Dunia pendidikan Indonesia pernah menempatkan para siswa hanya sebagai objek pembelajaran oleh guru. Kondisi ini mengibaratkan bahwa siswa seperti botol kosong yang harus diisi dengan air tanpa guru harus memahami cara membuka tutup botolnya terlebih dahulu. Karena hanya sebatas botol kosong, gurulah yang harus berperan aktif di kelas, bukan siswa. Artinya, siswa merupakan objek pasif sehingga proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah.
Tentu kondisi tersebut tidak terjadi dewasa ini, dimana teknologi dan informasi berkembang pesat. Kondisi ini memungkinkan siswa tahu terlebih dahulu ketimbang guru karena pengetahuan dapat diakses dengan mudah melalui internet. Fenomena ini harus ditangkap oleh guru dengan baik, sehingga peran guru tidak lagi sebagai aktor melainkan sebagai fasilitator siswa di kelas. Peran ini menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, dimana siswa aktif di dalamnya. Adapun guru disamping membimbing siswa, ia juga berperan memfasilitasi agar proses pembelajaran berjalan interaktif.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan interaktif, guru harus mampu memfasilitasi siswa agar semua bisa aktif. Aktif ini bisa dalam berbagai bentuk, baik bertanya, mencurahkan pendapat, memberikan argumen, dan menjawab pertanyaan sesama teman yang dilimpahkan oleh guru ke siswa.
Mengondisikan agar proses pembelajaran berjalan interkatif tidak mudah bagi guru. Karena ketika siswa ada di kelas, kondisi berbagai macam. Ada tipe siswa yang sangat aktif, aktif, bahkan pasif. Sebab itu, guru memerlukan metode yang tepat.
Dalam hal inilah metode Curah Pendapat merupakan cara yang tepat bagi guru untuk mengaktifkan dan menginteraktifkan proses pembelajaran. Metode ini memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk memberikan pendapatnya sehingga bisa menggugah siswa pasif sekalipun untuk berani mengemukakan pendapatnya.
Sigit Setyawan dalam bukunya Nyalakan Kelasmu: 20 Metode Mengajar dan Aplikasinya (2013) menjelaskan, metode curah pendapat adalah sebuah cara untuk mengumpulkan informasi atau ide-ide dari para siswa untuk disimpulkan. Dikategorisasikan, dan diklasifikasikan. Curah pendapat dipandu oleh guru yang berperan sebagai moderator dan fasilitator yang mengarahkan dan membatasi topik materi pembelajaran.
Dalam metode ini, guru bisa mengawalinya dengan sebuah pertanyaan dari materi pelajaran yang ingin disampaikan. Pertanyaan diusahakan dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga seolah siswa tidak langsung diarahkan pada materi. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi lebih untuk menjawab karena sangat berkait dengan pengalaman para siswa.
Sebagai contoh, dalam pelajaran IPA Biologi, Bu Susiyowanti memberikan curah pendapat alih-alih dia melakukan ceramah. Dalam mengajarkan kalsifikasi hewan berdasarkan makanannya, Bu Susiyowanti melakukan hal ini:
“Hewan makan apa ya?” tanya Bu Susiyowanti.
“Ada yang makan rumput Bu,” jawan Sugeng.
“Harimau makan daging Bu,” kata Atika.
“Jadi makanannya beda-beda ya,” timpal Bu Susi. “Nah, apalagi yang makan rumput dan tumbuhan?”
Demikian Bu Susi melanjutkan curah pendapat bersama siswanya. Di akhir curah pendapat tersebut, Bu Susi memberikan kesimpulan dan menjelaskan bahwa berdasarkan makanannya, jenis dibagi ke dalam hewan pemakan daging (karnivora) dan pemakan tumbuhan (herbivora).
Metode curah pendapat ini berguna, pertama, agar siswa mengingat kembali informasi atau ide-ide dalam pelajaran sebelumnya. Kedua, siswa mengetahui pemikiran siswa lain. Ketiga, siswa mampu mengaplikasikan kemampuan berpikir dan berpendapat. Keempat, siswa mampu mengevaluasi dan menyimpulkan ide berdasarkan informasi atau ide-ide yang ada.
Tahap terakhir dalam metode ini, guru perlu melakukan evaluasi. Tetapi perlu diingat, tingkat keberhasilan metode ini bukan pada banyaknya siswa yang mengemukakan pendapat dan pemikirannya. Guru perlu memberikan penilaian dan umpan balik kepada seluruh siswa, baik yang sudah mengemukakan pendapatnya maupun yang belum. Evaluasi ini diperlukan agar ke depan, semua siswa bisa mengemukakan pemikirannya dan pendapatnya sehingga tidak terjadi kondisi dimana satu siswa sangat aktif tetapi dalam kondisi lain ada siswa yang belum mendapatkan kesempatan berpendapat. Selamat menerapkan! (Fathoni Ahmad)
No comments:
Post a Comment