Monday, October 31, 2016

Pembelajaran Berbasis Digital di ISQ Rokan Hulu

isq-rokan-hulu2Institut Sains Al-Qur’an (ISQ) Syekh Ibrahim di Kecamatan Pasirpangaraian, Kabupaten Rokan Hulu, Riau menerapkan sistem pembelajaran berbasis digital yang didukung penuh oleh pemerintah daerah setempat. Berikut ini gambarannya.

Rektor ISQ Syekh Ibrahim, Musthafa Umar kepada Pendis mengatakan, fasilitas berbasis sains dan teknologi inilah, antara lain, yang membedakan perguruan tinggi ini dengan perguruan tinggi Islam pada umumnya. Menurutnya, Bupati Rokan Hulu Achmad menginginkan ISQ ini harus menjadi representasi perguruan tinggi Islam modern berbasis teknologi digital.

“Fasilitas perkuliahaan dan ruang kelas semuanya sudah terkoneksi dengan sistem digital. Begitu juga dengan perpustakaan ISQ yang setiap buku masuk telah terdigitalisasikan sehingga bisa diakses dengan mudah,” ujar Musthafa Umar ditemui dikantornya beberapa waktu lalu.

Komitmen membangun perguruan tinggi Islam berbasis teknologi akan sangat terasa, ketika kita mengunjungi kampus ISQ Syekh Ibrahim Rokan Hulu. Papan tulis digital yang terkoneksi dengan komputer tablet yang dimiliki oleh setiap dosen. Sistem layar sentuh dan komputerisasi papan tulis memudahkan dosen ketika menyimpan catatan sehingga jika ingin membuka catatan terdahulu, masih ada, tidak terhapus.

“Mahasiswa juga menggunakan laptop setiap hari dalam perkuliahaan sehingga paperless. Semua fasilitas disediakan oleh Pemkab Rohul,” jelas Musthafa, Doktor lulusan Universitas Malaya, Malaysia ini.

Selain fasilitas laboratorium bahasa berteknologi tinggi, ruang kelas juga didesain meninggi seperti universitas-universitas di negara maju. Fasilitas seperti meja dan kursi juga berkualitas premium tidak seperti perguruan tinggi dan sekolah di Indonesia pada umumnya.

Semua fasilitas di kampus ISQ Syekh Ibrahim Rokan Hulu diadakan untuk mendukung sistem teknologi digital. Kampus ini juga menyediakan asrama yang sangat memadai bagi mahasiswa putra dan putri secara terpisah bahkan rumah ‘dinas’ bagi dosen. “Dengan sokongan pembiayaan penuh dari Pemkab, praktis mahasiswa hanya fokus belajar, mereka semua juga punya misi menghafal Al-Qur’an,” ucap Musthafa.

Selain itu, laboratorium Al-Qur’an digital juga dibangun dengan 42 seat atau tempat duduk untuk keperluan mahasiswa ISQ Syekh Ibrahim. Lapangan sepak bola, badminton, tenis lapangan, dan takraw juga telah dibangun oleh Pemkab Rohul di Lapangan Dataran Tinggi Rantau Baih atau Purna MTQ Riau. Untuk kenyamanan kegiatan belajar mengajar, ruang belajar mahasiswa didesain serba digital yang dilengkapi dengan klinik kesehatan dan tenaga medisnya.

Untuk tenaga pengajar, Pemkab Rohu merekrut 35 tenaga pengajar dari tamatan strata dua (S2) dan strata (S3), 12 Dosen, dan 5 staf Sekretariat Administrasi. Untuk tenaga ini dimasukkan dalam formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada 2015 lalu. Pada tahun pertama, calon mahasiswa ISQ Rohul telah mengikuti matrikulasi Bahasa Arab dengan pengajar Dr Ghamdani dari Yaman. Itu dilakukan agar para mahasiswa sudah mengetahui dasar-dasar Bahasa Arab. “Dan selama matrikulasi gratis dilaksanakan tidak ada kapur saat perkuliahaan, semua serba digital,” ujar Musthafa.

Menurutnya, selama ini proses penerimaan mahasiswa diperketat. ISQ membutuhkan mahasiswa yang benar-benar serius mengembangkan ilmu Al-Qur’an. Karena institut yang dibangun di atas lahan 5 hektar milik Pemkab Rokan Hulu ini nantinya lebih mengedepankan kualitas ketimbang kuantitas. Meskipun mahasiswa yang terseleksi belum banyak, namun mereka diharapkan menjadi pakar di bidang Al-Qur’an dan Hadits. Selama proses perkualiahaan, para mahasiswa menggunakan 3 bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Arab dan Bahasa Inggris.

Dengan sistem dan fasilitas yang sangat memadai, Musthafa Umar optimis dan menargetkan kebaradaan kampus ISQ Syekh Ibrahim akan menjadi pusat kajian Ilmu Islam dan Al-Qur’an minimal di Asia Tenggara. Dia tidak memungkiri bahwa misi ini harus mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat dan pemerintah.

“ISQ Syekh Ibrahim mempunyai kekhasan dan keunggulan dari sisi program, sistem, dan fasilitas. Selain itu, kita juga mempunyai misi membumikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari penggalian ayat-ayat Al-Qur’an,” tegas Musthafa Umar. [Fathoni]

Kisah Sukses Seorang Ibu Bikin 4 Anaknya Hafal Qur’an

[caption id="attachment_2846" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi ibu dan anak sedang mengaji. Foto ilustrasi ibu dan anak sedang mengaji.[/caption]

Ada salah seorang pengajar tahfidz al-Qur'an di sebuah masjid bercerita. Suatu ketika datang kepada saya seorang bocah kecil yang hendak daftar ikut halaqah, halaqah menghafal Al-Qur'an. Kemudian saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu hafal sebagian dari Al-Qur’an?

Dia menjawab, “Ya.”

Saya menyuruhnya untuk membaca Surat al-Naba' ('Amma). Ia pun membacanya dengan baik dan lancar. Kemudian saya bertanya lagi, “Apakah kamu hafal Surat al-Mulk (Tabaarak)? Dia pun menganggukkan kepalanya.

Saya dibuatnya terheran dan kagum dengan hafalannya yang lancar dan fasih meskipun umurnya masih sangat muda.

Kemudian saya menyuruhnya untuk membaca Surat al-Nahl (juz 14). Ia pun membaca dengan lancar dan sempurna. Semakin bertambah kekaguman saya dengan anak kecil ini. Subhanallah. Maha suci Allah.

Saya pun ingin mengujinya dengan surat-surat panjang. Apakah kamu hafal Surat al-Baqarah (juz 1)? Ia pun dengan tenang menjawab, “Ya.”

Subahanallah wa Masya Allah, Tabarakallah! Sungguh saya terpana atas kekuatan hafalan dan kefasihannya. Sungguh menakjubkan! Saya pun meminta kepadanya untuk datang lagi besok hari bersama dengan orang tuannya.

“Seperti apakah bapak itu? Pikir saya. Terlintas dalam pikiran saya bahwa orang tuanya adalah orang yang berpenampilan rapi, berwibawa layaknya seorang syekh dan aura wajahnya tampak bersinar.

Ketika mereka datang, sungguh sangat mengherankan. Lamunanku sirna. Saya memandangnya dengan seksama dan tidak terlihat pada penampilannya yang menunjukkan bahwa orang ini berpegang teguh dengan sunnah Nabi.

Segera ia (bapaknya) menghampiri saya seraya berucap, “Saya tahu bahwa Anda heran dan kaget jika saya adalah bapak dari anak ini!”

Lagi-lagi dia memutuskan lamunan saya dan kebingungan saya atas keadaan ini. Belum hilang rasa ketakjuban saya, ia pun kemudian bercerita bahwa di belakang kesuksesan anak ini terdapat seorang perempuan.

“Saya ingin mengabarkan kepadamu bahwa di rumah kami ada tiga anak laki-laki kami. Semuanya hafal Al-Qur'an. Sementara anak perempuan kami yang masih berumur empat tahun sudah hafal juz 'Amma.”

Saya sangat kagum. Saya pun kemudian bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu?”

Kemudian dia bercerita. “Yang paling penting adalah apabila anak mulai bisa berbicara, saat itu pula diajarkan menghafal Al-Qur'an dan mendorongnya untuk itu dengan melakukan perlombaan: barangsiapa yang hafal terlebih dahulu maka ia berhak memilih menu makan malam saat itu; barangsiapa yang muraja'ah (mengulang hafalannya) terlebih dahulu dengan baik maka ia berhak memilih tempat yang akan dikunjungi pada saat libur mingguan; dan barangsiapa yang khatam Al-Qur'an terlebih dahulu maka ia berhak memilih tempat rekreasi dan refreshing yang akan dikunjungi pada saat liburan panjang."

Dengan demikian, terciptalah sebuah persaingan di antara anak-anak kami, baik dalam hal muraja'ah maupun menghafal. Itulah kehebatan seorang perempuan yang shalehah, yang mana apabila ia baik maka akan baik seisi rumah. Itulah sosok ibu.

Ada hikmah penting dari kisah ini. Perempuan dengan segala kelebihan dan kelemahannya, ia merupakan kunci kesuksesan bagi anak-anaknya. Perempuan yang baik akan melahirkan generasi yang baik, begitu pula sebaliknya.

Perempuan dengan tetesan air matanya saat berdoa, dapat menyibak langit, membuka satir (penghalang) antara dia dengan Tuhannya. Maka tidak heran ketika Rasulallah menyuruh kita untuk selalu berbakti kepada perempuan yang melahirkan kita.

Perempuan dengan segala kelemahannya adalah seorang pendidik sejati, walau tidak bergelar strata pendidikan tertentu. Karena dengan sentuhan tangannya yang lembut, ia dapat menciptakan manusia yang unggul dan dengan kearifan bahasa dan tutur katanya yang santun. Ia juga dapat membangkitkan semangat jiwa anak-anaknya. Pesan-pesannya selalu terpatri dalam relung jiwa anak-anaknya.

Bagi perempuan yang shalehah, kesuksesan anaknya, tak membuatnya congkak dan sombong. Ia hanya menebarkan senyum dan air mata haru. Kepedihan rasa sedih yang ia rasakan karena anaknya, tidak membuatnya lemah dan terpuruk dalam kehinaan. Ia selalu menundukkan kepala, bersujud menengadah kepada Tuhannya. Untaian doanya tidak pernah putus, untaian kasih sayangnya tidak pernah habis dan bertepi.

Sumber: www.nu.or.id

Sunday, October 30, 2016

Ini Daftar 10 Besar Pospenas, Banten Juara I

[caption id="attachment_2842" align="aligncenter" width="640"]Foto: Kementerian Agama Foto: Kementerian Agama[/caption]

SERANG, PENDIDIKANISLAM.ID - Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren tingkat Nasional (Pospenas) ke-7 tahun 2016 telah berakhir. Provinsi Banten sukses menjadi juara umum even tiga tahunan yang menjadi ajang silaturahim dan perlombaan cabang olahraga dan seni kaum santri pondok pesantren.

Sebagai juara umum, santri pesantren dari Provinsi Banten berhasil meraih 42 Medali, terdiri dari 19 medali emas, 9 perak, dan 14 perunggu. Kontingen Jawa Barat menjadi terbaik kedua dengan total medali yang sama, yaitu 42 medali, dengan komposisi berbeda. Para santri dari pesantren Provinsi Jawa Barat meraih 13 emas, 18 perak, dan 11 perunggu. Berada pada urutan ketiga, kontingen dari provinsi Jawa Timur dengan 11 medali emas, 11 perak, dan 10 perunggu (32 medali).

Secara berturut-turut, kontingan berikutnya yang masuk dalam 10 (sepuluh) besar adalah Jawa Tengah (9 emas, 8 perak, 5 perunggu), Bali (9 emas, 3 perak, 9 perunggu), DI Yogyakarta (7 emas, 8 perak, 12 perunggu), DKI Jakarta (4 emas dan 1 perak), Sumatera Utara (3 emas, 8 perak, 8 perunggu), Riau (3 emas, 7 perak, 5 perunggu), dan Kalimantan Timur (3 emas, 2 perak, 1 perunggu).

Pospenas VII ini diikuti oleh 2.826 santri pondok pesantren, terdiri dari 1.654 (58.5 persen) santri laki-laki dan 1.172 (41.47 persen) santri perempuan. Dari jumlah itu, sebanyak 1.905 santri mengikuti cabang olah raga, sedang 921 santri mengikuti pertandingan bidang seni.

"Ada 11 cabang olah raga dan 14 cabang seni yang dipertandingkan pada Pospenas VII ini dan Provinsi Banten berhasil menjadi juara umum," tegas Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin disambut tepuk tangan para hadirin.

Cabang-cabang olahraga yang dilombakan meliputi: [1] atletik, [2] bola basket, [3] bola volley, [4] bulu tangkis, [5] pencak silat, [6] futsal, [7] tenis meja, [8] sepak takraw, [9] senam santri, [10] hadang, dan 11 panahan (eksebisi).

Sementara cabang seni yang dilombakan meliputi: [1] seni musik Islami, [2] seni kaligrafi, [3] pidato bahasa Indonesia, [4] pidato bahasa Inggris, [5] pidato bahasa Arab, [6] fotografi islami, [7] seni lukis Islami, [8] seni kriya, [9] seni hadroh, [10] seni video cerita pendek, [11] seni teater, [12] seni baca cipta puisi, [13] stand up comedy Islami, dan [14] seni fashion Islami.

Even Pospenas menjadi puncak dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Tahun 2016 yang digelar oleh Kementerian Agama. Sebelumnya Kemenag RI melaunching Pencanangan Budaya Nasional Menulis Mushaf Al-Quran yang diikuti oleh 40.128 santri pondok pesantren dan dilakukan serentak di seluruh Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi di Indonesia.

Kegiatan ini menghasilkan tulisan Mushaf Al Quran yang disebut dengan MUSHAF SANTRI dan diserahkan kepada Presiden Jokowi saat membuka Pospenas, 22 Oktober lalu.

Sumber: Portal Kementerian Agama

Friday, October 28, 2016

Para Guru, Inilah 7 Kunci Mencerdaskan Murid

[caption id="attachment_2839" align="aligncenter" width="640"]Ilustrasi proses belajar mengajar di kelas. Ilustrasi proses belajar mengajar di kelas.[/caption]

MOJOKERTO, PENDIDIKANISLAM.ID – Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto, Jawa Timur Dr. KH Asep Saifuddin Abdul Chalim menyebutkan sejumlah tips agar murid-murid sukses dalam menyerap ilmu pengetahuan.

Menurut Kiai Asep, kunci pertama adalah al-jiddu wal muwazhabah atau berkesungguhan dan ajeg dalam berkesungguhan. Berkesungguhan dan terus berkesungguhan.

Misalnya tidak benar apabila murid tidak diberi pekerjaan rumah (PR). Tetapi PR harus merangsang bersangkutan untuk kelanjutan proses belajar, tidak berhenti saat di sekolah saja.

"PR itu harus dimulai dari yang mudah, kemudian yang setengah sulit, baru agak sulit. Tetapi yang mudah itu bisa menggiring pada yang setengah sulit," jelasnya, Kamis (27/10) di Mojokerto.

Kedua, taqlilul ghidza atau menyedikitkan makan. Murid harus dibiasakan jangan banyak makan atau makan tidak boleh sampai kekenyangan. Sebab menurut ilmu kedokteran, kenyang itu datang 10 menit setelah makan. "Sementara kenyang itu menghilangkan kecerdasan," tambahnya.

Ketiga, mudawamatul wudlu' yakni murid itu harus selalu mempunyai wudhu dan gurunya pun harus punya wudhu.

Keempat, tarkul ma'aashi, atau tidak boleh bermaksiat. "Di dalam Al-Quran disebutkan ‘dosa itu membebani dirimu’. Ketika seorang murid membawa pelajaran dari gurunya, membawa beban dipundaknya, secerdas apapun tidak akan mengerti dengan pelajaran yang dipelajarinya.”

Kelima, qira'atul Qurani nazhran, atau membaca Al Quran dengan dilihat Al-Qurannya. "Ketika kita membaca Al-Quran dengan melihat huruf-hurufnya, kita akan dipaksa untuk berkonsentrasi. Berkonsentrasi itu latihan kecerdasan."

Keenam, melaksanakan shalat malam. Dengan shalat malam sebagai kendaraan untuk keberhasilan cita-cita.

Ketujuh, tidak boleh jajan di luar, di pasar. Dalam salah satu kitab kuning ada penjelasan bahwa makanan di luar lebih mendekati kepada ketidaksucian.

Jajan di luar itu di tempat terbuka, banyak orang yang melihatnya, lalu memiliki keinginan untuk memiliki atau menikmatinya. Namun tidak bisa membeli karena tidak punya uang. Kalau makanan terkondisikan seperti itu, hilang barakahnya.

“Akhirnya akan mengantuk dalam mengikuti pelajaran. Ketika kantuk dalam mengikuti pelajaran, murid tidak mungkin akan mengerti," tegas kiai yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.

Sumber: www.nu.or.id 

Thursday, October 27, 2016

Delegasi Non Muslim dari Timor Leste Ingin Menerapkan Sistem Pesantren

delegasi-timor-lleste-di-an-nahdlahDepok, PendidikanIslam.id - Delegasi dari Timor Leste Coalition for Education (TLCE) mengadakan studi banding ke pesantren An Nahdhah, salah satu pesantren yang beralamat di Kelurahan Pondok Petir Kecamatan Bojongsari, Kota  Depok, Rabu (26/10). Meskipun non-Muslim, mereka tertarik dengan sistem pesantren dan ingin menerapkannya di Timor Leste. Apa yang menurut mereka menarik dari pesantren?

Kunjungan delegasi Timor Leste ke Indonesia ini sebenarnya terkait kebijakan pendidikan secara umum di Indonesia dan juga implementasinya. Mereka datang di Indonesia difasilitasi oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang dipimpin oleh Abdullah Ubaid.

Salah satu kegiatan yang dilakukan di Indonesia adalah berkunjung ke sekolah. Mereka ingin belajar di sekolah Indonesia yang menerapkan sistem belajar 24 jam. Kemudian mereka mememfokuskan perhatian pada model sekolah terpadu seperti pesantren. Siswa bisa belajar, bermain, bersosialisasi dengan masyarakat, dan juga melakukan beberapa kegiatan ilmiah.

Presiden TLCE Augusto Pires mengatakan, pendidikan di pesantren itu sudah terpadu dan patut ditiru. Dalam pesantren, tersedia semua jenjang pendidikan, mulai dari dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.

“Tempat tinggal dan ketersediaan gizi juga sudah terprogram dengan baik dengan model asrama. Model pendidikan yang terintegrasi seperti ini perlu diterapkan di Timor Leste. Di sana hanya ada satu pesantren,”katanya.

Abdullah Masud, kepala Madrasah Aliyah An-Nahdhah, menyambut baik kunjungan pegiat pendidikan dari Timor Leste ini. Mas'ud bercerita, para pendiri pesantren dan sekolah ini sama seperti aktivis TLCE. Para pendirinya adalah para aktivis lembaga swadaya masyarakat, yang juga fokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan.

An-Nahdhah menampung siswa dari berbagai daerah Indonesia, tidak dari Jakarta atau pulau Jawa saja.

Dalam kesempatan itu pihak An-Nahdhah bahkan menyanggupi untu memberikan kesempatan beasiswa kepada siswa dari Timor Leste yang mau bersekolah di pesantren an-Nahdhah.

"Kalau ada anak Timor Leste yang mau sekolah di sini, kami akan terima dengan senang hari dan juga akan kami berikan beasiswa sampai lulus sekolah," kata Mas'ud. [Anam]

Ini Daftar Madrasah Peserta Kompetisi Robotik 2016

[caption id="attachment_2828" align="aligncenter" width="625"]Ilustrasi: para juara Kompetisi Robotik Madrasah tahun 2015. Ilustrasi: para juara Kompetisi Robotik Madrasah tahun 2015 lalu.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Madrasah kembali menyelenggarakan Festival dan Kompetisi Robotik Madrasah. Lebih dari 200 tim mendaftar sejak dibukanya pendaftaran festival pada 17-24 Oktober.

Peserta terdiri dari 30 peserta Madrasah Ibtidaiyah, 30 peserta Madrasah Tsnawiyah dan 30 peserta Madrasah Aliyah. Setiap madrasah mengutus 2 peserta.

Festival kedua ini akan digelar pada 30-31 Oktober 2016 di Mall of Indonesia Jakarta Utara. Direktur Pendidikan Madrasah, M. Nur Kholis Setiawan berharap semua peserta bisa bertanding dan berkompetisi secara sehat dan sportif. "Menang kalah suatu hal lumrah. Ajang robotik madrasah adalah piranti untuk mengapresiasi kreativitas siswa-siswi madrasah," katanya.

"Kompetisi ini adalah wujud kepedulian kita pada potensi-potensi robotika yang dimiliki siswa-siswi madrasah," kata Nur Kholis.

Bagi peraih juara I, II, dan III, Kementerian Agama telah menyiapkan hadiah berupa Sertifikat, Tropi, Kit Robotika (buatan Jerman) dan uang pembinaan. Khusus juara I tingkat MTs dan MA, mereka juga akan mendapatkan hadiah perjalanan ke Jerman.

Menurut Nur Kholis, hadiah tersebut rencananya akan diberikan langsung oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin pada malam pengumuman, 31 Oktober 2016.

Berikut ini daftar madrasah peserta Festival dan Kompetisi Robotik Madrasah 2016:

Tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI)
1. MI Anwarus Salam, Jabar;
2. MIN Malang;
3. MIN 2 Kota Tangsel;
4. MIN Demangan Madiun;
5. MIS Muhammadiyah Kalibening Dukun, Jateng;

6. MI As Salaamah, Tangsel;
7. MI Muhammadiyah Debong Wetan, Jateng;
8. MI Wahid Hasyim, Yogyakarta;
9. MI Al-Muminin, Kendari Sultra;
10. MI Asih Putra, Jabar;

11. MI Cokroaminoto 01 Badamita, Jateng;
12. MI Muhammadiyah Al Haq Palu;
13. MIS Internasional Techno Natura, Jabar;
14. MI Pembangunan UIN Jakarta; dan
15. MI YPPI 1945 Babat, Jatim.

Tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs)
1. MTsN Kediri II, Jatim;
2. MTs Surya Buana, Jatim;
3. MTsN 1 Tangerang, Banten;
4. MTsN 2 Tangerang, Banten;
5. MTs Maarif Munggung, Jatim;

6. MTsN Kota Pasuruan, Jatim;
7. MTsN 4 Jakarta Selatan;
8. MTsN 1 Kota Bandung;
9. MTs Zainul Hasan 1, Jatim;
10. MTsN Borobudur, Jateng;

11. MTsN 1 Yogyakarta;
12. MTsN 2 Bogor;
13. MTsN Tangerang Selatan;
14. MTsN 31 Jakarta Timur;
15. MTsN 1 Kotamobagu, Sulawesi Utara.

Tingkat Madrash Aliyah (MA)
1. MAN 3 Tangerang, Banten;
2. MAN 2 Probolinggo, Jatim;
3. MAN IC Aceh Timur;
4. MAN 1 Samarinda,
5. MAN 2 Wates, Yogyakarta;

6. MAN IC Kota Batam;
7. MAN IC Padangpariaman;
8. MAN Luwuk, Sulawesi;
9. MAN IC Serpong;
10. MAN IC Tanah Laut, Kalsel;

11. MAN IC Jambi;
12. MAN IC Ogan Komering Ilir, Sumsel;
13. MAN 2 Model Medan;
14. MAN IC Kota Kendari; dan
15. MAN IC Gorontalo

Sumber: Portal Kementerian Agama

Wednesday, October 26, 2016

Setelah Hari Santri, What’s Next?

[caption id="attachment_2792" align="aligncenter" width="620"]Ilustasi: Para santri mengikuti upacara bendera 17 Agustus 2016 Ilustasi: Para santri mengikuti upacara bendera 17 Agustus 2016[/caption]

Berbicara santri adalah berbicara tentang pondok pesantren. Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional bukan semata-mata perayaan atau sekedar kebanggaan bahwa kaum santri telah berjasa besar dalam mendirikan negara ini. Selain pengakuan terhadap peran santri, negara juga perlu memberikan hak yang sepadan kepada pesantren sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan lembaga pendidikan umum. Mari kita lihat besaran anggaran negara untuk pesantren dan pendidikan Islam secara umum.

Pendidikan adalah sektor paling penting yang mendapatkan perhatian paling besar dari negara. Anggaran pendidikan nasional mencapai 20% atau sebesar Rp.419,173 triliun dari total APBN Tahun 2016 yang mencapai Rp. 2 ribu triliun lebih. 34,89 % dari anggaran pendidikan itu disalurkan melalui pemerintah pusat yang dibagi untuk Kementerian Pendidikan dan kebudayaan sebesar 11,74%, Kementerian Ristek dan Dikti 9,42%, dan Kementerian Agama 11,02%. Sisanya, 2,55% dibagi untuk sektor pendidikan di 17 kementerian negara/lembaga lainnya.

Kementerian Agama hanya mengelola 11,02% anggaran penddikan nasional atau setara Rp.46,84 triliun untuk pengelolaan pendidikan Islam di seluruh Indonesia. Itu pun termasuk untuk perguruan tinggi Islam. Sementara untuk pendidikan umum, ada alokasi dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan sebesar 11,74% untuk pendidikan dasar dan menengah, serta dari Kementerian Ristek dan Dikti 9,42% untuk perguruan tinggi umum.

Namun lebih penting dari itu, anggaran pendidikan nasional yang disalurkan melalui transfer daerah jumlahnya cukup fantastis hingga mencapai angka 63,9% dari total anggaran pendidikan nasional atau setara RP.267,887 triliun. Sangat tidak adil jika dana pendidikan di daerah sebesar itu hanya disalurkan untuk lembaga pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan kebudayaan yang sudah mendapatkan alokasi dari pusat. Sangat tidak adil jika dana pendidikan di daerah tidak boleh disalurkan untuk lembaga pendidikan Islam yang legal dan diakui oleh negara.

Sebenarnya setelah terbit UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian disusul keluarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sudah merupakan landasan hukum bagi pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya secara otonom khususnya dalam konteks peningkatan mutu pendidikan di daerah. Peningkatan mutu tersebut bisa diwujudkan dengan pengalokasian dana, infrastruktur (sarana/prasarana), tenaga pengajar serta akses pendidikan.

postur-anggaran-pendidikan-2016Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 itu sendiri telah mewajibkan Pemerintah daerah memberikan pendanan pendidikan untuk warganya (pasal 46 ayat 1 dan 2). Pada pasal 49 ayat 1 juga menyebutkan bahwa dana pendidikan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah daerah mengaloakasikan anggaran pendidikan, sedangkan pemerintah pusat selain anggaran juga berbertanggungjawab dalam menyiapkan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK).

Dalam semua produk undang undang dan regulasi apapun yang menyinggung soal pendidikan dan kompetensi akademis, lembaga pendidikan Islam selalu disebutkan secara eksplisit dan setara serta diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Lulusan lembaga pendidikan Islam berhak dan sah menduduki jabatan-jabatan publik, sama seperti lulusan lembaga pendidikan umum. Maka atas nama otonomi daerah pun tidak ada alasan bagi daerah untuk membeda-bedakan perlakukan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang sah dan diakui oleh negara.

Sebagian besar kepala daerah beranggapan bahwa pendidikan Islam merupakan ranah dari Kementerian Agama saja karena kementerian ini dianggap bukan bagian dari desentralisasi. Akibatnya, banyak madrasah di daerah-daerah yang terbengkalai bahkan roboh karena kurang perhatian dari kepala daerah. Bahkan robohnya madrasah itu terletak di dekat sekolah mewah yang dibangun wali kota atau bupati.

Undang-undang memang memberikan payung hukum bagi pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk pendidikan Islam, namun belum berkekuatan “memaksa”. Muljani, konsultan pada Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), mengatakan, salah satu yang mempunyai kekuatan menerobos kelemahan undang-undang adalah Instruksi Presiden (Inpres) tentang pendanaan pendidikan, terutama pendanaan wajib belajar 12 tahun, karena permasalahan alokasi anggaran terutama ada di jenjang pendidikan dasar dan menengah, bukan pada perguruan tinggi.

Karena sangat tergantung pada kemauan pemerintah daerah, biasanya pihak perguruan tinggi Islam juga lebih mudah melakukan pendekatan dan diplomasi. Ini bisa karena banyak faktor, termasuk nilai tawar akademis dan jenjang yang lebih tinggi dibanding lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah.

anggaran-pendidikan-melalui-transfer-daerahBupati Rokan Hulu Achmad mengatakan, langkah membangun pendidikan Islam bukan persoalan ada atau tidaknya payung hukum, tetapi pada persoalan komitmen dan keberanian seorang kepala daerah dalam mengambil kebijakan. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu adalah salah satu dari beberapa pemerintah daerah yang patut diberikan apresiasi terkait perhatiannya terhadap perkembangan pendidikan Islam.

Akhirul kalam, secara bertahap ketimpangan anggaran pendidikan harus diatasi. Masyarakat kita yang didukung dengan perkembangan media informasi semakin kritis dengan berbagai kebijakan pemerintah, terutama dalam soal anggaran. Berbagai pihak terkait secara sadar dan bertanggungjawab perlu duduk bersama untuk membicarakan persoalan ini daru hulu sampai hilir demi keberlangsungan pendidikan bagi generasi bangsa. [Red: Anam]

Madrasah Ini Kembangkan Keterampilan Bahasa Korea

manu

Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) 1 Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah merupakan madrasah yang diajarkan supaya peserta didik mempunyai pemahaman agama yang baik dan benar, berakhlakul karimah, serta mandiri dalam berbagai hal. Madrasah ini juga terus berupaya agar peserta didiknya mempunyai daya kreatif dan inovatif. Hal ini dibuktikan dengan adanya kursus bercocok tanam, menjahit, dan menyulam.

Madrasah yang didirikan tahun 2000-an ini memfasilitasi siswa untuk merambah dunia kerja dan dunia usaha di negara Malaysia dan Korea Selatan. Untuk menunjang program tersebut, MANU 1 Losari mengadakan mata pelajaran Bahasa Korea. Bahasa ini diajarkan oleh guru yang sudah berpengalaman hidup di Korea.

Selain itu, untuk menunjang program ini, madrasah juga memfasilitasi siswanya dengan menggandeng Perbankan untuk membiayai sekolah ini supaya siswa mudah mendapatkan kesempatan bekerja di Korea tanpa biaya yang memberatkan. MANU 1 Losari telah menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan di Malaysia untuk menampung peserta didik yang mau bekerja di perusahaan Malaysia tersebut.

Komitmen ajarkan Islam moderat

Secara geografis, madrasah ini terletak di Kecamatan Losari tepatnya di belakang Polsek Losari. Letak madrasah ini cukup representatif untuk belajar mengajar karena agak jauh dari pemukiman warga. Namun demikian, MANU 1 Losari tidak lepas dari berbagai aktivitas yang terjadi di masyarakat sekitarnya.

Seperti sekolah-sekolah di Kecamatan Losari pada umumnya, MANU 1 Losari terletak di daerah pesawahan. Tempat ini sejuk, aman, dan tidak mengganggu masyarakat di sekitarnya. Begitu pula sebaliknya, masyarakat tidak terganggu oleh kebisingan siswa sedang belajar. Tetapi, peserta didik diajarkan komitmen tentang Aswaja NU sehingga siswa selalu siap berbaur dengan masyarakat untuk merawat dan tradisi dan budaya lokal.

Kepala MANU 1 Losari, Drs M Zaini yang juga Pengurus Pondok Pesantren Al-Mumajjad Losari Brebes menuturkan, hidup berkarya aja reka-reka (tidak perlu neko-neko) yang artinya siswa harus berkarya tanpa mengusik orang lain. Tapi tetap ikut berperan aktif di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

“MANU 1 Losari ini juga terintegrasi dengan Pesantren Al-Mumajjad. Peserta didik diwajibkan untuk ikut mengaji di pesantren. Artinya, peserta didik juga termasuk santri,” ujar Kiai Zaini, sapaan akrabnya.

Integrasi madrasah dengan pesantren ini dilakukan agar nilai-nilai Aswaja NU yang diberikan di sekolah bisa menjadi lebih kaya dengan aktif mengaji di pesantren. Artinya, peserta didik tidak cukup hanya belajar di madrasah, tetapi juga harus diperkaya dengan pemahaman agama yang baik dan benar sesuai prinsip-prinsip Aswaja NU.

Hal ini diamini oleh salah satu guru MANU 1 Losari, Khaerun Yongki, SpdI. Dia berpendapat dengan program integrasi ini, madrasah akan mampu mendidik siswanya agar memahami Aswaja NU seperti yang di anjurkan oleh para pendiri NU. Hal ini juga menjadi bagian untuk menjaga NU. “Pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari dahulu telah mengatakan, bahwa ‘siapa yang mengurus dan menjaga NU, maka akan bertemu aku di akhirat sana’. Dengan adanya motivasi tersebut, peserta didik diharuskan mengetahui atau mendalami tentang Aswaja NU,” jelas Khaerun.

Sejarah singkat

Berangkat dari kegelisahan untuk merawat paham Aswaja NU di kalangan pelajar, para pengurus NU Losari bertujuan mendirikan Madrasah Aliyah, karena Madrasah Tsanawiyah sudah ada. Di awal pengesahannya menjadi madrasah, MANU 1 Losari masih menginduk di sekolah lain. Hal ini sempat menjadi keprihatinan warga NU di Losari sehingga mereka berduyun-duyun membantu pendanaan untuk membangun gedung secara mandiri.

Para pengurus NU di tingkat ranting yang telah mempunyai komitmen menjaga Aswaja NU di kalangan pelajar, mengadakan penggalangan dana. Sehingga satu-satunya MA NU di Brebes bagian barat ini berdiri di atas tanah warga NU yang diwakafkan untuk pendirian madrasah.

Setelah beberapa tahun sejak pendiriannya, madrasah NU kebanggaan warga Losari ini dikunjungi oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj pada tahun 2010 di awal kepengurusannya sebagai Ketua Umum. Kang Said, sapaan akrabnya, memberikan taushiyah kepada warga NU yang berduyun-duyun datang dari berbagai penjuru. Acara yang diprakarsai oleh MWCNU dan MANU 1 Losari ini berhasil menyedot warga untuk tahu lebih jauh tentang keberadaan MANU.

Sumber: Buku Kekhasan Pendidikan Islam, Penerbit: Ditjen Pendis, 2015.

Monday, October 24, 2016

Puluhan Ribu Santri Terima Manfaat Kartu Indonesia Pintar

[caption id="attachment_2819" align="aligncenter" width="590"]Foto ilustrasi santri. Foto ilustrasi santri.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama, H Mohsen mengatakan bahwa sebanyak 55.689 santri sudah menerima penyaluran dana manfaat Program Indonesia Pintar (PIP).

Menurutnya, angka ini adalah yang sudah tercatat sampai dengan pertengahan Oktober 2016 dan jumlahnya akan terus meningkat bersamaan dengan progres pencairan anggaran.

Tahun ini, Kementerian Agama telah mengalokasikan anggaran manfaat Program Indonesia Pintar (PIP) untuk santri pondok pesantren sebesar Rp. 159.921.500.000,-. Anggaran ini diperuntukan bagi 190.000 santri yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Anggaran manfaat PIP yang sudah disalurkan berjumlah Rp. 42.496.500.000,- dan akan terus meningkat bersamaan dengan progres pencairan anggaran,” terang Mohsen seperti diberitakan Antara mengutip keterangan tertulis Kementerian Agama, Sabtu (22/10).

Mantan Kakanwil Sulawesi Tengah ini menambahkan bahwa saat ini pihaknya terus memperbarui informasi penyaluran anggaran manfaat PIP untuk santri Pondok Pesantren karena sebagian anggaran berada di Kanwil Kemenag Provinsi dan Kantor Kemenag Kabupaten/Kota.

Menurut Mohsen, penerima manfaat PIP ini adalah para santri pondok pesantren yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut: [1] Santri pada pondok pesantren; [2] tidak sedang mengikuti layanan pendidikan formal, seperti sekolah (SD/SMP/SMA/SMK) dan madrasah (MI/MTs/MA); [3] berasal dari keluarga miskin.

“Persyaratan untuk membuktikan ketiga kriteria itu didukung dengan sejumlah data dan bukti-bukti otentik, seperti Nomor Kartu Keluarga, Nomor KTP, penghasilan orang tua dan data-data keluarga lainnya serta surat keterangan miskin, untuk menghindari penyalahgunaan anggaran negara,” ujarnya.

42.593 Kartu Indonesia Pintar

Seiring dengan penyaluran manfaat PIP, Kementerian Agama juga terus memproses pencetakan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Sebanyak 727 KIP sudah tercetak dan secara simbolis akan diserahkan Sabtu ini kepada santri, bersamaan dengan peringatan Hari Santri dan gelaran Pekan Olah Raga dan Seni Pondok Pesantren Nasional (Pospenas) VII di Serang, Banten.

“Sebanyak 41.866 KIP diperkirakan akan selesai pada akhir Oktober 2016 untuk kemudian langsung didistribusikan ke para santri penerima,” jelasnya.

Mohsen mengakui bahwa proses penerbitan KIP ini sedikit terlambat. Pasalnya, KIP baru bisa diterbitkan setelah diverifikasi dengan Basis Data Terpadu yang dimiliki oleh Tim TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan).

Selain itu, proses pendataan juga terkendala karena santri pondok pesantren sebagian besar berjauhan dari tempat tinggal orang tua, bahkan sampai beda provinsi. Komunikasi antar santri dan orang tua terbatas, apalagi di sebagian besar pondok pesantren santri memang dilarang menggunakan handphone atau alat komunikasi.

Meski demikian, proses pencetakan KIP terus dilakukan hingga baik kartu maupun manfaatnya bisa disalurkan secara optimal dan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan data EMIS (Education Management Information System) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI tahun 2015/2016, di Indonesia terdapat 28.961 pondok pesantren. Sebanyak 15.057 (51.99%) disebut pesantren salafiyah (santri hanya mengaji saja). Sisanya, 13.904 (48.01%), merupakan pesantren yang selain pengajian, juga mengadakan pendidikan formal dan nonformal.

Adapun total santri pondok pesantren berjumlah 4.028.668 orang. Sebanyak 1.858.352 santri (46.13 %) mengikuti layanan pendidikan Madrasah (MI/MTs/MA), 1.343.230 santri (33.34 %), mengikuti layanan pendidikan Sekolah (SD/SMP/SMA/SMK).

Selain itu, 67.320 santri (1.67 %) mengikuti layanan perguruan tinggi. 82.046 santri (2.04 %) mengikuti layanan Pendidikan Kesetaraan (Program Wajar Dikdas Salafiyah Ula/Wustha, Paket A/B/C). Dan, sebanyak 677.712 santri (16.82 %) hanya mengaji kitab saja.

Red: Fathoni Ahmad

Sunday, October 23, 2016

Ini Penjelasan Kemenag Terkait Terjemahan Al-Maidah Ayat 51

[caption id="attachment_2815" align="aligncenter" width="500"]Ilustrasi Al-Qur'an Ilustrasi Al-Qur'an[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID  - Pada beberapa edisi terbitan Terjemahan Al-Quran yang beredar saat ini, kata awliyâ pada QS Al Maidah: 51 diterjemahkan sebagai 'teman setia'. Pgs. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kemenag, Muchlis M Hanafi, menjelaskan bahwa terjemahan Al-Quran tersebut merujuk pada edisi revisi 2002 Terjemahan Al Quran Kementerian Agama yang telah mendapat tanda tashih dari LPMQ.

Hal ini ditegaskan Muchlis menanggapi beredarnya postingan di media sosial tentang terjemahan kata 'awliya' pada QS Al-Maidah: 51 yang disebutkan telah berganti dari 'pemimpin' menjadi 'teman setia'. Postingan itu menyertakan foto halaman terjemah QS Al-Maidah: 51 dengan keterangan yang menyebutnya sebagai 'Al-Quran palsu'.

"Tidak benar kabar yang menyatakan bahwa telah terjadi pengeditan terjemahan Al-Quran belakangan ini. Tuduhan bahwa pengeditan dilakukan atas instruksi Kementerian Agama juga tidak berdasar," tegas Muchlis di Jakarta, Minggu (23/10), dilansir Humas Kemenag RI melalui siaran pers.

Menurut Muchlis, kata awliyâ di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 42 kali dan diterjemahkan beragam sesuai konteksnya. Merujuk pada Terjemahan Al-Quran Kementerian Agama edisi revisi 1998 - 2002, pada QS. Ali Imran/3: 28, QS. Al-Nisa/4: 139 dan 144 serta QS. Al-Maidah/5: 57, misalnya, kata awliyâditerjemahkan dengan 'pemimpin'. Sedangkan pada QS. Al-Maidah/5: 51 dan QS. Al-Mumtahanah/60: 1 diartikan dengan 'teman setia'.

"Pada QS. Al-Taubah/9: 23 dimaknai dengan 'pelindung', dan pada QS. Al-Nisa/4: 89 diterjemahkan dengan'teman-teman'," tambahnya.

Terjemahan Al-Quran Kemenag, lanjut Muchlis, pertama kali terbit pada tahun 1965. Pada perkembangannya, terjemahan ini telah mengalami dua kali proses perbaikan dan penyempurnaan, yaitu pada tahun 1989-1990 dan 1998-2002. Proses perbaikan dan penyempurnaan itu dilakukan oleh para ulama dan ahli di bidangnya, sementara Kementerian Agama bertindak sebagai fasilitator.

"Penyempurnaan dan perbaikan tersebut meliputi aspek bahasa, konsistensi pilihan kata atau kalimat untuk lafal atau ayat tertentu, substansi yang berkenaan dengan makna dan kandungan ayat, dan aspek transliterasi," terangnya.

Pada terjemahan Kementerian Agama edisi perdana (tahun 1965), kata awliyâ pada QS. Ali Imran/3: 28 dan QS. Al-Nisa/4: 144 tidak diterjemahkan. Terjemahan QS. Al-Nisa/4: 144, misalnya, berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin".

"Pada kata wali diberi catatan kaki: wali jamaknya awliya, berarti teman yang akrab, juga berarti pelindung atau penolong. Catatan kaki untuk kata wali pada QS. Ali Imran/3: 28 berbunyi: wali jamaknya awliya, berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong," jelas Muchlis.

Terkait penyebutan 'Al-Quran palsu' pada informasi yang beredar di media sosial, Doktor Tafsir Al-Quran lulusan Universitas Al Azhar Mesir ini mengatakan, terjemahan Al-Quran bukanlah Al-Quran. Terjemahan adalah hasil pemahaman seorang penerjemah terhadap Al-Quran. Oleh karenanya, sebagian ulama berkeberatan dengan istilah "terjemahan Al-Quran". Mereka lebih senang menyebutnya dengan "terjemahan makna Al-Quran".

"Tentu tidak seluruh makna Al-Quran terangkut dalam karya terjemahan, sebab Al-Quran dikenal kaya kosa kata dan makna. Seringkali, ungkapan katanya singkat tapi maknanya padat. Oleh sebab itu, wajar terjadi perbedaan antara sebuah karya terjemahan dengan terjemahan lainnya," paparnya.

Terkait kata atau kalimat dalam Al-Quran yang menyedot perhatian masyarakat dan berpotensi menimbulkan perdebatan, Kemenag menyerahkan kepada para ulama Al-Quran untuk kembali membahas dan mendiskusikannya. Saat ini, sebuah tim yang terdiri dari para ulama Al-Quran dan ilmu-ilmu keislaman serta pakar bahasa Indonesia dari Badan Bahasa Kemendikbud, sedang bekerja menelaah terjemahan Al-Quran dari berbagai aspeknya.

Mereka itu, antara lain: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. Huzaimah T Yanggo, Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Dr. KH. A. Malik Madani, Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, Dr. Muchlis M Hanafi, Prof. Dr. Rosehan Anwar, Dr. Abdul Ghofur Maemun, Dr. Amir Faesal Fath, Dr. Abbas Mansur Tamam, Dr. Umi Husnul Khotimah, Dr. Abdul Ghaffar Ruskhan, Dr. Dora Amalia, Dr. Sriyanto dan lainnya.

"Teks Al-Quran, seperti kata Sayyiduna Ali, hammâlun dzû wujûh, mengandung aneka ragam penafsiran. Oleh karena itu, Kementerian Agama berharap umat Islam menghormati keragaman pemahaman keagamaan," urainya.

Menurut Muchlis, terbitan terjemah Al-Quran dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk memahami isi kandungan ayat suci. Namun, ia mengingatkan, dalam memahami ayat-ayat Al-Quran, hendaknya tidak hanya mengandalkan terjemahan, tetapi juga melalui penjelasan ulama dalam kitab-kitab tafsir dan lainnya.***

 




Download Siaran Pers Kementerian Agama No : S.297-01/B.VIII.3/HM.00/10/2016 Mengenai Terjemahan Awliyâ Sebagai 'Teman Setia' pada Al-Maidah ayat 51 di sini.




[su_document url="http://www.pendidikanislam.id/wp-content/uploads/2016/05/Pengumuman-Seleksi-Peserta-Seleksi-PBSB-2016.pdf" width="720" height="840"]

Saturday, October 22, 2016

Kemenag Akan Lebih Prioritaskan Pesantren Optimalkan Peran Santri

BERITA, PENDIDIKANISLAM.ID - Pemerintah

[caption id="attachment_2805" align="aligncenter" width="620"]Peringatan Hari Santri di Tugu Pahlawan Surabaya. Peringatan Hari Santri di Tugu Pahlawan Surabaya.[/caption]

telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan ini sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Hari Santri yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 15 Oktober 2015. Hari santri bahkan dideklarasikan langsung oleh Presiden di masjid Istiqlal pada 22 Oktober tahun lalu.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Setjen Kemenag Mastuki menegaskan bahwa penetapan Hari Santri merupakan wujud pengakuan pemerintah atas perjuangan dan kiprah kalangan ulama dan santri pondok pesantren baik dalam konteks merebut kemerdekaan, mempertahankan, maupun mengisi pembangunan republik ini.

Menurut Mastuki, penetapan Hari Santri mencerminkan hubungan antara negara dan umat Islam, khususnya kalangan pesantren, yang semakin baik dan saling menguntungkan. Pesantren dipahami sebagai komunitas masyarakat yang sangat produktif dalam membangun bangsa di satu sisi, demikian juga pada sisi yang lain pemerintah harus merapatkan barisan untuk dapat memberikan perhatian konkret kepada dunia pondok pesantren.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kementerian Agama telah melakukan sejumlah kebijakan penguatan kesetaraan kepada pondok pesantren, baik pada aspek regulasi, program, maupun anggaran. Kesetaraan regulasi memberikan payung hukum dan legalitas formalitas atas layanan dengan tanpa mengurangi substansi atau kualitas pesantren.

Terbitnya Peraturan Menteri Agama (PMA) No 71 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Ma’had Aly menjadi salah satu contohnya. Melalui kebijakan ini, peran Ma’had Aly sebagai wadah mencetak kader-kader ahli di bidang ilmu agama ( _mutafaqqih fiddin_ ) diharapkan akan semakin optimal. Dengan demikian, tradisi keilmuan pesantren yang sudah berlangsung berabad terus terlembagakan sekaligus mampu merespon gejala sosial.

Kesetaraan program mengharuskan adanya keberpihakan kebijakan dan program penguatan pesantren yang dilakukan negara. Sementara kesetaraan anggaran menjamin ketersediaan pembiayaan yang maksimal sehingga benar-benar diperlakukan secara adil antara institusi pesantren dengan institusi pendidikan lainnya.

Untuk memperluas akses pendidikan para santri misalnya, Kementerian Agama telah membuka Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Tidak kurang dari 5000 santri telah menikmati kuliah di berbagai perguruan tinggi favorit di Indonesia dalam bebagai program studi. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi dokter, insinyur, dosen, dan profesi lainnya. Banyak juga di antara mereka yang berhasil meraih akses untuk belajar di berbagai perguruan tinggi ternama di dunia, baik di Jerman, Korea, Jepang, Timur Tengah, dan lainnya.

Walhasil, seiring peringatan Hari Santri, Kementerian Agama akan meneguhkan komitmennya untuk terus memberikan perhatian dan memberdayakan santri dan pondok pesantren. Apalagi, santri selalu berdiri pada garda terdepan dalam komitmen integritas keislaman dan keindonesiaan.

“Militansi keagamaan (keislaman) dan kebangsaan (Indonesia) berpadu menjadi satu, tidak terpisahkan. Itulah jiwa dari seorang santri,” tegas Mastuki.

Melalui Hari Santri, lanjut Mastuki, saatnya kembali menegaskan bahwa NKRI dan Pancasila merupakan harga mati. Gerakan keagamaan yang mencerabut identitas dan sendi-sendi NKRI merupakan gerakan yang patut bersama-sama dihadapi.

“Mari perjuangkan Islam dan Indonesia sebagai satu kesatuan yang padu. Memperjuangkan keislaman tanpa mengorbankan keindonesiaan. Memperjuangkan keindonesiaan dengan tanpa melupakan keislaman. Islam-Indonesia adalah Islam kita, Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur keindonesiaan dan menegakkan jati diri bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandasnya.

Mengutip KH Saifuddin Zuhri (mantan Menteri Agama), Mastuki mengatakan bahwa para santri adalah anak-anak rakyat sehingga mereka amat faham tentang arti kata rakyat. Faham benar tentang kebudayaan rakyat, tentang keseniannya, agamanya, jalan pikirannya, cara hidupnya, semangat, dan cita-citanya, suka-dukanya, tentang nasibnya, dan segala liku-liku hidup rakyat. Sebagai anak-anak dari rakyat, maka para santri lahir dari sana, demikian mereka hidup dan lalu mati pun di sana pula. (Khay)

 

Pesantren Sidogiri, Sukses dalam Pengembangan Ekonomi

pesantren-sidogiriBerbicara pesantren yang sukses dalam pengembangan ekonomi, kita langsung mengarah pada pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur. Pesantren tersebut terkenal dengan Baitul Mal wa Tamwil (MBT) UGT-nya yang hingga kini terus melebarkan sayapnya ke berbagai wilayah di seluruh penjuru Indonesia.

Pesantren ini kini menjadi rujukan tempat belajar ekonomi pesantren lain dan terutama dalam hal pengembangan ekonomi syariah. Tidak hanya kalangan pesantren, Sidogiri juga menjadi jujukan para mahasiswa, dosen, dan peneliti yang ingin tahu lebih dalam kiat kesuksesan mereka.

Karena banyaknya pihak yang ingin belajar ekonomi syariah ini, akhirnya dibentuklah Shariah Business Centre (SBC) Sidogiri, yang merupakan Lembaga Diklat Profesi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (LDP KJK) yang  bergerak di bidang pelatihan untuk penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal di bidang koperasi syariah. Selain memberikan layanan pelatihan, SBC Sidogiri juga menyediakan jasa konsultan dan pendampingan UKM dengan pola atau sistem syariah

Tentu saja kesuksesan yang kini diraih itu tidak datang dengan tiba-tiba. Banyak aral melintang dan hambatan yang harus dilaluinya. Tetapi berbagai kesulitan itu tidak membuat para para pengagas BMT Syariah di Sidogiri patah semangat, melainkan dijadikan sebagai penghela semangat untuk terus belajar. Kini mereka telah memetik hasil dari proses belajar yang sulit dan secara hati-hati terus mengembangkan usahanya. Koperasi Syariah Sidogiri telah memiliki anggota 8.871 orang, 256 Cabang, di 10 Propinsi, jumlah simpanan 165 Milyar, aset 1,2 Triliun, dengan omset 13.6 Triliun rupiah

Bagaimana awal mulanya pengembangan ekonomi syariah ini berkembang? Seperti pesantran-pesantren lainnya, kajian kitab kuning merupakan “makanan” sehari-hari. Dalam bab muamalah, pembahasan tentang riba secara gamblang dibahas. Pengasuh pesantren Sidogiri KH Nawawi Thoyib merasa tak bisa lepas tangan dengan kondisi masyarakat di sekitarnya yang dicekik oleh renternir, sementara mereka hanya berdiam diri dan mengharamkan saja tanpa mampu berbuat sesuatu. Dengan tekad bulat, pada 1993 ia mulai membantu masyarakat mengganti pinjaman dari renternir dengan pinjaman tanpa bunga.

Teladan yang diberikan oleh pengasuh pesantren tersebut memberi inspirasi para ustadz muda waktu itu seperti Ust H. Mahmud Ali Zain, yang kini menjadi tokoh penting dalam koperasi syariah Sidogiri. Mereka berusaha belajar dan mencari jejaring yang terkait dengan pengembangan ekonomi syariah. Pada tahun 1990, Konsep simpan pinjam berbasis syariah masih langka, tetapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk mencari ilmu. Upayanya tak sia-sia, salah satunya mereka mendapatkan akses mengirimkan 10 orang untuk mengikuti pelatihan BMT dari sebuah Bank Syariah yang mulai diizinkan beroperasi di Indonesia.

Dari situlah kemudian dilanjutkan dengan pendirian Koperasi BMT yang diberi nama Baitul Mal wat-Tamwil Maslahah Mursalah lil Ummah dengan anggota para guru MMU (Madrasah Miftahul Ulum) Pondok Pesantren Sidogiri. Koperasi ini secara resmi didirikan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 1418 H (ditepatkan dengan tanggal lahir Rasulullah SAW) atau 17 Juli 1997 di kecamatan Wonorejo Pasuruan.

Setelah bermusyawarah dan mensosialisasikan cita-cita mulia ini, terdapat 148 orang yang bersedia menjadi anggota dan berhasil dikumpulkan modal sebanyak 13.5 juta rupiah. Koperasi itu mulai usahanya dengan menyewa kantor seluas 16 meter persegi. Dari tempat kecil inilah, para pelopor ekonomi syariah dari Sidogiri mulai berupaya ilmu yang diperoleh dari pesantren dan pelatihan.

Pelan tapi pasti, dengan mengedepankan sikap profesional, memisahkan antara manajemen pesantren dan manajemen ekonomi, koperasi tersebut berkembang dengan baik. Hal ini membuat komunitas Sidogiri yang lebih luas, khususnya para guru dan alumni menginginkan pendirian koperasi dalam skup yang lebih luas. Maka pada tanggal 05 Rabiul Awal 1421 H (juga bertepatan dengan bulan lahirnya Rasulullah SAW) atau 22 Juni 2000 M diresmikan dan dibuka satu unit Koperasi BMT UGT Sidogiri di Jalan Asem Mulyo 48 C Surabaya. Seperti pendahulunya, BMT ini berjalan dengan baik. Dengan target pasar yang memang luas, BMT UGT Sidogiri mampu melayani konsumen dalam jangkauan yang luas dan kini menjadi perbincangan nasional.

Kini Sidogiri bukan lagi sekadar pesantren yang mengajarkan kitab kuning, melainkan telah menjadi Lembaga Ekonomi dan Sosial dibawah payung Sidogiri Network Forum (SNF) dengan serangkaian usaha yang meliputi (1) koperasi pesantren, (2) BMT Maslahah, (3), BMT UGT Usaha Gabungan Terpadu (4) BPR Syariah Ummu (jasa Keuangan), (5) koperasi Agro, (6) SBC Sidogiri (Diklat Profesi Jasa Keuangan Syariah), (7) LAZ Sidogiri (Lembaga Amil Zakat), (8) L-KAF Sidogiri (Lembaga Wakaf), (9) IASS Sidogiri (Ikatan Alumni Santri), (10) majalah Buletin Sidogiri, dan (11) Penerbitan Pustaka Sidogiri.

Seiring dengan semakin bertambahnya kepercayaan masyarakat, luasnya jaringan alumni, bertambahnya akses modal dan pengalaman. Tak diragukan lagi, upaya dakwah ekonomi yang secara langsung menyentuh lapisan akar rumput akan terus berkembang. Dakwah tak sekedar bil lisan, tetapi juga bil hal atau dengan aksi nyata. Model seperti inilah yang akan memberikan hasil yang dahsyat.

Upaya pengembangan ekonomi berbasis pesantren yang kini gencar dilakukan, baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah melalui Kemenag, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lembaga pemerintah lainnya mendapat partner yang baik yang bisa mendampingi pesantren lain yang ingin belajar ekonomi syariah. Sidogiri paham betul tradisi pesantren dan tahu apa yang harus dilakukan agar kegiatan ekonomi pesantren ini bisa tumbuh. [Sumber: Mukafi/NU Online]

Friday, October 21, 2016

Apa Itu Hari Santri? Mengapa Diperingati 22 Oktober?

[caption id="attachment_2792" align="aligncenter" width="620"]Ilustasi: Para santri mengikuti upacara bendera 17 Agustus 2016 Ilustasi: Para santri mengikuti upacara bendera 17 Agustus 2016[/caption]

Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan yang dilakukan di Masjid Istiqlal Jakarta, pada hari Kamis tanggal 22 Oktober tahun 2015 lalu. Apa itu hari santri dan kenapa diperingati pada tanggal 22 Oktober?

Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Sekutu ini maksudnya adalah Inggis sebagai pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang. Di belakang tentaran Inggris, ada pasukan Belanda yang ikut membonceng.

Maka keluarlah seruan itu. Seruan yang dikenal dengan “Resolusi Jihad” itu memicu perlawanan umat Islam di sejumlah daerah, terutama di Surabaya pada 10 November 1945.

Menurut Presiden Jokowi, penetapan hari santri dimaksudkan untuk meneladani semangat jihad keindonesiaan yang digelorakan para ulama.

“Para santri selalu ingat untuk berjihad untuk bangsa, untuk Tanah Air dan tumpah darah Indonesia kita tercinta. Untuk itu, dengan seluruh pertimbangan, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional,” kata Presiden Jokowi di Masjid Istiqlal Jakarta, kala itu.

Ada beberapa ulama masyhur lainnya yang membantu penguatan resonansi Resolusi Jihad. Mereka antara lain KH A Wahab Chasbullah (Jombang) yang pada tahun lalu juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Lalu ada juga KH Bisri Syamsuri (Jombang), KH M Dahlan (Surabaya), KH Tohir Bakri (Surabaya), KH Ridwan Abdullah, KH Sahal Mansur, KH Abdul Djalil (Kudus), KH M Ilyas (Pekalongan) KH Abdul Halim Siddiq (Jember), dan KH Saifudin Zuhri (Jakarta).

Bersama para ulama tersebut, KH Hasyim Asy’ari terus memperkuat fatwa Resolusi Jihad dan menggerakkan kaum santri dari berbagai daerah termasuk dari Cirebon Jawa Barat untuk berjuang ke Surabaya melalui barisan paramiliter Hizbullah, Sabilillah dan Mujahidin.

Menurut Presiden, kesejarahan santri dalam menjaga NKRI menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri.

Selain KH Hasyim Asy’ari yang juga dikenal dengan sebutan “Sang Kiai” atau Hadratus Syaikh, Presiden juga tidak lupa mengapresiasi sejumlah ulama yang memiliki peran penting dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), A Hassan (Persis), Ahmad Syurkati (Al-Irsyad) dan Mas Abdul Rahman (Mathla’ul Anwar).

Point penting catatan singkat ini adalah bahwa penetapan Hari Santri Nasional merupakan pengakuan resmi pemerintah Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI. Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak menyebut peran ulama dan kaum santri. [Red: Anam]

Thursday, October 20, 2016

Keberhasilan MAN Insan Cendekia Mengadopsi Keungulan Pesantren

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia adalah lembaga pendidikan yang sejak awal telah mengambil keunggulan-keunggulan yang ada di pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Penanaman akhlaq dan nilai-nilai keislaman terintegrasi dalam proses pembelajaran.

Demikian disampaikan Joko Miranto, guru senior yang pernah menjadi kepala sekolah MAN Insan Cendekia di Gorontalo, kepada pendidikanislam.id beberapa waktu lalu.

Lalu, apa yang membedakan MAN Insan Cendekia dengan pesantren? Menurut Joko, di MAN Insan Cendekia, aspek akademik diperketat. Para gurunya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Lalu tradisi juara juga ditanamkan kepada siswa. Semua tidak berjalan begitu saja. Berbagai proses dan strategi dilakukan untuk mewujudkan semua tujuan.

[caption id="attachment_2786" align="aligncenter" width="620"]Pagi-pagi selepas shalat subuh, seorang siswa MAN Insan Cendekia Gorontalo sedang duduk santai sendiri di depan ruang administrasi sambil membaca Al-Quran Gambar: Pagi-pagi selepas shalat subuh, seorang siswa MAN Insan Cendekia Gorontalo sedang duduk santai sendiri di depan ruang administrasi sambil membaca Al-Quran[/caption]

Pada saat pertama didirikan tahun 1990-an, Insan Cendekia masih berada di bawah naungan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

“Saya belum seperti apa model pendidikannya. Namun yang pasti waktu itu sekolah ini akan merekrut anak pesantren supaya dapat pengetahuan sekolah umum,” kata Joko.

Semangat awal Insan Cendekia waktu itu adalah menampung anak-anak yang potensial dari pesantren. Menurut Joko, jumlah siswa  yang belajar di pesantren sangat besar, berkisar 60-70 persen dari total jumlah siswa yang belajar di seluruh Indonesia. Hampir semua pesantren merupakan inisiatif dari masyarakat dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Sementara di sisi lain, pesantren diakui mempunyai banyak keunggulan.”Justru pendidikan yang terbaik adalah pesantren. Insan Cendekia sebenarnya meniru modelnya pesantren, bukan bikin sendiri. BPPT waktu itu secara khusus mempelajari kelebihan pesantren. Kemudian kelebihan itu digabungkan dengan   kelebihan yang ada di sekolah umum sehingga jadilah Insan Cendekia ini,” katanya.

Keunggulan pesantren adalah keberhasilannya menanamkan sikap dan prilaku. Itu terintegrasi dalam semua aspek pembelajaran, dari mulai bangun pagi, sampai tidur kembali. Penanaman akhlak dan nilai-nilai kegamaan diajarkan secara praktis ketika berada di lingkungan pesantren. Para siswa juga tinggal di asrama sehingga fokus kepada pendidikan.

“Tapi pesantren memang kan fokusnya di situ. Untuk akademiknya memang perlu ditingkatkan. Saya juga paham karena di pesantren SDM-nya terbatas. Misal guru yang mengajar matematika asalnya bukan orang matematik. Tapi secara umum sampai sekarang yang terbaik itu sistem pesantren,” katanya.

Menurut Joko, MAN Insan Cendekia ini mengambil keunggulan pesantren itu dengan menutup kekurangannya. [Anam]

 

UIN Walisongo Pioner Fasilitator Perdamaian di Asia

uin-walisongo-di-aiua
Malaysia, PendidikanIslam.ID  - Baru-baru ini, di Ipoh, Perak-Malaysia digelar pertemuan ke-4 Asian Islamic Universities Association (AIUA). Pertemuan kali ini dalam rangka melihat fenomena peningkatan perilaku radikal dan intoleran dalam kehidupan masyarakat. Seharusnya, perbedaan agama, etnik, kultur dan kepentingan politik dirayakan sebagai berkah dari Tuhan namun justru sebaliknya, kerap menjadi sumber kekisruhan yang mengarah pada konflik. Inilah salah satu ide adanya AIUA dengan portal http://www.aiua.asia ini.


Mewakili dari Indonesia, tepatnya dari delegasi UIN Walisongo Semarang-Rektornya, Muhibbin, memimpin langsung dalam pertemuan ini. Menurutnya peran universitas Islam untuk merawat kemajemukan semakin mendesak dilakukan.


“Perguruan tinggi perlu melakukan berbagai upaya untuk menebarkan perilaku positif terhadap kemajemukan. Usaha ini bisa melalui riset, publikasi ilmiah, seminar dan pelatihan, terutama untuk generasi muda dan mahasiswa,” paparnya sebagaimana dilansir dalam laman suaramerdeka.com


Sementara itu Wakil Rektor I UIN Walisongo, Musahadi, dalam pleno yang membahas Work Plan 2017 Asosiasi Universitas Islam Asia, ia memberikan pemaparan mengenai pengalaman WMC (Walisongo Mediation Center) UIN Walisongo dalam kerja-kerja mendiseminasi perilaku positif terhadap kemajemukan masyarakat untuk mengembangkan harmoni dan perdamaian melalui kegiatan riset, penelitian, training dan pembelajaran serta praktek mediasi konflik.


“Jika dibutuhkan tentu saja kami bersedia untuk memfasilitasi training mediasi dan resolusi konflik secara rutin dan berkelanjutan bagi aggota asosiasi,” terang Musahadi.


Tawaran ini disambut baik dan memperoleh dukungan dari para anggota asosiasi. Sekretaris Jenderal AIUA, Tan Sri Nordin Bin Kardi menyatakan ketertarikannya pada inisiatif UIN Walisongo dan pihaknya akan menindaklanjuti dengan persiapan yang lebih teknis. Tan Sri menggarisbawahi pentingnya usaha-usaha strategis membekali mahasiswa dan generasi muda dengan nilai-nilai kebersamaan, toleransi dan kesiapan menghadapi kemajemukan melalui kerjasama.


Selain Work Plan 2017, pertemuan ke-4 asosiasi yang dituanrumahi oleh USAS (Universitas Sultan Azlan Shah) Perak Darul Ridzuan ini juga menghasilkan dokumen AIUA Quality Assessment and Assessor Guidelines untuk akreditasi Universitas Islam di Asia.


Pertemuan sekaligus meresmikan masuknya beberapa Universitas Islam sebagai anggota baru, seperti UiTM Melaka Malaysia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Jambi dan IAIN Bukit Tinggi. Dalam kesempatan yang sama para anggota AIUA dijamu oleh Sultan Perak Malaysia, Duli Yang Teramat Mulia Sultan Dr Nazrin Shah bin Sultan Azlan Muhibbuddin Shah dalam sebuah makan siang yang ramah. (@viva_tnu)

Tuesday, October 18, 2016

Profesor Finlandia: Perhatikan Kualitas Pengajaran, Bukan Lamanya Belajar (Wawancara)

[caption id="attachment_2773" align="aligncenter" width="640"]Profesor Erno August Lehtinen, Guru Besar Pendidikan dari Universitas Turku, Finlandia. Profesor Erno August Lehtinen, Guru Besar Pendidikan dari Universitas Turku, Finlandia.[/caption]

Profesor Erno August Lehtinen, guru besar pendidikan dari Universitas Turku, Finlandia memaparkan jatuh bangun Finlandia membangun sistem pendidikan yang terkesan paradoks dengan sistem pendidikan di kebanyakan negara Asia.

"Ya, pendidikan dasar di Finlandia berbeda dengan negara lain. Kami sangat menghargai anak-anak bermain bebas dan melakukan hal-hal lain dari pada hanya duduk di kelas. Ini pada awal-awal tingkat sekolah," kata Profesor Erno Lehtinen, guru besar pendidikan dari Universitas Turku Finlandia.

Pria yang sudah malang melintang di dunia pendidikan Finlandia dan dunia ini menjelaskan mengapa anak-anak usia sekolah dasar mesti lebih banyak bermain ketimbang belajar di kelas dan menggarap pekerjaan rumah (PR).

"Secara umum kalau sudah sekolah, waktunya tak terlalu lama. Kami harus memperhatikan kualitas pengajaran, bukan panjangnya jam belajar. Ada keseimbangan yang bagus adanya PR dan kegiatan anak muda dan pendidikan menengah atas, untuk menghasilkan tekanan dan stres yang lebih sedikit dan lebih kuat motivasi dan pengembangan belajarnya," imbuhnya.

Berikut wawancara lengkap dengan Prof Erno August Lehtinen di Hotel Sahid Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan yang ditulis, Selasa (18/10/2016) seperti dilansir detikcom:

Bisa diceritakan garis besar sistem pendidikan di Finlandia, sehingga menjadi salah satu yang terbaik di dunia?

Pada awal abad setelah Perang Dunia II, Finlandia masih negara miskin. Tahun 1980 capaiannya masih di bawah rata-rata negara OECD (Organisation for Economic Co‑operation and Development-red), kami lantas membuat sekolah dasar komprehensif 9 tahun dengan penekanan yang kuat untuk kesempatan yang sama dalam pendidikan.

Kami juga meluncurkan model pendidikan guru yang baru, satu yang kami kenalkan, berbicara tentang reformasi pembangunan berkelanjutan, kemudian diikuti pembentukan kembali fungsi sistem pendidikan. Hasil saintifik yang kami dapat dari studi ini, memang ada ketegangan kecil dalam meningkatkan sistem pendidikan ini lebih tinggi.

Mengapa anak-anak di Finlandia, tak diizinkan sekolah sebelum berusia 7 tahun, jam pelajaran SD hanya 3-4 jam sehari, waktu istirahat mencapai 75 menit, jarang ada PR, tidak ada PR hingga tak ada UN sama sekali untuk 9 tahun pertama sekolah?

Ya, pendidikan dasar di Finlandia berbeda dengan negara lain. Kami sangat menghargai anak-anak bermain bebas dan melakukan hal-hal lain dari pada hanya duduk di kelas. Ini pada awal-awal tingkat sekolah.

Secara umum kalau sudah sekolah, waktunya tak terlalu lama. Kami harus memperhatikan kualitas pengajaran, bukan panjangnya jam belajar. Ada keseimbangan yang bagus adanya PR dan kegiatan anak muda dan pendidikan menengah atas, untuk menghasilkan tekanan dan stres yang lebih sedikit dan lebih kuat motivasi dan pengembangan belajarnya.

Jadi untuk anak usia dini atau pendidikan dasar, pembentukan karakter lebih penting ya?

Iya, kami mencoba pengembangan kepribadian siswa, bukan skill, bukan belajar konten kurikulum yang spesifik. Kami kembangkan kepribadian sepenuhnya, belajar mengetahui dunia, belajar mengenal perbedaan mata pelajaran, juga kehidupan sosial, kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, itu sangat penting untuk anak-anak muda.

Jadi pelajaran matematika, fisika, kimia ini tak diperkenalkan pada pendidikan dasar namun pendidikan lebih tinggi?

Matematika adalah subyek penting untuk tingkat pendidikan dini, kemudian, pelajaran sains untuk yang pertama sekali adalah lebih banyak praktik, kemudian kami mengkombinasikannya dengan suasana ilmiah. Di primary level (pendidikan dasar) ada pelajaran sains yang umum, dan pada lower secondary level (pendidikan menengah) menjurus ke spesifik kimia dan biologi.

Di Finlandia sistem kelasnya kelas inklusif, di mana siswa yang pintar dan kurang pintar dijadikan satu. Di negara lain, justru ada kelas akselerasi, mengumpulkan siswa yang pintar-pintar. Mengapa Finlandia menerapkan sistem kelas inklusif ini?

Salah satu yang penting di pendidikan 9 tahun, nilai utamanya adalah kesetaraan dan membawa semua siswa ke dalam level yang sama. Tentu ada beberapa siswa pintar yang bisa melangkah lebih jauh, tapi kami mempertahankan kebijakan ini untuk menjamin, bahwa siswa dari semua latar belakang keluarga dan kesulitan belajar juga punya kesempatan yang sama untuk belajar.

Kami punya sistem yang melacak kemampuan anak-anak itu saat pendidikan dasar 9 tahun itu. Tentu, anak-anak berkebutuhan khusus butuh diperhatikan secara khusus, ini butuh upaya yang sangat besar dari segi pendidik atau guru, dan untuk itulah mengapa kami sangat mendorong upaya pendidikan untuk guru.

Ada dua kunci, skill dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk mendidik siswa berkebutuhan khusus dalam ruang kelas, ada pengaturan khusus. Kadang tidak hanya 1 orang guru dalam ruang kelas, tapi ada orang dewasa lain yang membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar itu.

Siswa berkebutuhan khusus itu kadang memerlukan waktu pengajaran yang lebih banyak, atau di sekolah luar biasa, bisa dalam kelompok kecil dan dukungan intensif.

Jadi kelas inklusif itu mencampurkan satu murid pintar dan yang tidak begitu pintar dalam satu kelas, apakah ada bullying karena adanya perbedaan itu? Bagaimana mencegah terjadinya bullying?

Bullying terjadi di mana saja, orang-orang bersama, anak-anak, orang muda, orang tua, terjadi di mana saja, sangat menyedihkan. Itu juga terjadi di dalam kelas sekolah-sekolah di Finlandia. Dan itu juga menjadi pertanyaan dan sangat menjadi perhatian kami.

Dan di universitas ini kami melakukan riset sekitar 20 tahun, dan hasilnya membuat program khusus yang disebut Kiva koulu, untuk menghindari bullying. Program yang berorientasi sistem. Ada banyak komponen yang membantu sekolah untuk memperlambat bullying, dan program ini sudah dilakukan di banyak negara-negara di dunia.

(Dalam situs UNESCO, program anti-bullying Kiva di Finlandia ini dikembangkan di Universitas Turku Finlandia dan didanai Kementerian Pendidikan Finlandia dan diaplikasikan sejak 2009. Kiva melibatkan orangtua, guru dan murid dan berhasil mengurangi bullying sekolah pada siswa tingkat 4-6-red)

Jadi berarti harus ada lebih dari satu guru dalam kelas?

Ini bukan berarti ada beberapa guru di kelas. Bila kelas itu ada kesulitan, kadang di ruang kelas ada seorang dewasa yang tidak mengajar, biasanya anak-anak SMA yang sudah lulus atau mahasiswa yang menjadi asisten guru untuk mengawasi anak-anak di sekolah itu. Dan ini sangat membantu bagi guru, ada orang dewasa lain di kelas itu. Orang dewasa yang tidak mengajar tapi bisa membantu.

Untuk situasi normal ada satu (orang). Dan sering sekali terjadi kelas itu membutuhkan bantuan orang dewasa lain. Dan di situasi yang berbeda dan sangat khusus, ada guru kelas dan guru untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus bekerja sama.

Biasanya satu kelas di Finlandia itu maksimal 20 orang untuk tingkat pendidikan dasar, dan 20-30 orang untuk pendidikan menengah.

Tentang sekolah kejuruan, Finlandia sangat mendukung sekolah kejuruan. Bahkan nyaris 50 persen siswa pendidikan dasar masuk ke sekolah kejuruan. Bagaimana peran penting sekolah kejuruan ini di Finlandia?

Tentu pendidikan kejuruan sangat penting, banyak negara memberi perhatian yang sedikit pada pendidikan kejuruan ini, dan di Finlandia mungkin sekolah umum lebih advance daripada sekolah kejuruan. Dan kami punya banyak masalah pada sekolah kejuruan sekarang ini dan lebih butuh dikembangkan.

Dan kami sangat mempelajari masalah ini dengan seksama dalam pelatihan kejuruan kami, ingin menemukan bentuk baru, bagaimana meningkatkan teknologi, bagaimana mengembangkan pendidikan kejuruan ini, butuh lebih baik daripada dunia kerja. Dan itu tantangan besar karena dunia kerja berubah sangat cepat.

Mudah saja kalau satu profesinya tetap ilmunya. Tapi kan pendidikan kejuruan berubah dengan konstan, dan ini tantangan untuk sekolah kejuruan. Fokus utama dalam sistem pendidikan Finlandia, tentu saja secara keseluruhan sistem, kami ingin sekolah kejuruan bisa dilakukan sejak dini.

Jadi masalah utama sekolah kejuruan di Finlandia itu apa?

Masalah utama adalah perubahan sangat cepat di dunia kerja, dan masalah lain adalah motivasi. Sangat sulit memotivasi anak-anak muda di beberapa wilayah berkaitan dengan dunia kerja, sekolah kejuruan tidak begitu menarik buat mereka.

Di satu wilayah sangat menarik, sangat bersaing untuk masuknya, dan di beberapa area sangat sulit menarik siswa karena tak begitu populer.

Bagaimana keterkaitan sekolah kejuruan dengan industri kerja?

Tujuan sekolah kejuruan, orang langsung bisa kerja di industri bagian dari ekonomi dan sekarang situasi ekonomi tidak begitu bagus, dunia mengalami krisis ekonomi, banyak pengangguran di antara anak muda. Namun kini berangsur pulih, banyak anak muda bisa mengejarnya.

Bicara tentang pendidikan, otomatis bicara tentang guru. Finlandia memperlakukan guru dengan sangat bagus, jam kerja pendek plus waktu pengembangan diri, gaji tinggi, syarat minimal lulusan master, dan sebagainya. Mengapa demikian?

Guru sangat bernilai dalam budaya dan masyarakat kami. Semua mengerti bahwa guru adalah profesi paling penting karena harus mendidik generasi muda, sangat penting di masyarakat, profesi yang sangat populer di kalangan anak muda.

Lebih banyak pelamar yang mendaftar dalam program ilmu keguruan dan pendidikan daripada yang diterima. Hanya 10-15 persen lamaran yang diterima, kualitas tesnya rata-rata pendidikan menengah. Tingkat kepopulerannya dan kesulitan tesnya sama dengan fakultas kedokteran. Itu menjelaskan betapa populernya jurusan keguruan dan profesi guru itu di antara para anak muda.

Ini tentu sangat bagus karena kami bisa mendapatkan guru-guru yang termotivasi. Dibandingkan rata-rata negara di dunia, jam mengajarnya memang lebih pendek. Tapi tidak benar juga. Waktu yang berkaitan dengan murid memang lebih pendek, tapi karena persyaratan menjadi guru itu sangat sulit, mereka harus menganalisa proses belajar yang dilakukan di kelas, jadi jatuhnya jam kerja mereka sangat panjang untuk proses pengajaran itu. Kontak dengan siswa memang pendek.

Jadi di sana guru dipandang sama bergengsinya seperti dokter dan pengacara?

Iya, sangat sama dengan dokter dan pengacara. Itu karena guru sangat bekerja keras mempersiapkan materi ajar untuk proses belajar mengajar yang mereka lakukan di kelas, dan berpikir sangat hati-hati bila ada murid yang membutuhkan intervensi dan motivasi belajar. Jadi profesi ini adalah profesi yang mengutamakan kepakaran.

Betulkah di sana tak ada merit pay (gaji sesuai prestasi) untuk guru?

Ya ada, tapi tidak merupakan bagian penting dalam sistem gaji guru kami. Ada negosiasi di tingkat sekolah antara kepala sekolah dan guru tentang pengembangan profesional, kadang mereka dapat tambahan gaji tergantung prestasinya. Tapi tidak dominan di sekolah.

Benarkah di Finlandia, tidak ada Ujian Nasional (UN) pada tingkat pendidikan dasar?

Di pendidikan dasar tidak ada, UN ada di sekolah menengah, akhir dari pendidikan secondary education (sekolah menengah), ujian matrikulasi.

Apa yang kami punya adalah sample base test examination, badan yang menggelar test ini harus mengatur, mereka menguji sampel, beberapa siswa. Tes ini berkaitan dengan aspek pengajaran, motivasi siswa, kondisi kelas dan sebagainya.

Tidak ada rangking, tak digunakan langsung untuk kegiatan administrasi, kami tak punya sistem itu. Informasi ini sangat penting untuk penembangan sistem pendidikan, hasilnya tugas guru untuk menjamin semua siswa belajar dengan pantas.

Jenis national sample base test ini untuk guru, bukan dalam rangka membandingkan siswa mereka, menggunakan informasi bukan administrasi, atau untuk melihat peringkat sekolah atau kelas tertentu, kami menghindari sistem itu. Dari pengalaman internasuional, UN itu punya banyak konsekuensi negatif.

Jadi bagaimana cara mengukur outputnya?

Ada tes kuantitatif yang digunakan guru, tapi mereka juga menyiapkan bersama, banyak konfirmatif tes, proses pembelajaran pada siswa, bagaimana mereka bisa mengubah pembelajaran. Yang sangat penting adalah evaluasi, guru punya tanggung jawab tinggi dalam proses belajar ini.

Pendidikan di Finlandia gratis, dari TK-Universitas, bagaimana bisa?

Di Finlandia pendidikan gratis dari dasar sampai doktoral, ini untuk warga negara Finlandia dan warga negara Uni Eropa. Ada aturan ini di Uni Eropa, juga gratis dari luar Uni Eropa. Tapi mulai musim gugur depan ini, akan ada biaya untuk mahasiswa internasional non Uni Eropa.

Jadi dari mana dana untuk pendidikan gratis itu? Apakah warga bayar pajak sangat tinggi?

Kami punya Sistem Kesejahteraan Skandinavia. Di Finlandia, tingkat pajak penghasilannya relatif tinggi, tapi kemudian, warga banyak dapat pelayanan mulai dari kesehatan, pemeliharaan kesehatan yang sangat murah, pendidikan gratis, dan banyak pelayanan lainnya dari pemerintah. Itu model negara-negara Skandinavia.

Berapa persen pajaknya dari penghasilan setahun?

Kami punya sistem progresif berbasis jumlah pendapatan. Jika dapat gaji rendah, pajaknya juga rendah, pendapatan menengah dan tinggi makin besar persentasenya. Nyaris mendekati 50 persen (dari penghasilan setahun), itu untuk yang gajinya tinggi.

Anggaran pendidikan dari APBN Finlandia mendapat berapa persen?

Lebih sedikit dari yang dimiliki Indonesia, kurang dari 20 persen APBN. Indonesia punya 20 persen, tapi kami kurang dari 20 persen.

Berapa lama Finlandia mengembangkan sistem pendidikan ini? Berapa lama sampai sistemnya sampai stabil seperti ini?

Model pendidikan yang sekarang kami kembangkan ini mulai diciptakan tahun 1970-an, pendidikan dasar 9 tahun. Tapi model pendidikan universitas pada dasarnya sudah ada di akhir abad ke-18, sangat berkembang sekarang. Sistem sekolah kejuruan dari awal abad 20, tapi banyak pengembangan kualitas di antara tahun 1980-90-an.

Sistem pendidikan universitas mengalami restrukturisasi akhir-akhir ini, awal 2010, semua universitas menjadi entitas independen daripada sebelumnya, karena sebelumnya menjadi bagian dari negara, sekarang nggak lagi, independen.

Sistem pendidikan di Finlandia ini sudah sempurna, masih akan dikembangkan atau masih ada tantangan yang dihadapi?

Tidak sempurna, tapi standarnya tinggi, lebih sulit untuk diraih. Ini tantangan besar, kami meningkatkan kualitas pengajaran. Tentu ada banyak ketegangan di masyarakat tentang tantangan-tantangan ini, tentang aktifnya teknologi mobile, orang-orang muda menghabiskan banyak waktu dengan gadget, dan mereka lebih sedikit membaca dibanding generasi sebelumnya.

Apakah sistem hebat di Finlandia bisa dicontoh di Indonesia? Apa memungkinkan ditiru di Indonesia, mengingat Indonesia kompleks dari segi geografis, budaya, jumlah penduduk yang 240 juta dibandingkan dengan 6 juta di Finlandia?

Mungkin saja bisa dikopi tapi tak pernah sukses. Banyak yang mendeskripsikan beberapa pengalaman kami, bukan berarti kami merekomendasikan Indonesia melakukan hal yang sama dengan kami.

Saya percaya pengalaman kami mengembangkan sistem pendidikan saat kondisi negara kami saat itu, seperti Indonesia saat ini. Negara kami saat itu juga masih berpendapatan rendah, tingkat pendidikan warga kami juga banyak yang tidak tinggi, kami tertinggal di belakang negara yang pencapaiannya maju, itu sekitar tahun 1970-80-an.

Tapi kami punya satu kasus di mana kami mungkin melakukan hal substansi di bidang sistem pendidikan, utamanya kulitas guru dan pembelajaran, proses ini sangat membantu untuk Indonesia. Tapi kami tak menyarankan mencontoh persis modelnya karena faktor-faktor perbedaan budaya, struktur masyarakat dan sebagainya.

Jadi apa yang bisa ditransfer pada Indonesia?

Tak ada yang kami bisa transfer, negara Anda harus mentransformasi sendiri.

Anda sudah melihat sekilas sistem pendidikan Indonesia dan apa hal fundamental yang mesti diubah?

Ini kedatangan saya pertama kali, banyak diskusi dengan kolega saya di sini, dengan guru, dengan Kemendikbud,

Saya membaca berhati-hati, membaca rekam jejak dunia dari OECD yang mendeskripsikan sistem pendidikan Indonesia di tahun 2013 . Permulaan yang sangat baik dengan sistem pendidikan.

Kesimpulan saya, Indonesia telah membuat perkembangan bernilai dengan sisetm pendidikan di negara ini, semua orang diusahakan punya akses ke pendidikan, telah menjamin sertifikasi guru, semua dokumen dan pakar pendidikan teman saya berdiskusi mendorong pada fokus kualitas pembelajaran, pengajaran, guru dan sistem. Sistemnya sudah ada dan sekarang upayanya mengembangkan kualitas.***

Source: Detikcom

Monday, October 17, 2016

Berawal dari Kelas Jauh, MTs Ini Prakarsai Lahirnya Madrasah Baru

[caption id="attachment_2767" align="aligncenter" width="640"]MTs Al-Ikhlas Losari, Brebes, Jawa Tengah. MTs Al-Ikhlas Losari, Brebes, Jawa Tengah.[/caption]

Mengambangkan pendidikan ke arah yang lebih baik merupakan tujuan sebuah lembaga pendidikan, baik madrasah maupun sekolah. Program pengembangan pun bisa dalam berbagai bentuk, tak terkecuali dengan membuka kelas jauh. Hal inilah yang dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Ikhlas Losari.

MTs yang terletak di Jl Raya Limbangan, Desa Limbangan, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini melakukan program pengembangan madrasah dengan membuka kelas jauh di dua desa, yaitu Desa Karangjunti dan Desa Kalibuntu, Losari yang semuanya dibawah naungan Yayasan Al-Ikhlas.

Di Desa Karangjunti, MTs Al-Ikhlas yang merupakan madrasah di bawah pengelolaan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) ini membuka kelas jauh pada tahun 1992. Hal ini dilakukan agar lembaga pendidikan Islam di Kecamatan Losari bisa diakses masyarakat.

“Karena MTs Al-Ikhlas merupakan madrasah pertama yang berdiri di Kecamatan Losari sehingga untuk mengambangkan pendidikan madrasah, saat itu kami membutuhkan pengambangan pendidikan Islam di desa-desa lain,” ujar Ahmad Faozi, SPdI, salah satu pengelola MTs Al-Ikhlas kepada penulis.

Setelah berjalan beberapa tahun, Madrasah kelas jauh di Desa Karangjunti akhirnya direlakan oleh MTs Al-Ikhlas untuk membuat yayasan secara mandiri. Hal ini dilakukan karena sarana dan prasarana kelas jauh di desa ini dinilai sudah memadai sehingga akhirnya mendirikan MTs tersendiri dengan nama MTs An-Nur Karangjunti, Kecamatan Losari, Brebes.

Melihat kebutuhan masyarakat dan dunia kerja yang semakin maju, Yayasan An-Nur memandang, bahwa pihaknya sangat perlu mendirikan sekolah kejuruan. Akhirnya diputuskan mendirikan SMK dengan nama SMK An-Nur Losari.

Demikian juga dengan kelas jauh di Desa Kalibuntu, MTs Al-Ikhlas berhasil menarik antusiasme warga desa untuk menyekolahkan anaknya di kelas jauh ini. Murid bertambah banyak, sarana dan prasarana pun berkembang sangat baik sehingga MTs Al-Ikhlas pun harus sudah membuat kelas jauh di Desa Kalibuntu ini untuk dijadikan yayasan secara mandiri. Sebab itulah, kelas jauh ini akhirnya resmi mendirikan MTs dengan nama MTs Nurul Huda Kalibuntu.

Satu visi dengan MTs An-Nur Karangjunti, MTs Nurul Huda juga mengembangkan pendidikannya dengan membuka SMK bernama SMK Nurul Huda Losari. Senada dengan MTs An-Nur, warga Desa Kalibuntu membutuhkan lembaga pendidikan dimana anak-anaknya mendapat keterampilan untuk menatap dunia kerja dan dunia usaha.

“Jujur, secara kuantitas, justru murid di MTs An-Nur dan MTs Nurul Huda jumlahnya lebih banyak dibanding MTs Al-Ikhlas sebagai pemrakarsa. Begitu juga dengan pendirian SMK, Yayasan Al-Ikhlas malah lebih belakangan dibanding mereka. Namun demikian, antusiasme warga di sini cukup tinggi,” ungkap Faozi.

Sejarah singkat MTs Al-Ikhlas Losari

Desa Limbangan merupakan salah satu daerah di pesisir pantai utara, selain Desa Prapag Kidul, Prapag Lor, Karang Dempel, dan Pengabean. MTs Al-Ikhlas merupakan madrasah pertama yang didirikan di Kecamatan Losari atas swadaya masyarakat pada tahun 1984 sehingga warga dari empat desa tersebut mempunyai tempat untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Islam. Bahkan hingga sekarang, MTs Al-Ikhlas masih menjadi pilihan utama warga setempat.

Karena lahir dari swadaya masyarakat, madrasah ini juga terus berusaha membantu masyarakat agar anak-anaknya tidak terbebani dengan biaya madrasah. Selain itu, madrasah ini juga tidak terlepas dengan tradisi dan budaya lokal. Pendidikan agama pun terarah agar peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan amaliyah-amaliyah keagamaan yang telah mengakar di masyarakat. Sampai saat ini, MTs Al-Ikhlas telah mencetak 27 angkatan.

Madrasah berprestasi

Sejak berdiri 31 tahun lalu, MTs Al-Ikhlas terus berusaha mencetak generasi-generasi berkualitas secara pengetahuan dan akhlak. Menurut penuturan Ahmad Faozi, tahun 2015, MTs Al-Ikhlas berhasil meraih juara pertama dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat pelajar Kabupaten Brebes.

Selain itu, Gerakan Pramuka MTs Al-Ikhlas Losari juga dipercaya oleh Pengurus Cabang LP Ma’arif NU untuk mewakili Kabupaten Brebes dalam Perkemahan Gabungan Ma’arif Nasional (Pergamanas) tahun 2014 di Pondok Pesantren Kempek Palimanan Cirebon.

Untuk terus meningkatkan prestasi dan menggali potensi peserta didik, MTs Al-Ikhlas membuka ekstrakurikuler, seperti Pencak Silat, organisasi pelajar Nahdlatul Ulama, Pramuka, Paskibra, PMR, Qiro’atul Qur’an, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan berbagai keterampilan lain untuk melestarikan budaya lokal, seperti Tari Topeng Losari. [Fathoni Ahmad]

MTs Al-Huda Ngrejeng Bojonegoro Kreatif Daur Ulang Limbah

[caption id="attachment_2764" align="aligncenter" width="640"]Kepala MTs Al-Huda Ngrejeng memamerkan salah satu hasil kerajinan tangan siswa. Kepala MTs Al-Huda Ngrejeng memamerkan salah satu hasil kerajinan tangan siswa.[/caption]

Di Desa Ngrejeng, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terdapat sekolah tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang diberi nama MTs Al-Huda. Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Ash Shiddiqy itu beralamat di Jalan Raya Ngambon Km 7 Desa Ngrejeng, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro.

Sekolah ini berdiri sejak tahun 1985, bertepatan dengan hari Jumat tanggal 5 Juli 1985. Pendiriannnya diprakarsai oleh seorang tokoh agama Desa Ngrejeng saat itu bernama Kiai Moh Niam. Dia dikenal sebagai sosok yang disegani masyarakat dan berprofesi sebagai Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah (MII) Ngrejeng.

Kala itu, MII Ngrejeng menjadi madrasah yang memiliki banyak siswa dari lingkungan sekitar sekolah dengan siswa yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke bawah (kurang mampu). Karena itu, usai lulus MI, karena keterbatasan biaya banyak alumni MII Ngrejeng yang memutuskan untuk berhenti sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena alasan biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh mereka.

Karena tidak ingin banyak warga yang putus sekolah, akhirnya para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat mengadakan musyawarah pendirian Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai jenjang lanjutan pasca sekolah di MII Ngrejeng. Harapannya, di samping untuk meningkatkan ilmu pengetahuan umum dan agama juga sebagai bekal hidup di tengah-tengah masyarakat nantinya.

MTs yang baru didirikan itu pun diberi nama Al-Huda yang berasal dari Hudan-hidayatun atau memberi petunjuk. Saat itu, meski proses belajar-mengajar sudah terlaksana, namun secara administratif MTs Al-Huda belum terdaftar secara resmi. Baru sekitar dua tahun selanjutnya tepatnya tahun 1987, tepatnya tanggal tanggal 26 Desember 1987 pihak sekolah mendapat Piagam Madrasah yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI Kantor wilayah Jawa Timur. Piagam madrasah tersebut menandai terdaftarnya MTs Al-Huda sebagai lembaga sekolah ilegal meski belum memiliki status Diakui.

Selang 10 tahun kemudian, MTs Al-Huda baru mendapat status Diakui dan kemudian mulai tahun 2005 sekolah yang memiliki luas sekitar 843 m2 itu memproses akreditasi dan akhirnya bersatus terakreditasi B.

Selama kurang lebih 30 tahun berdiri, MTs Al-Huda Ngrejeng sudah dipimpin oleh sembilan Kepala Sekolah. Dimulai dari periode pertama yakni tahun 1985 – 1990 di bawah pimpinan H. Moh Ni’ am sebagai Pendirinya. Periode kedua mulai tahun 1990 – 1991 dipimpim oleh Ali Djunaidi, periode ketiga dari 1991 – 1993 dipimpin oleh Sujudi, tahun 1994 – 1997 dipimpin oleh Drs. A. Noor Husainy, 1998–1999 dipimpin oleh Mchtarom, tahun 2000 – 2007 dipimpin oleh Drs. Suryono, tahun 2008 -2009 dipimpin oleh Ahmad Risqi Mahasin, S.Pdi, periode kedelapan tahun 2009 - 2010 dipimpin oleh Drs. Suyatmo.

Kemudian periode kesembilan dari tahun 2011 hingga sekarang dipimpin oleh Drs, Abi Darim. Di bawah kepemimpinannya, sekolah yang memiliki luas bangunan 440 m2 itu memiliki strategi tersendiri untuk mengembangkan keterampilan peserta didiknya. Salah satunya dengan pengajaran peningkatan kreativitas siswa-siswi.

Berkreasi dengan Barang Bekas

Sebagai usaha untuk mengajarkan anak didik kreatif, para siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) al-Huda Purwosari diajarkan untuk membuat karya individu. Kreativitas tersebut tidak hanya ditekankan pada kemampuan, tapi juga penekanan pemanfaatan limbah dan benda-benda yang mudah didapat di lingkungan siswa.

Menurut Kepala Sekolah MTs Al-Huda, Abi Darim, siswa didiknya diajarkan dan diminta praktik membuat bakiak dari bahan limbah kayu di sekitar rumah siswa. Selain itu, juga memanfaatkan ban bekas untuk tali bakiak.

"Sementara ini, baru satu kelas yang praktik. Tidak hanya membuat, para siswa juga memanfaatkan hasil karyanya untuk wudlu saat di sekolah. Jadi, dibuat sendiri dan dipakai sendiri," ujar alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Lebih lanjut dikatakan, tidak hanya kreativitas pembuatan bakiak, siswa didik juga diajari tentang memanfaatkan tanaman untuk dikonsumsi. Salah satunya memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman produktif yang bisa dimasak dan dikonsumsi sendiri.

"Seperti kacang tanah, jagung, ketela pohon, anak-anak bisa memanfaatkan hasil tanaman mereka sebagai makanan yang sehat dan non kolesterol," tandasnya.

Selain membuat bakiak, peserta didik juga diajarkan untuk membuat karya kerajinan tangan membuat tas dari bahan kardus bekas, membuat tempat pulpen, vas bunga dan tempat arsip dokumen dan lain lain. Harapannya setelah lulus para siswa bisa memanfaatkan kreativitas mereka untuk berwirausaha. kegiatan seperti ini untuk melatih siswa, terasah kemampuannya sehingga timbul ide-ide kreatif yang bisa dilakukan dimasa mendatang. Namun Pembuatan alat kerajinan dari kardus bekas ini perlu ditingkatkan dan Perlu Pelatihan Khusus. Sehingga barang yang dihasilkan mempunyai nilai Jual yang tinggi .

Pembelajaran serta peningkatan keterampilan tersebut selaras dengan kurikulum yang diterapkan oleh pihak sekolah. Struktur kurikulum berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan.

Pada program pendidikan di MTs Al-Huda Ngrejeng Purwosari Kabupaten Bojonegoro jumlah jam mata pelajaran adalah 48 jam pelajaran setiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 40 menit. Jenis program pendidikan di MTs Al-Huda Ngrejeng Purwosari Kabupaten Bojonegoro, terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata pelajaran yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan yang meliputi mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran muatan lokal, termasuk pembinaan kreativitas dan keterampilan peserta didik.

Muatan lokal yang dikembangkan di MTs Al-Huda Ngrejeng adalah untuk mengembangkan potensi daerah sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah, serta mengembangkan potensi sekolah/madrasah sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif. Muatan lokal lokal ini disajikan dalam bentuk mata pelajaran yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik dan harus mencapai/lulus SKL-MP, SK-KD Mata pelajaran dalam mengembangkan program keterampilan bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, keterampilan dalam bidang Teknologi Informasi, atau bentuk keterampilan tepat guna seperti pembuatan bakiak, tas dari bahan kardus, vas bunga, tempat pulpen dan produk lainnya yang dihasilkan dari limbah rumah tangga.

Sumber: Buku Kekhasan Pendidikan Islam, Penerbit Ditjen Pendis, 2015.

Perguruan Tinggi Islam Punya Mandat Cetak Masa Depan Bangsa

[caption id="attachment_2761" align="aligncenter" width="612"]Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin.[/caption]

SURABAYA, PENDIDIKANISLAM.ID - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin, menyatakan bahwa perguruan tinggi Islam mempunyai mandat dari negara untuk melaksanakan tugas yang di share sama dengan perguruan tinggi lain di bawah Kemenag. Hal ini adalah untuk meningkatkan daya saing bangsa.

"Perlu diketahui bersama bahwa perguruan tinggi Indonesia masih di bawah Malaysia, Thailand dan Filipina. 75 persen anak Indonesia tidak mempunyai kesempatan belajar di perguruan tinggi. Maka ini merupakan salah satu amanah yang diberikan kepada perguruan tinggi untuk mencetak masa depan Indonesia. Indonesia memiliki potensi, mereka (generasi bangsa) yang akan menentukan Indonesia ke depan," kata Kamaruddin disela-sela acara rapat terbuka senat IAI Al-Khoziny dalam rangka wisuda sarjana dan pasca sarjana di gedung DBL Surabaya, Ahad (16/10).

Selain melaksanakan, perguruan tinggi juga harus mempertahankan, menjaga dan merawat Indonesia. Pasalnya, Indonesia adalah negara yang paling plural. Indonesia memiliki perbedaan budaya, suku dan bahasa. Indonesia memiliki kualitas yang paling besar.

"Indonesia yang sesungguhnya memiliki potensi konflik yang begitu dahsyat karena perbedaan tadi. Tugas kita adalah merawat Indonesia yang keras dan plural menjadi Indonesia tetap damai dan tentram untuk masa yang akan datang," ujarnya.

Menurutnya, Islam Indonesia adalah Islam demokratis. Indonesia adalah negara yang sangat damai padahal mempunyai potensi konflik yang paling besar. Indonesia berhasil merawat Islam yang sangat besar. Hal itu yang harus dirawat, dipertahankan dan dijaga oleh generasi bangsa. Nilai ke-Islaman menjadi pengawalan, bagaimana pengetahuan yang dimiliki dapat di transportasi menjadi sikap dan perilaku akhlak yang dimiliki.

"Tugas di atas bila dilakukan akan menjadi manusia sempurna. Dan ini harus dilaksanakan oleh perguruan tinggi karena sebagai sebuah lembaga mendapatkan amanah dari Allah dan negara untuk terus menjaga sikap dan perilaku generasi anak bangsa. Sarjana yang tawadhu, itulah yang diharapkan dari sarjana Islam," tutupnya.

Sementara itu, Rektor Institut Agama Islam (IAI) Al-Khoziny Buduran Sidoarjo, KH Asep Syarifuddin Chalim mengatakan, jangan menjadi wisuda wan dan wisuda wati yang mudah puas. Kiai Asep berharap, para mahasiswa IAI Al-Khoziny bisa melanjutkan S2.

"Ketika kuliah di pasca sarjana S2 Al-Khoziny. Seorang pemuda harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Bagi mereka yang menuntut ilmu akan ditempatkan di tempat yang paling mulia dan mudah-mudahan syafaat itu diberikan kepada mahasiswa yang wisuda tahun ini," harap Ketua Pergunu Pusat itu.

(NU Online/FA)

Friday, October 14, 2016

Pamrih Seorang Anak yang Menjadi Karma

[caption id="attachment_2758" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi Gambar ilustrasi[/caption]

"Anak ada empat, laki-laki semua, dan sudah dewasa, kenapa (masih) harus nyangkul sendiri?" Sebuah pertanyaan diajukan kepada seorang guru SD Negeri sekaligus petani yang sedang merapikan cangkul untuk persiapan ke sawah. Sebut saja namanya Suja.

Pertanyaan itu dijawab oleh Suja dengan sebuah kisah masa lalu yang tidak bisa dilupakannya. "Ini karena kesalahan saya," jawab warga Kabupaten Subang, Jawa Barat ini.

Suja mengungkapkan, bapaknya yang bernama Saeful Bahri adalah seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di luar jam mengajar, sang ayah memiliki aktivitas lain, yaitu mengurus sawah miliknya.

Suja mengisahkan, waktu kecil ia sering disuruh sang ayah untuk membantu mengurus sawah. Bagi Bahri yang kian sibuk, pekerjaan itu merepotkan, apalagi jika musim panen tiba, karena harus memanggul karung padi, menjemur, sampai memasukannya kembali ke dalam karung.

Namun sayangnya Suja sering menolak perintah Bahri tersebut. Suja hanya bersedia melakukan semua itu dengan satu syarat yang diajukan.

"Kalau dikasih uang sama almarhum bapak, baru saya mau ngurus padi. Kalau enggak dikasih ya enggak," sesal Suja di Subang.

Suja sama sekali tidak akan bergerak untuk membantu bapaknya jika tidak ada uang. Jika uang sudah diberi, Suja akan langsung bekerja.

"Almarhum pernah bilang sama saya, ‘kamu jangan begitu, siapa tahu nanti kalau sudah berkeluarga kamu juga punya sawah’," kisah Suja menirukan ucapan ayahnya, sambil merapikan cangkul buat persiapan besok ke sawah.

Beberapa tahun kemudian Suja berkeluarga dan saat ini dikaruniai empat orang anak. Ternyata, apa yang diucapkan oleh bapaknya puluhan tahun yang lalu terbukti, Suja punya sawah.

"Eehh... sekarang, anak saya susah kalau disuruh bantu-bantu ngurus sawah, mereka mau bantu kalau dikasih duit. Kalau enggak, ya enggak bakalan mau. Ini karena kesalahan saya dulu," ucap Suja penuh sesal.

Ia pun mengingatkan agar selalu berusaha berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika kita bisa berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, kelak anak-anak kita akan berbakti dan berbuat baik kepada kita, begitu pun jika sebaliknya.

Source: NU Online

Thursday, October 13, 2016

Kemenag Canangkan Budaya Menulis Mushaf Al-Qur’an

[caption id="attachment_2754" align="aligncenter" width="640"]Menag Lukman Hakim Saifuddin Menulis Basmalah Menandai Penulisan Serentak Mushaf Al-Quran oleh Santri Seluruh Provinsi. (Foto: Kemenag) Menag Lukman Hakim Saifuddin Menulis Basmalah Menandai Penulisan Serentak Mushaf Al-Quran oleh Santri Seluruh Provinsi. (Foto: Kemenag)[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama mencanangkan budaya menulis mushaf (lembaran) Al-Qur’an seiring akan diperingatinya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2016.

"Upaya ini untuk membudayakan Al-Qur’an di lingkungan santri dan juga di seluruh masyarakat Indonesia," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada acara Pencanangan Budaya Nasional Menulis Mushaf Al-Qur’an di Jakarta, Rabu (12/10).

Dikutip dari laman Republika, kegiatan membudayakan Al-Qur’an di tengah masyarakat Indonesia dapat dilakukan dengan pembiasaan menulis, mempelajari, memahami, mengkaji dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an.

Dengan pembudayaan itu, kata Lukman, dapat menjadi salah satu solusi dari upaya Kementerian Agama dalam membangun karakter masyarakat Indonesia.

Kegiatan pencanangan dilakukan secara serentak dari Kemenag tingkat pusat hingga daerah dengan dukungan kalangan pondok pesantren. Penulisan Mushaf Al-Qur’an tersebut melibatkan total peserta penulisan mushaf sekitar 40.128 santri pondok pesantren.

"Para santri akan menulis Mushaf Al-Qur’an dua halaman dalam durasi sekitar satu jam sehingga kegiatan ini akan menghasilkan sekitar puluhan mushaf Al-Qur’an sekaligus," kata dia.

Dari mushaf Al-Qur’an yang dihasilkan, kata dia, satu mushaf dari setiap propinsi akan dikumpulkan ke Jakarta dan akan diserahterimakan kepada Presiden Republik Indonesia saat pembukaan Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren Nasional (Pospenas VII).

Pospenas VII akan diselenggarakan pada Peringatan Hari Santri di Serang, Banten pada Sabtu, 22 Oktober 2016. (Red: Fathoni Ahmad)