Pesantren Almanar Azhari agaknya memang berbeda dengan pesantren pada umumnya. Selain hendak menguasai teknologi, pesantren yang beralamat di Jalan Raya Limo Pelita No 10 Depok, Jawa Barat ini ingin merajai dunia maya.
Para guru dan santrinya pun memiliki blog yang diisi aneka konten keislaman. Tak berlebihan jika Almanar Azhari ini dijuluki pesantren "blogger." Pasalnya, para santri aktif sekali di dunia blog. Mereka menayangkan berbagai berita dan tulisan keislaman yang ramah.
Pimpinan Pesantren Almanar Azhari Islamic Boarding School, Nurcholis Suhaimi menuturkan, di pesantren yang dipimpinnya itu setiap santri dan guru diwajibkan memiliki blog. “Makanya, setiap siswa harus memiliki laptop dan semua lokasi pesantren merupakan area free hot spot,” tutur alumnus Pesantren Modern Ar-Rasyid Jawa Timur ini.
Nurcholis mengakui, awalnya kebijakan tersebut ditentang sejumlah wali santri. Para orangtua khawatir, anak mereka nantinya keranjingan internet justru untuk hal-hal yang tidak baik. “Kami tegaskan, pesantren akan mencetak santri yang ahli membuat virus dan membobol password, tapi mempunyai moralitas tinggi,” tandasnya.
Hal itu sejalan dengan visi besar Pesantren Almanar Azhari: menjadikan lembaga pendidikan yang dapat menciptakan siswa-siswi yang memiliki kualitas intelektual tinggi serta mempunyai moral, akhlak, dan budi pekerti yang luhur.
Nurcholis tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya yang menguasai dunia maya justru berasal dari orang yang tidak bertanggung jawab. Pesantren berkomitmen menghiasi internet dengan ayat-ayat Al-Quran dan wacana keislaman.
Oleh karena itu, setiap usai Maghrib dan Subuh, para siswa menghafal Al-Quran. “Ba’da Subuh, mereka setoran hafalan. Sedangkan ba’da Maghrib tambah hafalan. Satu hari setiap siswa harus hafal setengah halaman,” tutur alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Menurut dia, teknologi sebenarnya netral. Tergantung bagaimana penggunanya. Penguasaan sains dan teknologi merupakan satu dari lima pilar yang dimiliki Pesantren Almanar Azhari. Sedangkan empat pilar lainnya adalah hafal Al-Quran, menguasai Bahasa Arab dan Inggris, memahami dengan benar ilmu syariah Islamiyyah, dan berakhlakul karimah.
Untuk mencapai lima target tersebut, Pesantren Almanar memadukan sistem pendidikan kepesantrenan (pendidikan Islam), kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan kurikulum internasional. Kurikulum tersebut diterapkan untuk jenjang SMP dan SMA.
[caption id="attachment_701" align="alignright" width="250"]
“Nah, untuk kurikulum pesantren, santri mengkaji berbagai kitab yang telah disusun tim Almanar Azhari yang berpedoman pada pelajaran islamic studies (al-ulum as syariyyah) dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir,” tuturnya.
Pelajarannya meliputi, tafsir, fiqh, ushul fiqh, hadits, tauhid, faraid, dan tahfizh Al-Quran dengan menggunakan sistem talaqqi. pertemuan anatara ustadz dan guru, paparnya. Untuk ilmu fiqh, empat aliran mazhab semua diajarkan. Sementara akidahnya adalah Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Selain itu, Pesantren Almanar juga bekerja sama dengan Cambridge University, Inggris. Kerja sama tersebut meliputi pelajaran Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, dan Bahasa Inggris. “Materi soal ujian berasal dari Cambridge. Lulusan Almanar akan menerima Sertifikat Cambridge,” tutur alumnus Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Karena menerapkan sistem perpaduan, Pesantren Almanar tidak membedakan antara pelajaran agama dan umum. Nurcholis mencontohkan, jika belajar tentang biologi, planet, ekosistem misalnya, para pengajar juga akan memberikan penjelasan perspektif Islam. “Jadi ada internalisasi nilai-nilai Islam dalam sains,” ucapnya.
Asyik Nge-Blog
Saat jam istirahat tiba, para siswa tampak asyik bercengkerama di beranda kelas, masjid, dan di saung-saung yang berada di lokasi pesantren. Di antara mereka, ada dua santri yang sedang asyik berinternet-ria di pojok ruangan, di salah satu kelas: M Satrio Khalifah Ardhy dan Reza Anugrah Putra.
Menariknya, kedua santri tersebut sedang membuka blog masing-masing. Satrio yang memiliki alamat blog, www.str21.blogspot ini menjelaskan dia sering mengunduh berita-berita yang terjadi di sekelilingnya. Saya ingin berbagi informasi dengan orang lain melalui dunia maya, tutur siswa Kelas 2 SMA yang berasal dari Bekasi ini.
[caption id="attachment_712" align="alignright" width="250"]
Selain itu, lanjutnya, dia juga sering memberi catatan terhadap apa yang terjadi di Indonesia dan dunia international, terutama dunia Islam. Di blog, saya memberi catatan tentang gempa Tasik dan bagaimana perjuangan rakyat Palestina, katanya sambil menunjukkan isi blog-nya tersebut kepada Pelita.
Menurut siswa berkaca-mata yang juga hafal empat juz Al-Quran ini, jika betul-betul menguasai, blog bisa dimanfaatkan untuk mencari duit. “Makanya, blog harus diisi dengan hal-hal yang baik,” ucap santri yang juga berperan sebagai administrator blog Organisasi Siswa Almanar Azhari (Osama) ini: www.osama2009-2010.blogspot.com.
Sama halnya dengan Reza Anugrah Putra, siswa Kelas 3 SMP. Santri yang telah memiliki blog, www.hackod3.co.cc, sejak Kelas 1 ini berdalil saat ini tidak seorang pun bisa lepas dari sains dan teknologi, termasuk internet. Saya isi blog, seputar informasi, tips, dan trik yang berkaitan dengan dunia internet, tutur santri yang telah hafal lima juz Al-Quran ini.
Untuk menunjang keberhasilan dan kenyamanan santri dalam belajar, siswa Pesantren Almanar memang tidak banyak. Setiap kelas hanya memiliki 25 murid. Setiap tahun pihak pesantren hanya menerima 100 siswa baru: 50 SMP dan 50 SMA yang dibagi dalam dua kelas. Yang menarik, di luar kelas, satu pengasuh akan mendampingi enam murid.
Para santri juga dilengkapi dengan berbagi fasilitas penunjang, mulai dari berbagai laboratorium, perpustakaan, sarana olahraga dan kesehatan, hingga kolam renang. “Semua ruangan kelas ber-AC. Tentu semua ini tidak mudah dan murah. Perlu kekonsistenan dan kedisisplinan,” ungkap Nurcholis.
Pendiri Pesantren Almanar Azhari KH Manarul Hidayat mengakui bahwa lembaga pendidikan yang didirikannya tersebut hanya bisa diakses oleh siswa yang memiliki IQ tinggi dan berasal dari keluarga yang mampu.
“Akan tetapi, 10 persen dari jumlah santri harus berasal dari keluarga yang tidak mampu atau anak yatim. Jadi ada subsidi silang. Syarat utamanya harus pintar. Ini tidak bisa ditawar,” kata Kiai Manarul Hidayat. (Red: Musthofa Asrori)
Sumber: Pelita
No comments:
Post a Comment