Putri asal Manado ini mempunyai kemampuan lebih di bidang ilmu ekonomi. Sejak kelas X ia telah mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Alifa Rahmania mendapatkan juara medali perak dan emas, mengalahkan kakak-kakak kelasnya dari berbagai sekolah seluruh Indonesia. Setelah lulus MAN Insan Cendekia Gorontalo, ia melanjutkan kuliah di Fakltas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Alifa adalah salah satu “bibit unggul” lulusan madrasah. Ia tidak mendaftarkan diri masuk UI. Pihak UI mengundangnya datang tanpa melalui tes. Universitas terkemuka di Indonesia sudah “mengintip” kemampuannya saat mengikuti OSN dan ingin dirinya menjadi mahasiswa ekonomi di kampus Depok.
Gadis cantik kelahiran Manado, 8 September 2008 ini kelihatan ceria. Beberapa waktu lalu, ia merayakan ulang tahunnya yang ke-17, sweet seventeen. “Tapi saya belum punyai KTP,” ujarnya, karena baru beberapa hari ia genap berisia 17 tahun.
Ada sembilan siswa satu angkatannya di MAN Insan Cendekia Gorontalo yang melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI). Beberapa bulan kemarin mereka juga disambut kakak-kakak senior di kampus UI yang berasal dari almamater sayang sama. Di kampus ini, para alumni MAN Insan Cendekia juga mempunyai forum pertemuan.
Berbincang dengan Alifa cukup menyenangkan. Berjilbab dan membawa tas tentengan ala mahasiswa, ia sangat supel dan mudah berkomunikasi. Saat bercerita dan menyatakan pendapatnya, beberapa kali ia tertawar ringan. Perbincangan menjadi ringan dan segar, meskipun temanya cukup berat, tentang problem kerumitan ekonomi di Indonesia.
Konsentrasi Ilmu Ekonomi
Alifa Rahmania baru benar-benar fokus belajar ekonomi ketika ia mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Ia bercerita, sebenarnya dibanding teman-teman sekelanya di MAN Insan Cendekia Gorontalo, ia bukan yang paling pintar. Ada temannya yang nilainya selalu lebih tinggi dibanding Alifa untuk beberapa mata pelajaran. Namun khusus khusus untuk pelajaran ekonomi, nilai Alifa lebih baik.
“Nilai saya nggak pernah lebih tinggi kecuali nilai ekonomi. Terus saya tiba-tiba berpiikir begini, sudahlah saya tidak ahli (di bidang yang lain), tapi kalau ekonomi itu kayaknya saya bisa. Lalu ada ada tes seleksi (OSN) saya ikut. Saya iseng-iseng mencoba ikut, eh masuk,” katanya senang.
Seleksi OSN dilakukan beberapa tahap. Tahapan pertama seleksi khusus untuk tim sekolah. Alifa bercerita, dari semua peserta yang ikut seleksi dipilih 15-16 siswa untuk bidang ekonomi. Menjelang pelaksanaan OSK (Olimpiade Sains Kabupaten), 15 siswa yang sudah terpilih diseleksi lagi sampai lima besar, lalu diseleksi lagi sampai tiga besar. “Tiga besar itu yang dikirim sekolah untuk mewakili kabupaten. Terus ke provinsi,” katanya.
Alifa dua kali lolos ke tingkat OSN dan dua kali kesempatan itu ia berhasil membawa juara untuk madrasahnya. Saat duduk di kelas X, tahun 2013, ia didelegasikan bersama dua kakak kelasnya.
“Waktu itu saya masih pemula dibanding kakak yang sudah dua tahun. Ternyata, hasilnya saya kaget! Di tingkat kabupaten saya juara satu. Mereka (kakak kelas) juara 2 dan 3. Terus ke provinsi ternyata saya juara satu juga. Terus karena ada kuota maksimal dua orang, yang berangkat ke tingkat nasional hanya dua orang, saya dan teman saya satu lagi,” katanya.
Tahun pertama mengikuti OSN 2013, Alifa berhasil memeroleh medali perak bidang ekonomi. Kemudian, tahun berikutnya ia sudah memboyong medali emas.
“Saya senang luar biasa terutama yang tahun 2013. Meskipun waktu itu, target saya yang penting dapat pengalaman. Saya tidak menyangka bisa menang. Waktu itu saya seperti tidak percaya,” katanya.
Selain ikut OSN bersaing dengan siswa madrasah dan sekolah umum, Alifa juga mengikuti olimpiade sains yang diselenggarakan di lingkungan Kementerian Agama, yakni Kompetisi Sains Madrasah (SKSM). Dalam KSM tingkat nasional, Alifa juga mendapatkan juara untuk bidang yang sama.
Apa yang dipertandingkan di OSN? “Banyak banget. Ada tes tulis, pilihan ganda dan essai. Ada pembuatan makalah, presentasi makalah, simulasi perdagangan saham., sama bussines invantion,” katanya.
Sejak mengkuti OSN dan KSM dan memperoleh juara, semangat Alifa untuk belajar ekonomi semakin tinggi. Ia suka membaca dan menyimak berita-berita seputar perkembangan ekonomi Indonesia dan ekonomi global.
Ingin Jadi Menteri Keuangan
Menurut Alifa salah satu penyakit siswa atau alumni madrasah adalah perasaan minder dengan sekolah umum apalagi yang favorit. Namun perasaan minder ini sama sekali tidak ada pada dirinya. Siswa madrsah dan siswa sekolah umum sama. Buktinya, dalam setiap kompetisi dengan sekolah umum, siswa madrasah juga unggul. Sejak ia masih duduk di Madrasah Aliyah, Alifa juga sudah menyimak kisah-kisah alumni madrasah yang inspiratif.
“Setiap saya ikut lomba, kepala saya bilang, kamu di sini bukan hanya mewakili kamu sendiri dan sekolah kamu. Kamu sebagai siswa madrasah itu membawa nama Islam. Siswa madrah harus bisa menunjukan ini loh kita orang Islam, kita bisa,” kata Alifa. “Saya juga melihat para alumni madrasah yang berhasil itu. Saya mengatakan oh madrasah saya juga biasa,” tambahnya.
Saat ini Alifa sudah berada di Fakultas Ekonomi di unversitas nomor wahid di Indonesia. Ia merasa beberapa langkah lagi bisa mewujudkan cita-citanya, menjadi menteri keuangan. “Waktu kecil saya ingin jadi dokter sepeti anak-anak kebanyakan,” katanya tertawa. “Sekarang saya ingin menjadi menteri keuangan,” tambahnya.
Ia mengaku terispirasi dengan sosok Sri Mulyani, seorang perempuan ahli ekonomi yang sempat menjadi menteri keuangan. Mengapa Alifa juga ingin menjadi menteri keuangan?
“Masalah ekonomi Indonesia itu komplek. Sekarang nilai rupiah merosot kan? Nilai rupiah masih labil dan rentan. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah begitu saja, karena persoalannya sangat komplek,” kata Alifa yang saat ini mendalami persoalan moneter.
“Yang sederhana misalnya soal subsidi BBM. Subsidi bisa dikurangi misalnya untuk perbaikan fasilitas kesehatan atau pendidikan. Tapi kalau misal subsidi dikurangi, BBM jadi mahal, padalah sekarang semakin banyak orang yang butuh BBM untuk keperluan transportasi. Transportasi paling krusial,” kata mahasiswa semester awal berusia 17 tahun itu.
Ia menjelaskan satu teori dasar dalam ilmu ekonomi yang dinamakan trade off, yakni semacam dilema dalam pengembangan ekonomi.
“Tiap individu atau negara berusaha untuk mencapai sesuatu. Namun sesuatu yang lain harus dkorbankan. Ini istilahnya trade off. Trade off-nya Indonesia itu banyak. Misalya subsidi BBM tadi. Semacam dilematis begitu,” katanya.
Ia juga menjelaskan, Indonesia sering berada dalam posisi diliematis antara inflasi dan pengangguran. Permerintah mesti harus berhitung antara mengurangi pengangguran dan mengantisipasi inflasi. Kalau pengangguran berkurang drastis, dan lebih banyak orang yang bekerja serta mempunyai pendapatan, maka jumlah uang beredar bertambah. Ketika jumlah uang yang beredar bertambah, akan menyebabkan inflasi. Ketika terjadi inflasi, harga-harga kebutuhan pokok akan naik, dan rakyat akan semain susah.
Demikian disampaika Alifa yang mempunyai nama panjang Alifa Rahmaniah Amanullah. Persoalan lain di Indonesia, katanya, adalah dualisme ekonomi antara sektor formal dan sektor informal, seperti pasar tradisional dan pedagang kaki lima. Dan itu adalah pekerjaan-pekerjaan berat yang diemban oleh pemerintah Indonesia, terutama menteri keuangannya. Ia ingin menjadi menteri keuangan. Ia terus belajar dan belajar, melalui tahapan demi tahapan. Ia ingin ilmunya kelak berguna bagi orang banyak, dan ia optimis, bisa! [Khoirul Anam]
No comments:
Post a Comment