukan tempat berteduh.

Di sebuah bangunan tua tak berpenghuni mereka istirahat sambil menunggu hujan minggat. Rokok yang tinggal sebatang mereka nikmati bersama. Mereka mengisi waktu dengan membaca solawat. Tidak ada sedikit pun niat mereka menghentikan perjalanan. Meski diakui posisi yang sudah di tengah menjadi salah satu pertimbangan. "Mau gimana lagi? Balik lagi ke kobong juga sudah sangat jauh. Duit juga sudah hilang. Ya sudah pasrah saja sama Allah," kata Heru bercerita.

Setelah satu jam, hujan reda. Perjalanan kembali dimulai. Jalanan becek dan beberapa genangan air diakui membuat perjalanan mereka kian melelahkan. Apalagi angin kencang membuat mereka menggigil kedinginan. Sebab, baju mereka memang sudah kebasahan.

Tiba-tiba lewat mobil pick up warna hitam. Mobil itu berhenti di depan mereka. Sang sopir keluar lalu menghampiri ketiganya. Sopir bertanya kepada mereka tentang tujuan mereka. Setelah diceritakan, sang sopir memberi mereka tumpangan. Sebelumnya sang sopir meminta maaf karena hanya bisa memberi tumpangan di bak barang. Karena di depan sudah ada beberapa karung kentang.

Meski duduk di belakang dan digabungkan dengan aneka sayuran, ketiga santri itu tetap bersyukur. Mereka yakin pertolongan Allah telah datang.

Tidak berapa lama, sopir menghentikan mobilnya di sebuah minimarket 24 jam. Sang sopir masuk ke minimarket dan belanja beberapa barang. Tidak disangka, ternyata sopir juga membelikan santri itu banyak makanan dan minuman. Bukan main senangnya santri-santri itu. Setelah dari minimarket sopir melanjutkan perjalanannya. Sementara ketiga santri menikmati perjalanan sambil menikmati makanan. Tidak lupa mereka tetap membaca solawat sepanjang perjalanan.

Tiba di persimpangan, sopir kembali menghentikan laju kendaraannya. Sopir turun dan menghampiri tukang ojek. Sedangkan ketiga santri hanya duduk di bak mobil menunggu apa yang akan selanjutnya terjadi.

Setelah beberapa menit berbincang dengan tukang ojek, sopir menghampiri santri dan berkata "Maaf, saya tidak bisa mengantar sampai tujuan. Pesantren Ki Uci belok ke sana. Sedangkan saya lurus mau ke Pasar Cikupa. Naik ojek saja ya. Tenang, ojek sudah saya bayar semua," kata sang sopir.

Ketiga santri pun hanya bisa bengong. Mereka kagum dengan kemurahan hati sopir itu. Hanya ucapan terimakasih yang bisa mereka katakan.

Sebelum berpisah, sopir itu kembali menunjukkan kebaikannya. Sang sopir memberi uang kepada ketiga santri itu sebesar Rp 600 ribu. " Nih, buat makan. Kalau ojek mah sudah saya bayar," kata sopir itu sambil menyerahkan uang dengan cara bersalaman.

Kemurahan hati sang sopir membuat hati ketiga santri itu tergetar. Ketiganya tidak kuasa menahan air mata. Mereka semakin yakin, Allah bersama orang-orang yang mencari ilmu.

Sebelum berpisah, salah satu santri bertanya kepada sopir itu. "Mang, mamang ini siapa? Orang mana?," tanya santri.

Sopir hanya menjawab "Saya hanya sopir tukang sayur," ujarnya singkat sambil berlalu pergi. Santri pun akhirnya bisa mengikuti pengajian Ki Uci.

Sumber: www.nu.or.id

[Red: Fathoni Ahmad]

Thursday, November 17, 2016

Pentingnya Mendidik Hati

hatiDalam  Al-Quran  tidak  kurang sebelas kali disebut istilah ”fî qulubihim maradh.” Kata ”qalb” atau ”qulub” dipahami dalam dua makna, yaitu akal  dan hati. Sedang  kata ”maradh”  biasa diartikan sebagai "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran  dan  mengantar  kepada terganggunya  fisik,  mental,  bahkan tidak sempurnanya amal seseorang."

 Mengapa hati sangat mendapatkan perhatian al-Qur'an? Jika akal merupakan potensi untuk memahami obyek pengetahuan yang sifatnya indrawi manusia untuk mengetahui hal-hal yang bersifat metafisik (ghaib). Jika kemampuan akal mengantarkan manusia kepada kebenaran pengetahauan yang bersifat nisbi (semu) maka hati dapat mengantarkan manusia kepada pengetahuan dapat mengantarkan manusia kepada pengetahuan hakiki (syahadah).

Oleh sebab itu kematangan spiritual dan kualitas keimanan kepada Allah dituntukan oleh kesehatan hati nurani manusia. Bahkan al-Qur'an mengungkapkan bahwa orang-orang yang dapat menerima peringatan al-Qur'an adalah orang yang memiliki hati yang selamat, ”Inna fî dzalika ladzikra li man kana lahu qalb". Sementara orang-orang yang lemah imannya dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya (fî qulu bihim maradh).

Penyakit-penyakit hati tersebut bisa disebabkan karena kelebihan yang dirasakan pada diri seseorang maupun kekurangan yang dideritanya. Penyakit yang didasarkan pada kelebihan potensi manusia bisa berbentuk kelicikan, keangkuhan, fanatisme,kerakusan dan kikir. Sedangkan   rasa   takut,   cemas, pesimisme,   rendah   diri, iri hati dan   lain-lain   adalah karena kekurangannya.

Jika penyakit ini berkembang di sebuah, maka kerugian tidak hanya diderita oleh pribadi. Namun juga berimbas pada rusaknya sistem sosial, rubuhnya hukum, maraknya huru-hara serta munculnya anarkhi moral dan anomali sosial.

Seorang yang memiliki ilmu pengetahuan dapat menggunakan ilmu pengetahuannya untuk menipu dan merugikan orang lain. Sementara orang yang tidak memiliki ilmu akan tertipu dan seringkali melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat dan ajaran agama sebab kebodohannya.

Orang yang memiliki kelebihan harta dapat menggunakan hartanya sebagai senjata untuk memenuhi seluruh keinginan syahwat dirinya dan menindas masyarakat yang kurang mampu. Sedangkan orang yang miskin dapat melakukan tindakan pencurian dan perampokan untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu seterusnya jika hati telah sakit.

Oleh sebab itu Rasulullah memperingatkan: "inna fîl jasad muthghah, idzha shaluhat shaluhat al-jasad wa idzha fasadat fasadat al-jasad, ala wahiyal qalb. Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah tersebut sehat maka jasad menjadi sehat, jika segumpah darah tersebut sakit maka tubuh menjadi sakit. Ketahuilah! segumpal darah itu adalah hati."

Untuk menghindari hal tersebut hati harus senantiasa sehat. Kesehatan hati ini hanya dapat dengan cara penempaan secara disiplin dalam sebuah pendidikan yang bersendi pada keimanan. Karena hanya dengan melalui pendidikan yang mengingatkan seseorang kepada Tuhannya hati manusia dapat mencapai ketenangan dan keselamatan sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan (QS Ar-Ra'd [13]: 28).  [Red: Anam]

Pendidikan Islam Kemenag Bertekad Lakukan Publikasi Masif di 2017

[caption id="attachment_2910" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi. Gambar ilustrasi.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama tahun depan berkomitmen akan melakukan program besar-besaran dalam bidang publikasi. Dirjen Pendis Kamaruddin Amin bahkan mencanangkan 2017 sebagai tahun Pendis Goes to Media.

Hal ini dilakukan Pendis untuk menjawab kajian media bahwa sebagai lembaga yang menangani sektor pendidikan di Kementerian Agama, isu pemberitaan terkait Ditjen Pendidikan Islam masih menempati urutan keempat.

Berdasarkan hasil analisis media monitoring yang dilakukan oleh tim Pusat Informasi dan Humas (Pinmas), isu pendidikan Islam menempati urutan keempat dengan 934 berita, masih kalah dengan isu kerukunan (972), kehidupan beragama (1616), dan haji (4102). Padahal, dengan anggaran paling besar, mencapai 83 persen dari total anggaran Kementerian Agama, tentu banyak yang sudah dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Islam.

Apa sebab, menurut Dirjen Pendis Kamarudin Amin, ada dua faktor penghambat publikasi. Secara eksternal, Pendis masih dipersepsikan sebagai makmum dari Kemendikbud dalam mengelola pendidikan di Indonesia. "Sebagaiman kita ketahui, ada dua lembaga yang menangani pendidikan, yaitu Kemendikbud dan Kemenristek Dikti," katanya saat acara Pendidikan Islam di Mata Media, di Gedung Kementerian Agama, Rabu (16/11).

Lalu hambatan internalnya ialah struktur dan sumber daya manusia belum mendukung. Namun, lanjut Kamarudin, terbitnya Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama memberi angin segar. Saat ini, sudah ada Satuan Kerja setingkat Eselon III yang nantinya akan mengurus masalah informasi dan kehumasan di lingkungan Pendis.

"Saat ini tidak ada orang yang menangani Humas. Dengan struktur baru ini kita cari orang yang pas dan menjadi yang terbaik. Dengan struktur baru ini kita bisa," tukasnya.

Untuk itu, pada tahun 2017 Pendis akan melakukan beberapa langkah yang sudah disiapkan dalam mendukung publikasi program Pendidikan Islam, diantaranya: publikasi prestasi yang dihasilkan dari para guru, dosen, dan tenaga kependidikan. "Kita punya distingsi, atau karakter yang tidak dimiliki oleh orang lain. Itu bisa kita sampaikan dan kemas secara baik nanti," tutur Kamaruddin.

Lalu, dalam pemaparannya, Dirjen Pendis akan melakukan publikasi dalam bentuk video dan quote yang berisi gambar tokoh yang disertai dengan pandangannya. "Selain itu, ada souvenir dalam bentuk digital," katanya. Juga, lanjutnya lagi, Pendis akan melakukan publikasi yang dikemas dalam bentuk talkshow di televisi dan di radio.

Di acara yang dihadiri juga Menteri Agama Lukman Hakim ini, selain akan melakukan publikasi, Kamarudin berkomitmen mengundang para Indonesianis dan para Peneliti internasional agar masuk ke lembaga Pendidikan Islam. "Nanti akan saya panggil teman-teman Direktur di lingkungan Pendis, semua harus memaparkan desain dan harus punya. 2017, Pendis goes to media. Harus menjadi nomor satu," pungkasnya.

(Red: Fathoni Ahmad)

Sumber: Portal Kementerian Agama

Pesantren Walisongo Ini Berdakwah dengan Rebana

rebanaPondok Pesantren Walisongo Sragen, Jawa Tengah merupakan salah satu pesantren termasyhur dengan dakwah melalui seni rebana oleh para kiainya. Perkembangan pesantren yang berdiri tahun 1994 ini cukup pesat, yaitu dengan berdirinya Madin (Madrasaha Diniyah) pada tahun 1999, serta lembaga pendidikan lain di berbagai jenjang dalam rentang pembangunan antara tahun 2006 hingga 2008.

Namun di balik perkembangan pendidikan yang pesat serta di tunjang dengan fasilitas yang belajar yang lengkap tersebut, pesantren Walisongo ternyata memiliki ciri khas kesenian rebana yang mana dari awal berdirinya pesantren sampai saat ini. Grup rebana tersebut selalu memiliki jadwal dakwah yang padat, artinya seni rebana pesantren Walisongo selalu dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi dengan senantiasa berpegang pada ajaran agama, sehingga masyarakat selalu merindukan kehadiran nasihat bijak melalui syair shalawat yang dibawakan rebana walisongo.

Secara individu KH Ma’ruf Islamuddin yang merupakan pengasuh pesantren sekaligus penggagas seni rebana Walisongo, memang senang dengan seni, terutama seni tarik suara. Kiai Ma’ruf memiliki moto ‘Dengan ilmu hidup lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah, dan dengan agama hidup jadi terarah’, dan moto tersebut juga tertuliskan di studio rekaman Al Muntaha Record milik pesantren Walisongo.

Merujuk dari ciri khas para ulama yang menggunakan seni sebagai media dakwah, Kiai Ma’ruf Islamuddin pun juga menggunakan pedekatan seni. Seni dalam berdakwah merupakan sarana menyebarkan agama Islam yang telah dijelaskan di atas merupakan warisan dari para wali yang telah terbukti telah mengislamkan hampir semua wilayah di Jawa.

Dakwah dengan Rebana

Hal yang melatar belakangi dipilihnya rebana sebagai sarana dalam berdakwah adalah karena jamaah yang dihadapi sangat heterogen dilihat dari segi keimanan, maka Kiai Ma’ruf menggagas bagaimana caranya dakwah itu disampaikan melalui seni dan bisa dikemas sedemikian rupa sehingga bisa diterima oleh masyarakat. Sehingga munculah ide itu berupa dakwah dengan kesenian musik rebana.

Seiring kemajuan teknologi dan pemenuhan kebutuhan dakwah di masyarakat, maka pesantren Walisongo melakukan upaya dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi kesenian rebana ini dengan beberapa cara. Diantaranya yaitu menjaring minat dan bakat santri serta siswa melalui kegiatan ektrakurikuler rabana, reorganisasi pemain rebana, mendirikan studio rekaman agar musik rebana bisa dinikmati orang setiap saat dengan kasetnya, dan mendirikan studio radio Walisongo Sragen agar masyarakat bisa mendengarkan ceramah Kiai Ma’ruf dan rebana tanpa melihat langsung.

Ternyata upaya mempertahankan eksistensi rebana tersebut secara tidak langsung juga bepengaruh terhadap meningkatnya jumlah santri. Hal tersebut dikarenakan dalam setiap dakwahnya, baik secara langsung maupun dalam kaset VCD yang diperjual belikan, keberadaan pesantren Walisongo turut serta dipromosikan. Dalam setiap penerimaan santri baru, banyak yang mengaku mengetahui pesantren Walisongo dari kaset maupun dari nada dan dakwah yang ditampilkan rebana Walisongo.

Tidak hanya grup seni rebana yang beranggotakan santri dewasa yang disibukan dengan padatnya jadwal, namun grup seni rebana Madrasah Integral Walisongo pun tahun ini meraih juara tingkat kabupaten dan prestasi itu diraih selama empat kali berturut-turut. [Rosyidi/NUOnline]

 

Tuesday, November 15, 2016

Siswa Madrasah Aliyah Nuris Jember Juara KTI Nasional di Bali

nuris-menang-ktiMadrasah Aliyah (MA) Unggulan Nurul Islam (Nuris) Jember Jawa Timur menorehkan tinta emas pada ajang LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) VIII Tingkat Nasional di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja, Bali  pada 5 November 2016 lalu. Mereka berhasil meraih juara pertama, mengungguli 92 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Tim KTI Nuris terdiri dari Afaf Mutia Zahwa, Kavilatul Bariroh dan Muhammad Kholid. Tiga siswa kelas XI IPA MA Unggulan Nuris berhak memboyong tropi juara, tropi bergilir Ganesha, serftifikat, dan uang pembinaan senilai 2 juta rupiah.

“Saya sangat bahagia dan bangga sekali karena akhirnya mampu menjuarai lomba ini dan membawa nama almamater Pesantren Nuris Jember ke kancah nasional,” kata Kholid seperti dikutip http://pesantrennuris.net.

Beberapa waktu lalu, SMA Nuris Jember meraih juara ke-2 di Unibraw Malang, SMK Nuris Jember juara 3 di Pondok Pesantren Al Amien Sumenep Madura. “Akhirnya, MA Unggulan Nuris juga mampu meraih prestasi nasional bahkan juara 1. Kami bersyukur ekskul KIN (Karya Ilmiah Nuris) mendapat perhatian respektasi yang besar,” kata Kholid.

Afaf Mutia Zahwa, ketua tim KTI MA Unggulan Nuris mengatakan, awalnya mereka mengirimkan abstrak dan karya melalui email ke panitia LKTI VIII di Undiksha Bali itu, yang bertema “Kenakalan Remaja”.

“Ternyata karya kami dinilai layak presentasi di babak final, mengalahkan total 92 peserta dan dipilih 10 peserta terbaik berkat gagasan implementatif yakni, Aprengers atau Aplication of Reproductive for Teenagers yaitu  Sistem Informasi Kesehatan Reproduksi Berbasis Mobilephone Aplication dalam Mengurangi Triad KRR pada Remaja. Karya ini dinilai panitia sebagai gagasan yang kreatif dan inovatif,” kata Afaf.

Rochmati, Pembina dan pendamping LKTA MA Unggualn Nuris dan Ning Balqis Al Humairo, kepala MA Unggulan Nuris turut menyampaikan apresiasi mereka atas keberhasilan anak didiknya.

“Merasa bersyukur atas capaian Kholid, Afaf, dan Kavila. Semoga bisa menginspirasi adik-adiknya di masa mendatang dan terus meningkatkan prestasi, serta tetap menjadi seseorang yang rendah hati,” kata Rochmati  bangga.

Menurut Rochmati , tim KTI MA Unggulan Nuris kembali akan tampil di final LKTI di UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta pekan ini. "Mohon doanya," tambahnya. [Red: Anam]

Monday, November 14, 2016

Terungkap! Inilah Asbabun Nuzul Surat Al-Maidah 51

[caption id="attachment_2897" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi. Gambar ilustrasi.[/caption]

Memahami konteks turun ayat, atau lazim disebut asbabul nuzul, penting untuk memahami keutuhan makna ayat. Apalagi sebagian ayat diturunkan pada konteks tertentu dan spesifik, sekalipun kandungannya bersifat global, universal, dan tidak hanya diperuntukkan pada masa itu saja.

Terkait Surah Al-Maidah 51, penulis kitab Ma’alimul Tanzil fi Tafsiril Qur’an, Al-Baghawi (wafat 510 H), menyebutkan beberapa riwayat yang berkaitan dengan penyebab turun ayat ini. Riwayat pertama mengisahkan bahwa ayat ini diturunkan pada saat ‘Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay bin Salul tengah bertengkar. Mereka berdebat terkait siapa yang pantas dijadikan tempat berlindung. Pertengkaran mereka itu akhirnya terdengar oleh Nabi SAW. Berikut petikan kisahnya:

نزلت في عبادة بن الصامت وعبد الله بن أبي ابن سلول، وذلك أنهما أختصما، فقال عبادة: إن لي أولياء من اليهود كثير عددهم شديدة شوكتهم، وإني أبرأ إلى الله وإلى رسوله من ولايتهم وولاية اليهود، ولا مولى لي إلا الله ورسوله، فقال عبد الله: لكني لا أبرأ من ولاية اليهود لأني أخاف الدوائر ولا بد لي منهم، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: يا أبا الحباب ما نفست به من ولاية اليهود على عبادة بن الصامت فهو لك دونه. قال: إذا أقبل، فأنزل الله تعالى بهذ الآية

Artinya: "Ayat ini diturunkan pada saat ‘Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay bin Salul bertengkar: ‘Ubadah berkata, ‘Saya memiliki banyak ‘awliya’ (teman/sekutu/pelindung) Yahudi, jumlah mereka banyak, dan pengaruhnya besar. Tapi saya melepaskan diri dari mereka dan mengikuti Allah SWT dan Rasul-Nya. Tiada pelindung bagi saya, kecuali Allah dan Rasul-Nya’."

Abdullah bin Ubay berkata, "Saya lebih memilih berlindung kepada Yahudi karena saya takut ditimpa musibah. Untuk mengindarinya saya harus bergabung dengan mereka’. Nabi SAW berkata, ‘Wahai Abul Hubab, keinginanmu tetap dalam perlindungan (kekuasaan) Yahudi adalah pilihanmu, tidak baginya’. Ia menjawab, ‘Baik, saya menerimanya’. Karenanya, turunlah ayat ini.”

Riwayat kedua, As-Suddi mengatakan, ayat ini diturunkan ketika terjadi serangan yang sangat kuat terhadap suatu kelompok pada perang Uhud. Mereka takut bila orang kafir menyiksa mereka. Berkata salah seorang Muslim, “Saya bergabung dengan orang Yahudi dan menjadikan mereka sebagai tempat berlindung, karena saya khawatir orang-orang Yahudi menyiksa saya”. Sementara seorang lagi berkata, “Saya bergabung dengan orang Nasrani dari Syam dan menjadikannya pelindung.” Maka turunlah ayat ini sebagai larangan terhadap mereka berdua. Ini kutipan redaksi Arabnya:

قال السدي: لما كانت وقعة أحد اشتدت على طائفة من الناس وتخوفوا أن يدل عليهم الكفار. فقال رجل من المسلمين: أنا ألحق بفلان اليهودي وآخذ منه أمانا إني أخاف أن يدال علينا اليهود، وقال رجل آخر: أما أنا فألحق النصراني من أهل الشام وآخذ منه أمانا، فأنزل الله تعالى هذه الآية ينهماهما

Selain dua riwayat di atas, terdapat beberapa riwayat lain yang berkaitan dengan konteks turunnya surah Al-Maidah 51. Tentu semua riwayat itu tidak mungkin disebutkan di sini semuanya. Dari dua riwayat tersebut dapat diperhatikan bahwa ayat ini turun pada saat konflik umat Islam dengan non-Muslim sedang memanas.

Dalam situasi konflik, berpihak pada kelompok musuh, pada waktu itu orang kafir, dianggap sebagai sebuah pengkhianatan dan merusak persatuan umat Islam. Bahkan orang yang bersekutu dengan musuh dinilai sudah menjadi bagian dari mereka. Karenanya, ketika ada orang yang meminta perlindungan atau berkoalisi dengan orang Yahudi dan Nasrani, ayat ini diturunkan sebagai larangan. Wallahu a’lam.

Sumber: www.nu.or.id

PTKI Didorong Kembangkan Kecerdasan Spiritual dan Kultural Mahasiswa

[caption id="attachment_2894" align="aligncenter" width="640"]Ilustrasi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Ilustrasi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).[/caption]

MAJENE, PENDIDIKANISLAM.ID - Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terus berkembang seiring laju perkembangan zaman. Tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Sebagai calon pemimpin bangsa, mahasiwa tidak cukup berbekal kecerdasan intelektual dan emosional, tapi juga spiritual dan kultural.

Pesan ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat meresmikan pendirian STAIN Majene, Sulawesi Barat. PTKI Negeri kedua di Sulbar ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun akademik 2017/2018 dengan membuka tiga jurusan, yaitu: Tarbiyah dan Kependidikan; Syariah dan Hukum; serta Ushuluddin, Adab dan Dakwah.

Menurut Menag, di tengah gempuran budaya pop, Indonesia membutuhkan ketahanan budaya untuk merawat kemajemukan bangsa. Apalagi, globalisasi telah menjadikan batas-batas negara menjadi cair dan maya. Persaingan antar peradaban tak terbendung. Di samping itu, kompetisi hidup semakin ketat dan tajam sehingga survival on the fittest tidak bisa dihindari.

"Tidak ada lagi batasan geografis apakah anda tinggal di Majene, Makasar, Jakarta, atau di Moskow dan Jepang sekalipun. Kini semua terhubung berkat teknologi informasi dan alat komunikasi yang pesat," papar Menag, Sabtu (12/11).

Hadir dalam kesempatan ini, Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh dan wakilnya, DPRD Sulbar, Bupati Majene Fahmi Massiara dan wakil, DPRD Majene, para Bupati/Walikota se Sulbar, Dirjen Pendis Kamaruddin Amin, Kakanwil Sulbar, Kakanwil Sulsel, para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pendidikan, dan masyarakat umum.

Menag meminta, STAIN Majene yang baru saja diresmikan dan PTKI lainnya untuk membekali mahasiswa dengan empat kecerdasan sekaligus, baik intelektual, emosional, spiritual, maupun kecerdasan kultural.

"Ketajaman intelelektual perlu. Tapi kematangan emosional dan spiritual juga dibutuhkan menghadapi persaingan. Tapi tak kalah pentingnya kecerdasan budaya mesti diperkuat," sarannya. Menurutnya, STAIN harus diorientasikan pada pengembangan ilmu agama dan umum dalam satu kesatuan komprehensif.

Tantangan kehidupan, lanjut Menag, semakin kompleks. Dunia semakin terasa sempit seiring terus meningkatnya populasi manusia. Perubahan ekosistem dan kerusakan lingkungan semakin dirasakan, baik karena ulah tangan manusia atau perubahan lingkungan global.

Kepada para pengelola PTKI, Menag minta agar semua perubahan lingkungan strategis itu menjadi pemikiran dalam mengembangkan perguruan tinggi yang dicita-citakan.

(Red: Fathoni Ahmad)

Sumber: Portal Kementerian Agama

Friday, November 11, 2016

Kisah Seorang Guru Mimpi Melihat Gigi Nabi Muhammad SAW

[caption id="attachment_2890" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi Nabi Muhammad SAW. Gambar Kaligrafi Nabi Muhammad SAW.[/caption]

Rasulullah SAW adalah manusia mulia, siapa pun yang ada di dekatnya pasti akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan yang tiada terhingga. Maka tidak heran jika sebagian para sahabat rela tinggal di masjid karena ingin selalu dekat dengan Rasulullah.

Kemana pun Rasulullah pergi, para sahabat selalu mengikutinya. Karena bagi para sahabat, ada 'kenikmatan' tersendiri jika berada di dekat Rasulullah. Bahkan menjelang wafatnya Rasulullah, ada seorang sahabat yang bernama Ukasyah yang rela 'mengelabui' hanya karena ingin memeluk Rasulullah.

Suatu hari, Rasulullah ingin istirahat, karena bagaimana pun juga Rasulullah adalah seorang manusia yang membutuhkan istirahat. Namun saat Rasulullah hendak memasuki rumah, para sahabat tetap mengikutinya.

Rasulullah mau melarang sahabat tapi tidak enak, sehingga yang melarangnya langsung oleh Allah, ‘Janganlah kalian masuk rumah Nabi tanpa izin’.

Mengenai hal ini, Kiai Nawawi mengisahkan mimpinya KH Sayuti Maksudi yang bertemu Rasulullah. Kiai Sayuti adalah mursyid tarekat Syattariyah dan Kiai Nawawi sendiri diberi amanat sebagai khalifahnya.

"Saat saya berkunjung ke rumahnya, beliau (Kiai Sayuti, red) sudah dua hari terbaring sakit dan tidak enak makan, sepertinya sakitnya karena pikiran dan keluarganya tidak ada yang tahu bahwa Kiai Sayuti sedang memikirkan sesuatu," jelas Kiai Nawawi

Saat ditanyakan, kata Kiai Nawawi, barulah diketahui bahwa dua hari sebelumnya Kiai Sayuti bermimpi melihat Rasulullah sedang tersenyum dan giginya terlihat, saat melihat mimpi tersebut, Kiai Sayuti merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa, sehingga mimpi tersebut selalu terbayang sampai tidak bisa merasakan kenikmatan yang lain, termasuk nikmatnya makan.

"Akhirnya setelah saya kasih nasihat, beliau baru mau makan dan tidak lama kemudian sembuh," tutur Kiai Nawawi.

(Red: Fathoni Ahmad)

Sumber: www.nu.or.id

Thursday, November 10, 2016

Satu Lagi Tokoh Pesantren Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

[caption id="attachment_2887" align="aligncenter" width="620"]KHR. As'ad Syamsul Arifin mendapatkan Gelar Pahlawan Nasional KHR. As'ad Syamsul Arifin mendapatkan Gelar Pahlawan Nasional[/caption]

PESANTREN, PENDIDIKANISLAM.ID - Satu lagi tokoh pesantren mendapat gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional. KHR. As'ad Syamsul Arifin karena jasa-jasanya untuk bangsa dan negara akhirnya resmi mendapatkan gelar pahlawan nasional. Pemberian gelar itu dilakukan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 9 November 2016.

KH R. As'ad adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pengangkatan Raden As'ad menjadi pahlawan nasional dikuatkan dalam Keputusan Presiden Tanggal 3 November 2016.

Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dalam siaran pers yang diterima Tempo menyatakan penetapan As'ad menjadi pahlawan nasional lantaran sudah memenuhi persyaratan Undang-undang tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Dalam aturan itu ada tujuh kriteria seseorang layak ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Salah satunya pernah memimpin dan berjuang mengangkat senjata pada masa kemerdekaan. Perjuangannya pun mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional. As'ad adalah seorang tokoh asal Jawa Timur.

Selain itu, Presiden Jokowi memberikan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera kepada dua tokoh tersebut. Mereka adalah Mayjen TNI (purnawirawan) Andi Mattalatta dari Sulawesi Selatan dan Letkol Infanteri (anumerta) Sroedji, seorang tokoh dari Jawa Timur.

Pemerintah menilai kedua tokoh itu telah berjasa di berbagai bidang bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara. Pemberian gelar pahlawan nasional dihadiri sejumlah menteri Kabinet Kerja, pejabat negara, dan keluarga penerima gelar. (Tempo/Kay)

Wednesday, November 9, 2016

Beasiswa Kampung Inggris Pare untuk Hafidz Al-Qur’an

informasi-kampung-inggrisKediri, PenddikanIslam.id - Sebuah lembaga yang bergerak di bidang pengembangan kemampuan bahasa Inggris Language Center (LC) yang berada di Pare Kediri, Jawa Timur, atau dikenal dengan Kampung Inggris membuka program beasiswa khusus untuk para penghafal Al-Qur'an. Tidak hanya besiswa, tersedia juga uang saku.

Fasilitas beasiswa hafidz di Kampung Inggris LC ini meliputi:
1) Program 6 kali sehari
2) Asrama English Area
3) Modul
4) Kaos LC Kampung Inggris
5) Tutor Camp di setiap asrama
6) Sertifikat
7) Uang saku 1.000.000 ( khusus bagi penghafal 30 juz)

Ketentuan Beasiswa Hafidz LC Kampung Inggris :
-) Hafal 30 Juz, bebas biaya kursus, fasilitas beasiswa, dan uang saku 1.000.000
-) Hafal 4 juz atau lebih, bebas biaya kursus dan semua fasilitas beasiswa.
-) Hafal 3 Juz, Diskon 75% biaya paket program + fasilitas beasiswa
-) Hafal 2 Juz, Diskon 50% biaya paket program + fasilitas beasiswa
-) Hal 1 juz, diskon 25% biaya paket program + fasilitas beasiswa.

Para calon peserta dapat mengirim surat permohonan beasiswa dan CV lengkap ke email  beasiswa.kampunginggris@gmail.com Surat permohonan dan CV akan diseleksi oleh tim LC. Mereka yang lolos seleksi dan mendapatkan beasiswa harus menyatakansanggup mematuhi peraturan LC dan Camp.

Kelas beasiswa akan akan dibuka setiap bulan, di periode tanggal 10. Jangan terlambat karena kuota setiap bulan hanya untuk 15 pendaftar.

Informasi lengkap silahkan dibaca di website Official Kampung Inggris LC : http://kampunginggris.id/beasiswa-hafidz-kampung-inggris-lc/

Informasi dan pertanyaan bisa langsung menghubungi telp 0354 396561 atau sms/whatsapp ke 08523 111 1117 [Red: Anam]

 

Tuesday, November 8, 2016

Ustadz Mukhlis Membangun Kampung Santri Tanpa Pesantren

[caption id="attachment_2876" align="aligncenter" width="640"]Ustadz Mukhlis. Ustadz Mukhlis.[/caption]

Bacaan 300 santri TPQ As-Sholihin Abror berkejaran dengan dengung mesin potong batu. Sejumlah bongkahan besar batu akik siap dipermak untuk menjadi buah batu mungil pemanis jari. Tiga santri remaja menghadapi mesin potong batu yang terus berputar.

“Alhamdulillah kita sudah punya 4 mesin. Buat nutupin pesanan kalau lagi banyak. Lumayan buat makan santri-santri di sini,” kata ustadz Mukhlis menjelaskan aktivitas tiga santrinya yang sedang menghaluskan batu di sore hari.

Sementara itu, 300 santri TPQ terus belajar membaca Al-Quran sejak pukul 14.00 hingga 17.00. Ustadz Muklis, kiai muda kelahiran 1975 yang sangat disegani di bilangan kelurahan Rorotan, kecamatan Cilincing, Jakarta Utara ini menyerahkan delapan dari mereka untuk dibimbing seorang guru perempuan yang pernah belajar kepadanya.

“Target kita, ketika duduk di kelas satu ibtidaiyah, para santri sudah bisa membaca Al-Quran. Alhamdulillah target 50 % tercapai,” ustadz Mukhlis menyebutkan perkembangan pesat 5 tahun terakhir TPQ yang dipimpinnya.

Semua pengajar TPQ perempuan. Mereka adalah murid yang pertama kali belajar sepulang ustadz Mukhlis dari sejumlah pesantren pada 2004. “Begitu pulang, saya melakukan kaderisasi guru. Ada yang kuliah, ada yang sudah berumah tangga mengabdi di sini. Mereka rata-rata orang sini. Ada juga orang Kediri, adik ipar saya sendiri.”

Sementara Ustadz Mukhlis mondok selama enam tahun di pesantren Raudlatul Ulum, Kencong, Pare, Kediri. Pria Betawi yang mengenyam pendidikan formal hingga Aliyah ini, melanjutkan mondoknya selama beberapa tahun di Papar, Kediri sebelum pulang ke Jakarta pada 2004.

Arsitektur dan Lahan Pendidikan

Pesantren As-Sholihin Abror terletak di belakang Al-Abror, masjid peninggalan keluarga besar ustadz Mukhlis. Kalau menganggap pesantren terdiri atas sejumlah bangunan khusus yang diperuntukkan belajar dan asrama santri, maka As-Sholihin Abror ini sulit dicari. Pasalnya, pesantren ini tidak memiliki fisik bangunan khusus seperti pesantren pada umumnya.

Pesantren ini hanya memiliki sebuah aula majelis taklim berukuran 9 x 6 meter. Di sinilah 300 santri TPQ belajar hingga sore. Di sini pula 200 santri madrasah diniyah belajar mulai jam 19.00 hingga jam 22.00. Bagaimana bisa? Tentu hanya 30 santri. Selebihnya mereka menempati halaman 6 rumah kerabat ustadz Mukhlis yang berkenan pekarangan rumahnya dipakai untuk mengaji.

Aroma pesantren terasa kuat pada saat aktivitas TPQ dan Madrasah Diniyah berlangsung. Di luar jam itu, kampung di sekitar masjid Al-Abror tampak seperti perkampungan di Jakarta pada umumnya. Lengang. Lalu-lalang mobil besar sebentar sekali melintas menaikkan kembali endapan debu jalanan.

Sementara di selatan aula terdapat sejumlah makam yang dikelilingi 6 bangunan tradisional terbuat dari bambu. Rimbun oleh sejumlah pohon. Pohon delima salah satunya. Di sini sejumlah santri yang terdiri atas anak jalanan dan beberapa ustadz tinggal. “Komplet, ada masjid tempat ibadah. Ada majelis taklim tempat belajar. Nah ini di samping kita kuburan, semuanya bakalan ditanam,” ustadz Mukhlis mengumbar senyum.

Di salah satu dari enam saung bambu yang berukuran sebesar pos kamling di mana pun, ustadz Mukhlis tinggal sendiri. Terbentang sajadah di dalamnya dan satu lekar dengan tumpukkan sejumlah kitab. Cukup untuk tidur. Ustadz Mukhlis mewiridkan bait-bait Al-Hikam setiap malam bersama sedikitnya 100 warga dan santrinya.

Model arsitektur pesantren dibiarkan tanpa pagar. Tujuannya, agar tidak ada jurang pemisah antara pesantren dan masyarakat. Artinya, banyak pesantren yang sudah jadi seperti sekarang dengan bentuknya itu, nanti pada akhirnya orang masyarakat setempat pada tidak masuk. Seakan-akan ada pemisah.

“Seringkali terjadi di banyak pesantren, orang sekitar pesantren pada nggak ngaji. Ini sering saya temukan. Makanya kemudian saya berpikir bagaimana caranya orang sekitar pada mengaji. Kemudian format inilah yang saya temukan. Saya antara lain meniru keadaan pesantren Buya Dimyathi Banten. Perkampungan biasa,” ujar ustadz Mukhlis yang juga pengamal tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah.

Bangunan bukan masalah bagi mereka yang ingin membangun pesantren. Pesantren hadir agar masyarakat mengaji. Buat apa ada bangunan kalau pesantren justru menjauhkan masyarakat dari mengaji. Ustadz Mukhlis memaknai pesantren sebagai aktivitas mengaji, bukan bangunan atau administrasi. “Prinsip saya, yang penting masyarakat mengaji. Ngaji. Ngaji. Dan ngaji.”

Ia berpikir, kehadiran lembaga pendidikan ditujukan untuk masyarakat setempat. “Pesantren di sini didominasi masyarakat setempat. Rencana kami bikin pesantren, 70% untuk masyarakat setempat, 30% untuk orang luar.”

Diniyah dipegang jebolan beberapa pesantren seperti dari Kediri, Banten, Lamongan. Banyak dari ustadz di sini terutama santri pesantren sebelum pulang kampung, mengabdikan dirinya. Mereka tinggal bersama sejumlah santri anak jalanan di saung yang ada di kiri-kanan saung ustadz Mukhlis.

Sumber: Buku Kekhasan Pendidikan Islam, Penerbit: Ditjen Pendis, 2015.

Sunday, November 6, 2016

Pesantren Ini Maju dengan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing

[caption id="attachment_2873" align="aligncenter" width="640"]Suasana ngaji di Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan, Jawa Timur. Suasana ngaji di Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan, Jawa Timur.[/caption]

Pondok Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan, Jawa Timur didirikan oleh KH. Abdullah Mughni pada tahun 1964 silam. Setelah berusia 50 tahun, pesantren ini kini diasuh oleh HM Hasan As-Syadzilli Abdullah. Selain mengembangkan sistem pembelajaran salafiyah, pesantren ini juga telah memakai pembelajaran modern atau formal.

Kiai Hasan mengungkapkan, sejak setahun lalu di pesantren yang diasuhnya mengembangkan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Oleh pengasuh pesantren, bahasa asing terutama bahasa Arab dan Inggris merupakan salah satu aspek yang ditekankan kepada santri.

“Kedua bahasa tersebut memiliki peran penting untuk bisa menguak pintu ilmu. Kalau santri bisa berbahasa Arab maupun Inggris, tentunya bisa membuka sendiri literatur keilmuwan yang menggunakan kedua bahasa itu. Manfaat kedua bahasa ini sama-sama besar. Penekanan lebih kepada Bahasa Arab,” ujarnya.

Menurut Gus Hasan, tidak semua santri dapat masuk ke LPBA. Yang berminat untuk masuk LPBA, ada seleksi ketat yang harus dilalui, terutama dari aspek kemampuan kognitif. Di LPBA, santri pada tahap awal harus menghafal kosakata bahasa asing, tiap hari setidaknya 30 kosakata. “Hafal kosakatanya akan memudahkan santri menguasai bahasa asing,” terang alumni Pesantren Sidogiri, Pasuruan ini.

Santri yang berprestasi di bidang bahasa asing, pihak pesantren mengupayakan beasiswa. Baik dari lembaga pendidikan dalam negeri maupun luar negeri. Menurut Gus Hasan, sudah ada komunikasi dengan beberapa lembaga pemberi beasiswa.

“Penguasaan akan bahasa asing sangat diperlukan dewasa ini. Sebab Islam selama ini identik dengan kaum sarungan dan tertinggal. Ada juga anggapan, Islam itu penuh dengan kekerasan,” jelasnya.

Umat Islam seharusnya mencitrakan diri sebagai manusia yang dapat memberi manfaat kepada lingkungan sekitarnya. Bukan justru menimbulkan kerusakan. “Karena itu pendidikan yang kami terapkan adalah pendidikan yang mencetak manusia yang cerdas otaknya sekaligus mencerminkan pribadi Islam yang baik,” tegasnya.

Lembaga Pendidikan Lengkap

Secara resmi, Pondok Pesantren Zainul Anwar sudah berusia sekitar 50 tahun alias setengah abad lebih. Tetapi rintisan pendirian pesantren tersebut sudah berlangsung jauh sebelum itu. Saat ini pesantren ini diasuh oleh Muhammad Al-Fayyumi, putra ketiga pendiri pesantren Kiai Abdullah Mughni.

Hingga saat ini Pondok Pesantren Zainul Anwar memiliki lembaga pendidikan yang lengkap. Lembaga pendidikan formal yang berdiri terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Sementara pendidikan informal dilangsungkan pada malam hari.

“Tak ada yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran di pesantren ini. Hanya saja pendidikan disini ada tambahannya. Yakni, sekolah agama. Khusus sore hari, kami bebaskan para santri untuk beristirahat atau belajar,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Anwar Muhammad Al-Fayyumi.

Pembelajaran informal yang diberikan kepada santri meliputi pelajaran Nahwu, shorof, kitab kuning, tafsir dan pelajaran agama lainnya. Pendidikan informal terdiri dari tiga tingkatan. Yakni tingkat ula (awal), wustho (pertengahan) dan ulya (atas).

Selain mendidik santri melalui jalur formal dan informal, pesantren ini juga tetap menjadi silaturahim dengan masyarakat. Tiap Senin malam, pengurus pondok pesantren menggelar pengajian Majelis Dzikir dan sholawat. “Sebulan sekali pada malam Jum’at Legi, ada pengajian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani,” pungkasnya.

Sumber: Buku Kekhasan Pendidikan Islam, Penerbit: Ditjen Pendis, 2015.

Saturday, November 5, 2016

Memadukan Ilmu dan Amal: Pesan Penting dalam Ta’limul Muta’allim

[caption id="attachment_2870" align="aligncenter" width="620"]ilustrasi: elwatannews ilustrasi: elwatannews[/caption]

Ilmu adalah karunia paling berharga yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Kemuliaan ilmu ini banyak ditegaskan oleh Al-Qur'an maupaun hadis Rasulullah SAW seperti hadis yang mewajibkan seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, atau keharusan menuntut ilmu dari sejak manusia dilahirkan hingga meninggal dunia (long life education).

Sedangkan ilmu tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan amal perbuatan manusia. Rasulullah SAW mengibaratkan hubungan ilmu dan amal ini dengan pohon dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka amal adalah buahnya. Jika ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka ilmu tersebut tidak banyak berguna laksana pohon yang tak berbuah.

Dalam kitab Ta’limul Muta’allim, Syeikh az-Zarnuji,  menerangkan bahwa banyak sekali umat Islam di masanya yang mengalami kegagalan dalam menuntut ilmu. Kegegalan yang dimaksud bukanlah kegagalan lulus atau tidak lulus dalam ujian sekolah. Akan tetapi lebih jauh lagi merupakan kegagalan sebab tidak dapat menjadikan ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan kata lain, ilmu yang tidak dapat dipetik buahnya.

Menurut Syeikh az-Zarnuji, kegagalan ini disebabkan oleh kekeliruan motivasi menuntut ilmu (niat), memilih disiplin ilmu, guru dan teman, kurangnya penghormatan terhadap guru dan orang yang berilmu, kemalasan dalam belajar, kurangnya ibadah dan rendahnya sikap tawakkal (berserah diri kepada Allah),  wara` (menjauhi makan barang haram), zuhud (melepaskan ketergantungan terhadap materi). Sementara seluruh hal di atas merupakan syarat-syarat dan jalan yang dibutuhkan oleh setiap pelajar dalam mencapai ilmu pengetahuan yang diridhai Allah SWT.

Dari syarat-syarat keberhasilan mendapatkan ilmu di atas, terlihat jelas bahwa sebenarnya pendidikan dalam Islam memberikan perpaduan yang indah antara ilmu dan amal. Bersendikan pada kesungguhan dalam mengasah potensi intelektual dan keikhlasan dalam beramal.

Barangsiapa yang berhasil memenuhi syarat-syarat dan benar dalam cara menuntut ilmu niscara mereka akan tercerahkan hati dan pikirannya. Mereka akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri juga bagi masyarakt luas serta akan selalu berada di bawah petunjuk Allah SWT.

Sebaliknya mereka yang meninggalkan syarat-syarat yang diperlukan dalam menuntut ilmu dan belajar dengan jalan yang salah maka sudah dapat dipastikan mereka akan mengalami kegagalan dalam memadukan antara ilmu dan amal. Dalam dunia pendidikan Islam terdapat sebuah slogan yang sangat populer:

Man zada ilman wa lam yazdad hudan lam yazdad minallahi illa bu`dan.” Artinya: Barangsiapa yang bertambah ilmunya akan tetapi tidak bertambah petunjuknya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali semakin jauh dari Allah.

Demikianlah pandangan pendidikan Islam yang telah menyumbangkan ilmuan terbaik Islam serta sumbangan mereka yang tak terbilai terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Sayangnya pandangan seperti ini kini tidak banyak dipegang lagi oleh para praktisi pendidikan kita. [Red: Khoirul Anam]