Berawal dari keinginan yang kuat untuk memperdalam ilmu agama yang tidak ia peroleh di SD dan SMP, ia bertekad untuk masuk di madrasah. Mengikuti jalur beasiswa dengan motivasi agar tidak menjadi beban orang tuanya yang bisa dibilang pas-pasan. Mengikuti serangkaian tes yang super ketat tak membuatnya mengurungkan niat untuk menjadi siswi dan santri di asrama MAN 3 Malang. Hingga usaha keras siswi bernama lengkap Nabilah Rohadatul ‘Aisy membuahkan hasil berhasil masuk dan diterima.
Kelas Olimpy
Nabilah yang tergolong anak cerdas berprestasi masuk pada kelas olimpy, kelas yang dikhususkan pada anak-anak yang kompeten dan mau mengasah diri untuk berprestasi di event-event lokal dan nasional.
Prediksi wali kelas dan guru pembina anak yang akrab di sapa Bella itu tepat. Baru masuk kelas 10 ketekunan dan kecerdasannya mengantarkan pada juara kelas umum. Prestasi yang diraihnya membuat Bella mendapatkan jam pembinaan khusus untuk selanjutnya mengikuti ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang diadakan di Palembang pertengahan 2015 lalu. Siswi asli Sukun Malang ini sukses meraih juara pertamanya di ajang bergengsi itu.
Bukan tanpa alasan, Bella sangat menekuni kimia yang sekarang menjadi keahlian khususnya. Siswi ramah ini kelak ingin menjadi ilmuan yang memberi manfaat pada masyarakat sekitar. Hal itu terbukti dari aktivitas rutinnya yakni: “Selalu melakukan penelitian”.
“Saya membayangkan hasil sederhana dari penelitianku akan dimanfaatkan masyarakat pelosok yang belum menikmati fasilitas listrik. Hal ini sangat sederhana, namun sangat bermanfaat bagi mereka,” beber Bella akan mimpinya suatu saat.
Ingin Mengubah Kedaan Keluarga
Anak dengan mimpi besar ini tidak dilahirkan dari orang kaya raya atau yang lekat dengan pendidikan. Ayahnya, M Nurandi Wahudi hanya seorang pedagang kecil dan Ibunya; Ismawati adalah ibu rumah tangga murni. Keduanya lulusan SMA, namun keterbatasan kondisi tak mematahkan semangat Bella dengan mimpinya kelak dengan ketekunannya bisa mengubah keadaan keluarga.
Rasanya tak cukup dengan hidup pas-pasan dan tidak bisa mengenyam kenyamanan seperti yang dirasakan teman-teman Bella, gadis remaja itu harus merasakan pahitnya menjadi anak broken home. Keluarganya sempat mengalami masalah. Untungya, ia tinggal di asrama MAN 3 Malang bersama teman-temannya dan tidak larut dalam urusan keluarga yang akan mengganggu aktivitas belajarnya.
“Yah,... ini sulit diterima dan pahit, tapi tetap harus dijalani. Pelarianku pada buku dan aku terus terhibur dengan teman-teman di asrama yang selalu setia memberikan keceriaan,” ceritanya dengan suara pelan. Terlihat jelas gurat-gurat yang penuh semangat itu berubah dengan tatapan seorang anak yang menyimpan sejuta kerapuhan.
“Ovel All Kimia”
Bella dengan kenyataan pahit dari keluarga, tak lantas menyerah pada keadaan. Baginya, keadaan yang rumit justru memantiknya untuk terus melahirkan prestasi-prestasi baru dengan karya yang akan dia banggakan kelak.
Tak pelak, mata pelajaran kesukaannya Kimia mengantarkannya menjadi Primadona di ajang Olimpiade Kimia, baik tingkat kota Malang, Propinsi hingga Nasional. Puncaknya Bella yang dikenal santun dan memiliki akhlak yang baik itu mendapatkan Medali Emas “Ovel All Kimia” di Jogja tingkat Nasional tahun ini.
Bella mengaku, prestasi yang diraihnya sekarang bukanlah segalanya tanpa guru bimbingan yang difasilitasi penuh oleh MAN 3 Malang, beasiswa yang mampu ia pertahankan hingga kelas 12 ini bukan diperolehnya dengan jalan mudah, namun dipercaya bantuan free SPP ini sangat membantunya dalam meraih mimpi yang ia rajut sedari Sekolah Dasar (SD).
Kutu Buku
Menjadi kutu buku sudah melekat pada diri Bella sejak SD, meski prestasinya dulu tak secemerlang sekarang yakni hanya pada peringkat 3 besar. Namun gadis periang itu mengaku selalu up date ilmu pengetahuan di perpustakaan.
Tidak hanya novel-novel islami yang menjadi bahan bacaannya, dia amat suka sejarah, terlebih masa kejayaan islam di abad pertengahan. Bella kecil mulai mengenal Ar-Razi, Al-Farabi dan ilmuan idolanya Avicenna sejak di bangku sekolah dasar.
Tak sebanyak yang Bella tahu secara mendalam seperti sekarang memang, namun buku yang melekat diingatnnya hingga sekarang adalah buku yang memparkan perpustakaan Bait Al-Hikmah yang harus dibakar dan penemuan-penemuannya menjadi hak paten barat. Spirit Avicenna sang ilmuanlah yang hingga kini menjadi semangat tersendiri untuknya terus meneliti dan berprestasi, mimpinya sangat besar, “Saya ingin mengembalikan masa kejayaan, dimana Islam sangat cinta dan berkembang dalam ilmu pengetahuan” ucapnya bangga.
Memperdalam Sains
Sedari SMP, Bella yang ABG tak pernah merasakan apa itu masa pubertas dengan hura-hura, dan bercengkrama any time bersama partner belajar, karena Bella harus membantu orang tua mengerjakan pekerjaan serabutan setelah sekolah.
Beruntung, Bella tak lantas menyerah pada keadaan capek, idolanya sosok Ibnu Sina yang terus diagung-agungkan oleh Bella membuatnya cinta Sains. Yah Bella memutuskan akan terus memperdalam Sains sejak SMP.
Selalu membaca buku adalah keyakinan Bella agar tidak pernah tertinggal akan ilmu pengetahuan, namun gunda Bella juga dimulai disini. Bella cinta akan Avicenna dan kejayaan islam, namun Bella minim akan ilmu agama. Bella hanya tau jika agama adalah ruhaniah, sholat adalah hal yang wajib dilakukan, selebihnya rutinitas-rutinitas agama di lingkungannya hanya diikuti tanpa mengerti maksud dan tujuannya.
Bermula dari kegundaan itulah Bella dihadapkan pada pilihan dilematis akan kelanjutan pendidikannya setelah SMP. Awalnya sosok manis ini ingin memilih untuk nyantri di pondok pesantren, namun bella sadar biayanya tidak mungkin murah dan sosok cerdas ini masih belum menemukan pesantren dengan metode penerimaan jalur beasiswa. Sampai pada keinginannya yang membuncah akan memperdalam ilmu agama, dia menambatkan tumpuan harapannya pada MAN 3 Malang, yang dirasa akan memberikan angin segar wacana agama dan belajar sains.
“Saya nekat mbak, meski beberapa teman dan tetangga mengejek akan kemampuanku untuk masuk MAN 3, tau sendirikan sulitnya masuk madrasah ini, tapi saya optimis dan terus berdoa, Alhamdulillah ditrima sungguh, saya gak nyangka sebelumnya,” ucapnya polos.
Membangun Mimpi
Bella menuturkan, Tuhan sangat bermurah hati padanya, tak semua orang memiliki kesempatan emas bisa belajar di sekolah favorit dan modern seperti MAN 3 dengan jalur beasiswa pula. Merasa diberi anugerah yang tak terhingga inilah Bella tak pernah menyia-nyiakan waktunya dengan berleha-leha. Belajar, bersosialisasi, dan terus membaca selalu ia tekankan pada diri sendiri.
Belajar di Asrama MAN 3 Malang adalah mimpi yang ia idam-idamkan, karenanya dia tidak pernah sekalipun absen pada kegiatan asrama yang menurutnya mulai membawa angin kehidupan baru baginya. “Saya mulai mengerti agama dengan baik ya disini, belajar menghargai waktu ya di sini, dan bahwa waktu itu adalah pedang juga di sini, saya sangt mencintai guru, lingkungan dan teman di asrama” cerianya penuh semangat.
Aktivitasanya tak pernah lepas dari membaca buku-buku agama dan terus mengasah mata pelajaran favoritnya yakni Kimia. Tak sia-sia, mimpi dan perjuangannya, menjadikannya siswi kesayangan dengan sejuta prestasi. Bella dikenal sangat periang, ramah dan memiliki akhlak yang baik dimata guru-guru, hal ini disampaikan langsung oleh ibu Elida, salah satu guru pembinanya.
Meski mengaku belum memiliki pandangan akan ambil kuliah dimana dan jurusan apa, , gadis usia 17 tahun dengan perawakannya yang sederhana ingin kelak menjadi seorang ilmuan atau saintis yang mengharumkan nama agama dan bangsa.
“Kuliah bagiku masih misteri mbak, dengan keadaan perekonomianku yang seperti sekarang. Untuk itu aku tidak berani mengutarakan, biar ada dalam hatiku saja, namun aku akan terus menjadi researcher, kuliah ataupun tidak,” ucapnya penuh harap. (Red: Anam)
No comments:
Post a Comment