Thursday, March 31, 2016

Ini Kisah Ismail Betawi Wujudkan "Madrasah Ekslusif " di Daerah Terpencil

[caption id="attachment_888" align="aligncenter" width="300"]Ismail Z. Betawi Ismail Z. Betawi[/caption]

Sebelum menjadi Kepala MAN Kedang  Nusa Tenggara Timur (NTT) Ismail Z. Betawi dipercaya menjadi Kepala MTs Negeri Kalikur. Ia dinilai berhasil menyelesaikan persoalan internal antara kepala madrasah dan pegawai tata usaha. Persoalannya adalah saling memfitnah yang berujung dengan insiden perkelahian dengan menggunakan senjata tajam (parang). Selama sembilan bulan masa kepemimpinannya, MTs Negeri Kalikur sebagai wakil peserta Olimpiade Sains antar madrasah utusan Kabupaten Lembata berhasil masuk final pada mata pelajaran Matematika.

Setelah itu keluarlah SK Kanwil Kementerian Agama NTT untuk Menjadi Kepala MAN Kedang Tahun 2010. Madrasah ini beralamat di jl Pantai Utara Desa Kalikur Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata.

MAN Kedang sebelumnya bernama MAS Uyelewun yang digagas oleh seorang Tokoh kampung yang bernama Bapa Guru Tuang Adonara pada tanggal 8 Bulan 8 Tahun 1988, sehingga tahun berdirinya ini dikenal sebagai Tahun kaca mata.

“Ada pesan moral yang dapat kami tawarkan adalah bahwa hadirnya Madrasah ini merupakan buah perjuangan dan cita-cita luhur masyarakat Kalikur sebagai pencetus berdirinya madrasah di Kedang sekaligus menunjukkan jati diri yang sesungguhnya bahwa madrasah  adalah bahagian dalam nafas kehidupan orang kalikur khususnya dan orang kedang pada umumnya,”kata Ismail.

Bagaimanapun kondisinya, ia sangat menghargai para perintis dan pendiri MAN Kedang. “Kegigihan untuk dapat mendirikan Madrasah di Kedang penuh dengan tantangan dan rintangan, bahkan secara faktual tokoh penggerak madrasah waktu itu seperti Bapak Muhammad Amin, Bapak Abdul Latif Hasan dan Bapak Adam Yusuf Riang Loyo sempat di jebloskan kedalam penjara selama 11 Bulan peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1968,” ujarnya.

Menuju Ideal

Menurut Ismail, secara fisik memang terkesan Madrasah di NTT belum ideal bila dipakai rujukan BNSP. Akan tetapi secara bertahap madrasah ini terus berbenah menuju titik ideal. Pembenahan dilakukan dari sisi akademik maupun fisik dan tampilan seperti kebersihan dan keindahan madrasah.

Sejak awal penegerian tahun 1997, jumlah siswa pada Madrasah Aliyah Negeri Kedang tercatat sebanyak 40 Siswa. Seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan fisik bangunan serta beberapa prestasi yang diraih, pada awal Juli 2015 tercatat siswa MAN kedang sudah sebanyak 447 Siswa.

“Guru MAN Kedang pada tahun 2015 telah memenuhi syarat sesuai ketentuan Undang-Undang Guru. Rata-rata telah berpendidikan Strata satu (Sarjana),” kata Ismail. Ia telah mencatat kualifikasi para guru MAN Kedang dalam bentuk tabel yang rapi.

Proses pembelajaran di MAN Kedang di mulai sejak Pukul 07.00-14.14 waktu setempat dilanjutkan dengan bimbingan kelompok 16.00- 18.30. Pembelajaran pada Zona integratif pada Pukul 20.00-23.00 pada 4 wilayah yaitu Desa Kalikur, Desa Bareng,Desa Leuwohung dan Desa Normal.

Pendekatan dalam pembelajaran bervariasi yakni pendekatan teoritis 40 %, tugas mandiri dan terstruktur 60% dari total waktu secara keseluruhan.

Masing-masing guru yang terbagi dalam zona integratif mengkawal aktifitas para siswa dan siswinya. Ke empat zona itu dibagikan lampu gas minyak tanah masing-masing satu dengan biaya operasional dan pemeliharaan peralatan tersebut dibebankan pada DIPA MAN Kedang.

Prestasi yang diraih oleh MAN Kedang pada saat pertama kali Ismail menjabat kepala madrasah lebih dominan pada kegiatan keagamaan saja, karena memang madrasah ini dibentuk untuk merespon keinginan dan kebutuhan masyarakat pendirinya dan juga merupakan Pusat dakwah Islam di Wilayah Kedang. Setelah Tahun 2010 barulah madrasah ini mulai dibenahi akhirnya hampir semua sektor kompetisi MAN Kedang tidak pernah absen untuk mengirimkan utusanya baik mewakili kabupaten ke Tingkat Propinsi maupun mewakili Propinsi NTT ke tingkat nasioanal.

Membangun Kepercayaan Diri


Sejak pertama menjabat sebagai Kepala Madrasah, upaya yang dilakukan oleh Ismail Z. Betawi adalah membangun semangat memiliki madrasah. Pelepasan siswa dan siswi kelas XII yang Lulus ujian dilakukan dengan menyeleggarakan acara wisuda resmi. Semua stakeholders diundang dalam moment yang sangat berharga dan cukup megah untuk ukuran masyarakat pedesaan.

Target yang diharapkan dari kegiatan dimaksud adalah membangun rasa kepercayaan masyarakat Kedang bahwa yang dapat melakukan kegiatan akbar seperti wisuda hanyalah madrasah. Padahal sekolah tidak mungkin mengadakan acara seperti itu. Ternyata dampak positif yang diperoleh dari kegiatan tersebut sangat luar biasa. Jumlah murid mulai meningkat, kompetisi internal antar guru dan murid mulai nampak dan terakhir semangat untuk memiliki madrasah mulai tinggi. Disinilah awal dari sebuah strategi membangun kepercayaan diri. Sederhana memang.

Menurut Ismail, niat untuk menata dan membangun madrasah dalam harus menjadi niat bersama. Maka visi dan misi seorang Kepala madrasah itu dibicarakan dan dipahami bersama.

“Langkah yang kami lakukan adalah menyadarkan seluruh elemen penggerak setiap saat untuk melakukan apa saja dalam memajukan madrasah dalam satu visi. Di sisi lain, kami juga mengkaji orientasi apa saja yang dipunyai guru dan murid dalam sistem kelembagaan tersebut,”ujarnya.

Terkait dengan pengelolaan guru, menurut Ismail, guru dipandang sebagai elemen yang memiliki pengaruh terbesar dalam kemajuan sebuah madrasah, apalagi madrasah negeri. Penempatan guru baru melalui seleksi yang berdasarkan kuota perlu harus melalui investigasi, baik langsung maupun tidak langsung. Jika madrasah hanya dilihat sebagai jembatan untuk memperoleh penghasilan atau pekerjaan, hal ini sangat berbahaya. Maka perlu dilakukan upaya mengembalikan orientasi pada semangat membangun madrasah.

“Cara yang kami lakukan adalah menelusuri latar belakang kehidupan awal dari guru yang ada termasuk kebiasaan-kebiasaan sebelumnya kemudian kami masuk dalam budaya kehidupanya terakhir barulah kita mengajak untuk mengikuti keinginan-keinginan kita dalam artian menyahuti visi dan misi madrasah. Rasa dihargai dan aktivitas kegiatan yang selalu menyertakan pemikiran guru adalah kunci dari kesuksesan. Tanamkan rasa mencintai madrasah secara santun dan sadarkan kehidupannya dengan pendekatan iman dan takwa serta kearifan lokal,” kata Ismail.

“Bahasa sederhana yang sering kami ungkapkan adalah jadikanlah kehidupan yang singkat ini dengan nilai-nilai yang bermanfaat dan bimbinglah generasi kita dengan sungguh-sunguh, karena yang kita bentuk hari ini adalah merupakan bayangan yang paling dekat tatkala pada masanya mereka membimbing-putra dan puti kita tatkala kita sudah tidak berdaya.”

“Kalimat do’a yang sering kami ajarkan kepada semua elemen pendidik dan tenaga pendidikan kami adalah ‘Ya Allah sekiranya hambamu ini diperkenankan untuk menghadapi-Mu maka janganlah  hamba-Mu ini dalam keadaan yang tidak berfaedah bagi kehidupan ini. Perkenankan hamba-Mu meghadap keharibaanmu dalam keadaan yang masih dibutuhkan oleh kehidupan ini,” demikian disampaikan Ismail.

Mengembangkan konsep pendidikan agama yang benar harus disertai dengan perilaku dan kebiasaan-kebiasaan baik seperti yang disampaikan dalam firman Allah dan tradisi kehidupan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya. Ketauladanan menjadi rujukan keberhasilan MAN Kedang, tiada kekuatan yang melebihi tradisi ketauladanan dan itu guru atau tenaga kependidikan yang ada harus memulai.

[caption id="attachment_889" align="aligncenter" width="300"] Ismail Betawi sedang menyendiri menyusun dan merumuskan rencana strategis Ismail Betawi sedang menyendiri menyusun dan merumuskan rencana strategis[/caption]

Peningkatan Mutu


Tahap berikutnya, MAN Kedang berorientasi untuk meraih banyak prestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik.

Langkah yang dilakukan oleh Ismail sebagai kepala madrasah adalah mengidentifikasi Kompetensi siswa dimulai dari tempat dimana anak itu beraktifitas, sekolah atau madrasah yang pernah dia belajar termasuk informasi-informasi lain seputar kehidupanpribadinya.

Selanjutnya, ia membuat peta mutu untuk peserta didik baru berdasarkan hasil ujian masuk madrasah dan referensi tambahan yang diserahkan tim identifikasi kompetensi siswa. Ia juga mengelompokkan siswa berdasarkan hasil uji kompetensi dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan bimbingan peningkatan mutu siswa

Untuk para guru, ia membagi guru dalam tiga zona yakni zona penanganan siswa prestasi tinggi,sedang dan rendah. Para guru dibantu oleh siswa senior dalam kegiatan bimbingan penguatan kompetensi.

Ujian pencapaian kompetensi bagi semua siswa secara terprogram dan melaporkan hasilnya kepada orang tua siswa secara berkala. Perbaikan dan penguatan kompetensi juga dilakukan secara terprogram dan berkala dan hasilnya dilaporkan kepada orang tua wali.

Pihak sekolah juga selalu mengaupdate informasi perubahan pendidikan kepada para guru dan siswa melalui diskusi-diskusi kelompok yang telah didesain untuk itu, kemudian hasilnya disebarkan kepada peserta didik lain

Setiap 3 bulan para siswa dibawa keluar lingkungan madrasah untuk mengikuti kegiatan diskusi atau kajian-kajian kitab yang dilakukan oleh kelompok pengajian yang ada dilingkungan masyarakat Kedang.

Seleksi Calon Juara


Hampir semua peserta didik baru yang diterima dari MAN Kedang  berasal dari MTs atau SMP yang tidak memilki keunggulan kompetitif sehingga pola seleksi awal masuk tidak dapat dijadikan rujukan. Untuk menyeleksi para calon juara yang akan mengharumkan nama juara, Ismail memilki cara tersendiri untuk mengatasi kekurangan dalam pola seleksi awal itu. Berikut ini cara yang ditempuhnya:

  1. Para siswa dikenalkan dengan siswa kelas diatasnya yang mempunyai prestasi.

  2. Secara berkala madrasah menampung masukan dari siswa senior, kemudian semua masukan dari siswa senior diolah oleh tim penjaminan mutu yang ada dimadrasah untukdijadikan titik bidik pembinaan secara berkala dimulai dari kelas X kemudian dilanjutkan dikelas XI.

  3. Tahap ketiga adalah uji kemampuan berdasarkan SKL yang telah disepakati bersama secara terprogram dan berkelanjutan setiap bulan sekali.

  4. Peserta bimbingan pada kelompoktertentu yang tidak berhasil dirotasikan pada kelompok siswa dan guru lain untuk dilakukan pembinaan ulang pada SKL yang sama selanjutnya dilakukan pengujian ulang.

  5. Para siswa bimbingan pada bulan ketiga ditugaskan untuk membuat soal berdasarkan SKL yang ada kemudian dilakukan pengujian bersilang antar siswa yang didampingi oleh guru pembimbing. Hasilnya diperiksa dan dianalisa oleh siswa masing-asing berdasarkan kunci yang telah dibuat oleh siswa itu sendiri, kemudian dicocokkan kuncinya pada siswa pembuat soal didampingi oleh guru pembimbing

  6. Kumpulan soal yang dibuat guru dan siswa pada bulan ke empat dianalisis dan dibuat perengkingan. MAN Kedang menetapkan setiap mata pelajaran yang dilombakan dipersiapkan masing-masing 10 peserta dengan sistem satu siswa boleh memilih 3 mata pelajaran lain yang juga merupkan mata pelajaran yang sering dilombakan.

  7. Seleksi finis apabila terdapat 2 atau 3 mata pelajaran yang dikuasai oleh seorang anak maka keputusan pengambilan mata pelajaran lomba baik KSM/OSN maupun Sains dikembalikan kepada siswa itu sendiri,sedangkan yang tersisa dilakukan penyaringan ulang oleh TIM Penjaminan mutu utuk mendapatkan  hasil yang sifatnya final.

  8. Langkah terakhir setiap siswa yang telah ditetapkan untuk membidangi mata pelajaran yang dilombakan disertakan dalam momen lomba yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang. [A. Khoirul Anam]

No comments:

Post a Comment