[caption id="attachment_2342" align="aligncenter" width="600"]
Jakarta, PendidikanIslam.ID – Program beasiswa tahfidz al Qur’an (PBTQ) kerjasama antara Direktorat Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) dengan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Turki yang telah berlangsung selama 6 tahun sejak 2010. Pada kesempatan wisuda tahfidz kali ini, sebanyak 173 santri penghafal Al-Quran diwisuda oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kemenag MH Thamrin Jakarta, Selasa (02/08).
Mereka yang terdiri dari 143 santri laki-laki dan 30 santri perempuan. Di antara mereka, ada yang berhasil menghafal dalam 5 bulan, dan yang paling lama adalah 3 tahun. Setelah diwisuda, para santri akan mendapat kesempatan belajar mendalami Al-Quran di Istambul Turki dalam waktu 2 - 3 tahun.
Menurut Menag, aktivitas menghafal Al-Quran, terkait dengan membaca, merenungkan, menyimak, dan mengkaji. Ini merupakan aktivitas komplek yang membutuhkan perjuangan dan komitmen tinggi, sehingga membutuhkan tempaan intelektual, mental, dan spiritual.
"Alhamdulillah, proses pertama telah dilalui dengan baik, hingga anak-anak sekalian terpilih untuk berangkat ke Turki," terang Menag kepada santri angkatan ke-9 Tahun Ajaran 2015/2016 ini.
Kepada wisudawan tahfiz Al-Quran, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberi pesan khusus. "Pertama, kesempatan menimba ilmu di luar negeri, adalah dambaan hampir sebagian besar santri dan siswa. Karenanya, manfaatkan dengan baik. Belajar lah dengan giat, manfaatkan kesempatan yang ada untuk melahap semua ilmu," tuturnya sebagaimana di laman kemenag.go.id
"Pusat-pusat ilmu pengetahuan di Turki harus kalian kunjungi. Setelah pulang, amalkan untuk memajukan pendidikan tanah air," imbuhnya.
Pesan kedua, Menag meminta para santri menjadi duta bangsa, pondok pesantren, dan duta masyarakat yang baik. "Jagalah nama baik Indonesia, nama baik pesantren dan nama baik masyarakat. Caranya, dengan menunjukkan prestasi demi prestasi, baik intelektual, moral maupun spiritual," katanya.
"Tetaplah berkomitmen pada perjuangan NKRI. Tanamkan dan jaga komitmen kebangsaan dan NKRI agar tetap tejaga di hati," tuturnya lagi.
Hal ketiga yang dipesankan Menag, para santri agar berjuang untuk dapat menunjukkan kepada dunia, bahwa mereka adalah muslim moderat, inklusif, toleran dan damai. "(Ini) sebagaimana karakter Islam Indonesia, juga Islam yang telah dikembangkan di pondok pesantren," ujarnya.
Sebagaimana diketahui pada informasi pada pendaftaran program PBTQ, untuk bisa menjadi santri di UICII, para santri minimal lulus MTs/sederajat dan maksimal berusia 19 tahun dan telah hafal juz amma (Juz 30). (@viva_tnu)
No comments:
Post a Comment