Wednesday, August 31, 2016

Lagi, Siswa Madrasah Torehkan Prestasi di Olimpiade Matematika Internasional

[caption id="attachment_2557" align="aligncenter" width="622"]Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan saat menerima siswa madrasah para juara Olimpiade Matematika Internasional. Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan saat menerima siswa madrasah para juara Olimpiade Matematika Internasional.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Siswa-siswi madrasah kembali meraih prestasi di kompetisi tingkat internasional. Lima orang siswa-siswi madrasah sebagai duta bangsa Indonesia berhasil menorehkan prestasi di ajang Singapura International Math Olympiad Challenge (SIMOC).

SIMOC merupakan ajang kompetisi matematika yang mengusung konsep unik, karena tidak hanya menguji kemampuan pesertanya dengan memecahkan masalah matematika melalui kertas dan pena akan tetapi juga menguji kemampuan untuk bekerja dalam tim untuk bermain game matematika interaktif dan memecahkan masalah teka-teki

SIMOC adalah ajang yang diperuntukkan siswa-siswi Sekolah Dasar kelas 2 (Primary 2) hingga Sekolah Menengah Atas Kelas 10 (Secondary 4), telah berlangsung tanggal 12 15 Agustus 2016 lalu diikuti tidak kurang dari 700 peserta yang berasal dari 15 negara, meliputi ; Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hong Kong, Kamboja, India, Uzbekistan, Bulgaria, Myanmar, China, Mongolia, Laos, Brunei dan Russia.

Direktur Madrasah Nur Kholish Setiawan menyambut gembira prestasi yang diraih siswa-siswi madrasah peraih medali di ajang Singapura International Math Olympiad Challenge (SIMOC).

"Siswa-siswi yang berprestasi ini telah menghadirkan sesuatu yang sifatnya inovatif dan melahirkan rasa bangga," ujar Nur Kholish ketika menerima peraih juara SIMOC di Kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Jakarta, Selasa (30/8) dirilis laman Kemenag.

Ia juga turut merasa bangga atas prestasi para siswa madrasah di ajang SIMOC di bawah bimbingan para pembina dan guru madrasah yang juga turut mendampingi siswa-siswinya.

"Prestasi ini harus kita pertahankan dan tingkatkan," ujar Nur Kholish seraya meminta kepada jajaran Direktorat Pendidikan Madrasah agar terus mendukung perkembangan dan peningkatan prestasi siswa-siswi madrasah.

Nur Kholish juga berharap agar prestasi-prestasi yang telah diraih oleh madrasah dapat menjadi virus positif bagi siswa-siswa madrasah lain dan dapat menumbuhkan budaya prestasi di lingkungan madrasah.

"Kreativitas dan inovasi akan membuat madrasah akan tampil beda dan mendapatkan recognisi dari masyarakat," ujar Nur Kholish.

Berikut ini peraih medali di ajang Singapura International Math Olympiad Challenge (SIMOC) :

1. Anisa Hayati (15) siswi kelas X MA Mathalibul Huda Jepara peraih Gold Award SIMOC Math Olympiad Contest & Gold Award SIMOC Mind Sports Challenge.

2. Septiana (14) siswi kelas X MA Abadiyah Pati peraih SilverAward SIMOC Math Olympiad Contest.

3. Kholida Naili Muna (15) siswi kelas X peraih SilverAward SIMOC Math Olympiad Contest.

4. Muhamad Ulin Nuha (13) siswa kelas VIII MTs Abadiyah Pati peraih Silver Award SIMOC Math Olympiad Contest.

5. Dedi Wahyudi (14) siswa kelas XI peraih Bronze Award SIMOC Math Olympiad Contest & Silver Award SIMOC Mind Sports Challenge. (Red: Fathoni Ahmad)

Tuesday, August 30, 2016

Ternyata, Penduduk Nusantara Pertama Kali Menulis dengan Huruf Arab

arab pegonTengsel, PendidikanIslam.id - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan, masyarakat Nusantara pertama kali belajar literasi dengan memakai huruf Arab, bukan huruf latin. Huruf Arab yang dipakai disebut dengan huruf "arab pegon".

“Bahasa yang digunakan dalam tulisan itu adalah bahasa lokal Nusantara seperti Jawa, Melayu atau Bugis, namun menggunakan huruf Arab,” kata Menteri Agama saat menyampaian orasi ilmiah pada Wisuda ke-17 dan Dies Natalis IIQ ke-39 di gedung Pesantren Takhassus Al-Qur'an IIQ, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (27/8) lalu.

Karena itu pada peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2016 nanti, Kementerian Agama juga akan mencanangkan Gerakan Budaya Tulis Al-Qur’an yang diawali secara simbolis oleh para santri dari berbagai pondok pesantren.

Menteri Agama mengatakan, pihaknya bersyukur saat ini minat umat Islam di Indonesia untuk belajar Al-Qur’an semakin meningkat. Berbagai metode baru belajar Al-Qur’an muncul yang didukung berbagai aplikasi teknoogi modern, serta banyak sekali program tahfidz Al-Qur’an.

Dalam Orasi Ilmiah yang dengan tema “Implementasi Kandungan Al-Qur'an di Bumi Nusantara” ia menyampaikan, proses pembumian Al-Qur’an sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke Nusantara secara damai.

Beberapa ulama Indonesia juga mempunyai keahlian khusus di bidang Al-Qur’an dan telah mempunyai karya monumental serta diakui dunia. Di bidang tafsir Al-Qur’an ia menyebut nama Syekh Nawawi Banten dengan Tafsir Marah Labid, Buya Hamka dengan Tafsir Al-Azhar, Hasbi As-Syidiqi dengan Tafsir Al-Bayan, KH Bisri Musthofa dengan Tafsir Al-Ibriz dan Prof Quraisy Syihab dengan Tafsir Al Misbah.

Di bidang nadzam dan tilawah ada Tubagus Shalih Ma'mun, KH Bashori Alwi, H Muammar ZA dan Hj Maria Ulfa. Nama terakhir ini adalah qaria’ah internasional yang bersal dari IIQ sendiri.

Sementara di bidang qiraat ada KH Arwani Kudus, KH Abdullah Salam Nawawi Bantul, KH Amrun Rawasari, Hj Nur Asmah, KH Ahmad Fathoni, dan KH Ahsin Sakho Muhammad yang pernah menjadi Rektor IIQ.

Perkembangan ilmu Al-Qur’an saat ini juga didukung dengan penguasaan perangkat disiplin keilmuan modern sehingga diharapkan Al-Qur’an akan semakin membumi di Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. [Anam]

Cara MTsN Tulehu Ambon Cetak Pemain Sepak Bola Profesional

[caption id="attachment_2544" align="aligncenter" width="640"]Siswa MTsN Tulehu Ambon sedang berlatih sepak bola. Siswa MTsN Tulehu Ambon sedang berlatih sepak bola.[/caption]

AMBON, PENDIDIKANISLAM.ID - Pernah nonton film Cahaya Dari Timur? Ya, film tersebut mengisahkan tentang perjuangan anak-anak Ambon untuk menjadi pemain sepak bola handal tingkat nasional dan internasional. Di Ambon, khususnya daerah Tulehu, di sanalah terlahir pemain sepak bola nasional, di antaranya adalah Richardo Salampessy, Alfin Tuasalamony, Hasyim Kipuw, dan lain-lain.

Di antara sejumlah pemain sepak bola profesional yang juga berhasil memperkuat Timnas Indonesia tersebut merupakan lulusan MTs Negeri Tulehu Ambon. Hal tersebut dituturkan oleh Bapak La Amin, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan di MTsN Tulehu.

Siapa saja pemain sepak bola dari Ambon yang alumni MTsN Tulehu? Bapak La Amin menuturkan bahwa siswa-siswa MTsN Tulehu ini memang lebih dominan dalam pengembangan life skill, terutama di sepak bola.

“Alhamdulillah, selain prestasi akademik, prestasi sepak bola kami sangat bisa dibanggakan. Kami bersama masyarakat memfasilitasi anak-anak untuk latihan sepak bola. Kami juga datangkan pelatih yang berlisensi. Latihan sepak bolanya kami jadwal setiap seminggu sekali,” jelas La Amin, ketika ditemui redaktur madrasah di MTsN Tulehu (25/8) dilansir madrasah.kemenag.go.id.

[caption id="attachment_2545" align="aligncenter" width="640"]MTs Negeri Tulehu Ambon. MTs Negeri Tulehu Ambon.[/caption]

La Amin juga menambahkan bahwa MTsN Tulehu sering mengikuti event-event sepak bola tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. “Bila ada event-event seperti ini, anak-anak bisa latihan hampir tiap hari di luar jam pelajaran,” tambahnya.

Bapak La Amin juga mengungkapkan nama-nama pemain sepak bola nasional, pernah masuk timnas dan sekarang bergabung disejumlah club nasional, yang jebolan dari MTsN Tulehu adalah:

1. Ramdani Lestaluhu (Persija)
2. Hasim Kipuw (Madura United)
3. M. Rizky Pellu (Arema United)
4. Allfian Tuasalamony
5. M. Abd. Rahman Tuasalamony (PS. TNI)
6. Amin Rais Ohorella (Frenz United)
7. Abd. Ali Nahumarury (FRez United)

Mereka adalah alumni MTsN Tulehu, sebuah daerah yang di terletak di Jalan Raya Tulehu Km.23 Ambon Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Mereka bisa dibanggakan dan mereka telah mengharumkan nama madrasah.

(Red: Fathoni Ahmad)

Monday, August 29, 2016

Pemkab Sumbawa Hibahkan Tanah untuk Bangun Madrasah

[caption id="attachment_2540" align="aligncenter" width="627"]Wakil Bupati Sumbawa Abdullah saat berbincang bersama Sekjen Kemenag Nur Syam. Wakil Bupati Sumbawa Abdullah saat berbincang bersama Sekjen Kemenag Nur Syam.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara barat (NTB) menghibahkan asetnya berupa tanah seluas 3,4 hektar untuk pembangunan madrasah di Sumbawa. Tanah 3,4 hektar tersebut selanjutnya akan ditambah 1,6 hektar melalui APBDP sehingga luasnya menjadi 5 hektar. Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah kepada Sekretaris Jenderal Kemenag Nur Syam di kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Jakarta, Jumat (27/8) kemarin.

"Semua tanah tersebut saat ini masih dalam proses administrasi pensertifikatan di BPN," kata Wakil Bupati Sumbawa dalam kunjungan kerjanya ke Kemenag. Hibah aset tersebut ditandai dengan penandatanganan akta hibah antar kedua belah pihak.

Sekjen Kemenag Nur Syam mengapresiasi langkah positif yang dilakukan pemda Sumbawa ini. Menurutnya, upaya yang dilakukan oleh pemda Sumbawa ini dalam kerangka untuk menjaring kerjasama dengan Kementerian Agama sangat membanggakandan ini akan ada dampak positif dalam membangun kerja sama ini.

"Saya mengapresiasi atas upaya pemerintah daerah dalam rangka untuk membangun jejaring dengan Kementerian Agama, karena kita tahu betul bahwa sekarang ini, kemitraan yang kita bangun adalah kemitraan Kementerian/ Lembaga dengan masyarakat atau dunia usaha," ucap Sekjen yang didampingi Sekretaris Dirjen Pendidikan Islam Isom Yusqi dilansir kemenag.go.id.

Dikatakan Nur Syam, kita mempunyai program-program unggulan dibidang pendidikan, misalnya peningkatan pendidikan di daerah 3T, Terluar, Terpencil dan Tertinggal yang itu kemudian sedang kita galakkkan. Kemudian juga program-program didaerah perbatasan, kita sungguh sungguh berupaya di daerah-daerah perbatasan itu ada program-program unggulan kita. Program unggulan itu seharusnya memang ditempatkan di daerah perbatasan misalkan di Sumbawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Manokwari, dan daerah 3T lainnya.

"Di daerah-daerah perbatasan tersebut menurut saya harus kita bangun sekolah-sekolah unggulan, madrasah madrasah unggulan," terang Sekjen.

Menurutnya, kita sudah punya skema seluruh provinsi punya Madrasah Insan Cendekia, itu merupakan cara kita untuk membangun pendidikan di seluruh Indonesia yang memiliki kapasitas, dan kapabilitas yang luar biasa.

Hal lain yang tak kalah menarik adalah Madrasah Aliyah Kejuruan. Sejauh ini, kata Nur Syam, kita sudah mempunyai Peraturan Menteri Agama (PMA) nya sebagai regulasinya. Kita juga sudah punya beberapa madrasah aliyah kejuruan yang kemudian juga bisa menjadi prototipe pengembangan madrasah kejuruan didaerah yang lain.

"Kalau Sumbawa ada keinginan membangun Madrasah Aliyah Kejuruan, tentu ini sesuatu yang positif kita sambut dan ini lalu menjadi agenda Ditjen Pendidikan Islam untuk kalau sudah ada penyerahan tanahnya supaya bisa dianggarkan tahun depan untuk melakukan pembangunan fisiknya," ucap Nur Syam.

(Red: Fathoni Ahmad)

Saturday, August 27, 2016

Ini Daftar Lengkap Para Juara Kompetisi Sains Madrasah 2016

[caption id="attachment_2520" align="aligncenter" width="640"]Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 Pontianak. Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Setelah melalui persaingan ketat, lahirlah para juara di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 tahun 2016 di Pontianak. Lomba ditutup pada Jumat (26/8) malam. Selanjutnya para juara tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Nomor 4777 Tahun 2016 tentang Penetapan Pemenang KSM.

Adapun daftar lengkap nama para juara di KSM 2016 dari tingkat MI, MTs, MA, dan MAN IC dapat dilihat di link ini: Website Direktorat Pendidikan Madrasah

Provinsi Jawa Timur kembali menjuarai Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Setelah menjadi juara umum di beberapa KSM sebelumnya, di KSM 2016 yang berlangsung di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mereka juga menyabet titel serupa.

Jawa Timur berhak mendapat gelar sebagai juara umum dengan menyabet 11 piala dengan rincian 9 emas pada bidang lomba; Matematika, IPA (MI), Matematika, Biologi, Fisika (MTs), Matematika, Biologi, Kimia, Ekonomi (MA), dan 2 perak; Geografi, Fisika (MA). Juara 2 diraih kontingen Jawa Tengah dengan 6 emas dan 5 perak, sementara peringkat 3 diraih Provinsi Jawa Barat dengan perolehan 5 medali emas, 3 perak dan 3 perunggu.

Pemenang lomba-lomba yang ditetapkan dalam keputusan ini akan mendapatkan penghargaan berupa: medali, piagam penghargaan, dan bantuan studi apresiasi prestasi. Berikut rincian penghargaan:

Madrasah Ibtidaiyah (MI):
Medali Emas : 5.000.000,-
Medali Perak : 4.000.000,-
Medali Perunggu : 3.000.000,-

Madrasah Tsanawiyah (MTs):
Medali Emas : Rp. 6.000.000,-
Medali Perak : Rp. 5.000.000,-
Medali Perunggu : Rp. 4.000.000,-

Madrasah Aliyah (MA):
Medali Emas : Rp. 7.000.000,-
Medali Perak : Rp. 6.000.000,-
Medali Perunggu : Rp. 5.000.000,-

Peraih penghargaan:
1) The Best Overall : Rp. 3.000.000,-
2) The Best Theory : Rp. 3.000.000,-
3) The Best Exploration/Experiment: Rp. 3.000.000,-

(Fathoni Ahmad)

Tutup KSM 2016, Ini Pesan Direktur Pendidikan Madrasah

[caption id="attachment_2535" align="aligncenter" width="640"]Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan saat menyampaikan sambutan di penutupan KSM 2016 Pontianak. Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan saat menyampaikan sambutan di penutupan KSM 2016 Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Direktur Pendidikan Madrasah Nur Kholis Setiawan menyampaikan, pendidikan madrasah diharapkan dapat menjadi wasilah untuk melahirkan generasi-generasi muda berkualitas, berwawasan luas, dan generasi muslim yang baik. Harapan itu diungkapkan oleh Nur Kholis saat menutup acara Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 di Pontianak, Kalimatan Barat, Jumat (27/8) malam.

"Mari kita wujudkan langkah gerak kita, pendidikan madrasah sebagai wasilah untuk melahirkan generasi muslim yang berkualitas, baik dan benar," kata Nur Kholis seperti dilansir kemenag.go.id.

Dalam sambutannya, Nur Kholis Setiawan yang mewakili Sekjen Nur Syam menyampaikan dua nasihat ulama besar yang berasal dari Kalimantan Barat Akhmad Khatib Assambasi dan ulama dari Banten Syekh Nawawi Al-Bantani.

Akhmad Khatib Assambasi pernah menulis buku tasawuf Fath Al-Arifin, yang bunyinya wa-laysa ala fi lii maziidun, yang intinya, merepresentasikan kerendahan hati dan ketawadhuan. Dan dilanjutkan dengan kata wa-lakin likulli zamanin tajdidun, yang kira-kira maksudnya, tetapi dalam setiap masa terdapat pembaharuan, yang mewakili sikap percaya diri dalam berfikir, berkarya dan menorehkan prestasi.

"Ingat, bahwa di dalam suatu masa pasti ada pembaharuan. Meskipun sikap yang kita utamakan adalah ketawadhuan, penuh dengan kerendahan hati, tetapi tidak perlu meninggalkan kepercayaan diri," jelasnya.

Nasihat Akhmad Khatib Assambasi ini diuraikan Nur Kholis, agar para siswa-siswi madrasah kiranya dapat dapat mengingat bahwa kecemerlangan masa depan setiap siswa-siswa tergantung pada apa yang dilakukan pada hari ini. "Semoga KSM menjadi wasilah kecemerlangan dan kegemilangan di masa depan," kata Nur Kholis.

Diharapkan Nur Kholis, agar siswa-siswi madrasah harus mengedepankan akhlak yang menjadi bagian revolusi mental. Sebab ditengah-tengah kerendahan hati, tunjukan bahwa kalian mampu, berprestasi, tunjukan bahwa kalian adalah pemimpin di masa mendatang.

Imam Nawawi Al Bantani juga pernah menulis buku tasawuf Marah Labid Tafsir Al-Nawawi atau dikenal dengan Tafsir Munir, yang sejalan dengan Akhmad Khatib Assambasi, dalam kitabnya menjelaskan bahwa adanya sinergi moralitas dengan intelektualitas.

"Moral sebagai pembimbing siswa-siswi madrasah untuk dapat melahirkan generasi dan pemimpin bangsa dimasa mendatang. Setiap yang kalian raih dari sekian banyak medali, baik emas, perak dan perunggu, adalah salah satu wasilah atas penghargaan prestasi yang kalian raih," ucap Nur Kholis.

Disampaikan Nur Kholis, sesungguhnya semua siswa-siswi madrasah memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama, dengan bekerja keras akan bisa mencapai semuanya. Dengan keseriusan pasti menghasilkan kegemilangan, ketika ada kekurangan, belum sukses, kita juga jangan mudah terjermus atas keputusasaan.

Menutup sambutannya, ia berpesan, bahwa harus ada sinergi dimensi pikir, kreativitas, intelektualitas, dengan dimensi moral, religius, keagamaan, sehingga dimensi kehidupan semakin berimbang.

"Kesempatan KSM bukan saja menjadi ajang silaturahim, tapi juga wahana saling share antar anak madrasah, sehingga kalian menjadi anak generasi bangsa yang lebih berkualitas dimasa mendatang," tutup Nur Kholis.

Pada KSM tahun 2016 ini, Provinsi Jawa Timur berhasil meraih juara umum Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 Tahun 2016. Jawa Timur berhak mendapat gelar sebagai juara umum dengan menyabet 11 piala, dengan rincian 9 emas pada bidang lomba; Matematika, IPA (MI), Matematika, Biologi, Fisika (MTs), Matematika, Biologi, Kimia, Ekonomi (MA), dan 2 perak; Geografi, Fisika (MA). Juara 2 diraih kontingen Jawa Tengah dengan 6 emas dan 5 perak, sementara peringkat 3 diraih Provinsi Jawa Barat dengan perolehan 5 medali emas, 3 perak dan 3 perunggu. (Red: Fathoni Ahmad)

IIQ Berikan Beasiswa S2 untuk Calon Ulama Perempuan

Ketua yayasan dan rektor IIQ bersama menteri agamaInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta yang didukung oleh Kementerian Agama memberikan perhatian khusus terhadap kelangkaan ulama perempuan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan beasiswa Strata Dua (S-2) di bidang ilmu Al-Qur’an khusus bagi para calon ulama perempuan.

Demikian disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim saat memberikan sambutan dan orasi ilmiah dalam prosesi Wisuda ke-17 dan Dies Natalis IIQ ke-39 di gedung Pesantren Takhassus Al-Qur'an IIQ, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (27/8).

IIQ adalah satu-satunya lembaga pendidikan tinggi Islam swasta di Indonesia untuk tingkat S-1 yang secara khusus mendidik kaum perempuan dengan konsentrasi pada bidang ilmu-ilmu Al-Qur'an, khususnya tahfiz, tafsir, rasm dan qiraat Al-Qur'an.

Menurut Menteri Lukman, tahun ini Kementerian Agama akan memberikan beasiswa S-2 khusus bagi kaderisasi ulama perempuan yang ditempatkan di kampus IIQ Jakarta. Program S-2 ini menggunakan format kelas internaional dengan bahasa pengantar bahasa Arab.

“Program ini merupakan respon Kementerian Agama terhadap kelangkaan ulama perempuan sekaligus dalam rangka pengatusutaman gender,” katanya.

Ditambahkannya, Kementerian Agama akan selalu berkomitmen mendukung program  yang dicanangkan IIQ dalam upaya pemberdayaan perempuan yang berbasis pada ilmu-ilmu Al-Qur’an.

Sekretaris Umum Yayasan IIQ Jakarta H. Azhari Baedlawi sebelumnya menegaskan, memang kekhasan IIQ adalah mahasiswa yeng belajar di tingkat S-1 seluruhnya perempuan. “Kami menyadari bahwa perempuan mempunyai peranan yang sangat strategis sebagai salah satu unsur penentu kualitas generasi sebuah bangsa,” katanya.

Rektor IIQ Prof Dr Hj. Huzaemah T. Yanggo melaporkan jumlah wisudawati yang lulus untuk tingkat S-1 sebanyak 138 sarjana dengan perincian 31 sarjana fakultas syariah prodi muamalah, 30 sarjana fakultas ushuluddin prodi ilmu al- Qur'an dan tafsir, dan 77 fakultas tarbiyah.

Untuk jenjang S-2 IIQ meluluskan 36 sarjana dengan rincian 12 magister untuk konsentrasi Ulumul Quran dan Ulumul Hadits, 16 magister untuk konsentrasi syariah dan 8 magister untuk konsentrasi tarbiyah. Keseluruhan sarjana yang diwisuda berjumlah 174  sarjana.

Pada kesempatan itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga meresmikan pembukaan Program doktor (S-3) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) yang mengambil konsentrasi pada bidang kajian ilmu Al-Qur’an, khususnya qira’at, rasm dan tahfiz. (*)

IIQ Jakarta Gelar Dies Natalis XXXIX dan Wisuda XVII

wisuda iiqTangsel, PendidikanIslam.id - Institus Ilmu Al-Qur’an menggelar kegiatan Dies Natalis ke-39 dan Wisuda ke-17 di gedung Pesantren Takhassus Al-Qur'an IIQ, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (27/8).

IIQ adalah satu-satunya lembaga pendidikan tinggi Islam swasta di Indonesia untuk tingkat S-1 yang secara khusus mendidik kaum perempuan dengan konsentrasi pada bidang ilmu-ilmu Al-Qur'an, khususnya tahfiz, tafsir, rasm dan qiraat Al-Qur'an.

Sekretaris Umum Yayasan IIQ Jakarta H. Azhari Baedlawi mengatakan, kekhasan IIQ adalah mahasiswa yang belajar di tingkat S-1 seluruhnya perempuan.

“Kami menyadari bahwa perempuan mempunyai peranan yang sangat strategis sebagai salah satu unsur penentu kualitas generasi sebuah bangsa,” katanya.

Rektor IIQ Prof Dr Hj. Huzaemah T. Yanggo melaporkan jumlah wisudawati yang lulus untuk tingkat S-1 sebanyak 138 sarjana dengan perincian 31 sarjana fakultas syariah prodi muamalah, 30 sarjana fakultas ushuluddin prodi ilmu al- Qur'an dan tafsir, dan 77 fakultas tarbiyah.

Untuk jenjang S-2 IIQ meluluskan 36 sarjana dengan rincian 12 magister untuk konsentrasi Ulumul Quran dan Ulumul Hadits, 16 magister untuk konsentrasi syariah dan 8 magister untuk konsentrasi tarbiyah. Keseluruhan sarjana yang diwisuda berjumlah 174  sarjana.

Pada kesempatan itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga meresmikan pembukaan Program doktor (S-3) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) yang mengambil konsentrasi pada bidang kajian ilmu Al-Qur’an, khususnya qira’at, rasm dan tahfiz.

Jawa Timur Juara Umum KSM 2016 di Pontianak

[caption id="attachment_2529" align="aligncenter" width="640"]Para Juara Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 di Pontianak. Para Juara Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 di Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID – Provinsi Jawa Timur kembali menjuarai Kompetisi Sains Madrasah. Setelah menjadi juara umum di beberapa KSM sebelumnya, di KSM 2016 yang berlangsung di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mereka juga menyabet titel serupa.

Lomba ditutup pada Jumat (26/8) malam. Setelah melalui persaingan ketat, lahirlah para juara. Selanjutnya para juara tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Nomor 4777 Tahun 2016 tentang Penetapan Pemenang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Nasional 2016 di Pontianak.

Pemenang lomba-lomba yang ditetapkan dalam keputusan ini akan mendapatkan penghargaan berupa: medali, piagam penghargaan, dan bantuan studi apresiasi prestasi. Berikut rincian penghargaan:

Madrasah Ibtidaiyah (MI):
Medali Emas : 5.000.000,-
Medali Perak : 4.000.000,-
Medali Perunggu : 3.000.000,-

Madrasah Tsanawiyah (MTs):
Medali Emas : Rp. 6.000.000,-
Medali Perak : Rp. 5.000.000,-
Medali Perunggu : Rp. 4.000.000,-

Madrasah Aliyah (MA):
Medali Emas : Rp. 7.000.000,-
Medali Perak : Rp. 6.000.000,-
Medali Perunggu : Rp. 5.000.000,-

Peraih penghargaan :
1) The Best Overall : Rp. 3.000.000,-
2) The Best Theory : Rp. 3.000.000,-
3) The Best Exploration/Experiment: Rp. 3.000.000,-

Adapun rincian detail nama-nama siswa peraih medali di KSM 2016 dari tingkat MI, MTs, MA, dan MAN IC dapat dilihat di sini: Website Direktorat Pendidikan Madrasah.

(Fathoni Ahmad)

Friday, August 26, 2016

Ketika Juri Kagum pada Kecerdasan Siswa Madrasah Peserta KSM 2016

[caption id="attachment_2526" align="aligncenter" width="640"]Siswa madrasah peserta KSM 2016 di Pontianak saat sedang mengerjakan soal. Siswa madrasah peserta KSM 2016 di Pontianak saat sedang mengerjakan soal.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Peserta KSM mulai dari tingkat MI/SD, bidang yang dilombakan adalah Matematika dan Agama Islam, IPA dan Agama Islam. Sedang tingkat MTs/SMP, Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam serta Fisika dan Agama Islam. Sementara untuk tingkat MA/SMU, ada 6 bidang perlombaan, yakni Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam, Fisika dan Agama Islam, Kimia dan Agama Islam, Ekonomi dan Agama Islam serta Geogragfi dan Agama Islam.

Astari Dwiranti (27) salah satu juri KSM ke-5 2016 pada cabang Biologi mengungkapkan kekagumannya melihat kemampuan siswa-siswa madrasah, setelah memeriksa hasil dan semua karya yang ada, termasuk siswa MAN IC yang juga saling bersaing sesama madrasah percontohan di setiap provinsi itu.

"Kecerdasan siswa-siswi madrasah peserta KSM patut diacungi jempol," kata Astari seperti dilansir kemenag.go.id.

Astari yang juga berkiprah sebagai Dosen di Surya University ini memaparkan bahwa soal-soal yang diberikan kepada peserta relatif bervariasi, ada yang memiliki tingkat kemudahan, hingga soal-soal yang paling sulit. Ini dikarenakan, ajang KSM merupakan kompetisi pada tingkat nasional.

"Kami melihat dari sisi keterampilan dan kemampuan peserta dalam memahami soal, serta kreativitas siswa, hampir bisa mengisolasi DNA," tutur Astari.

Selanjutnya, Tutun Nugraha, sebagai juri pada bidang Kimia, menyampaikan dan mengaku kaget dengan kemampuan siswa-siswi madrasah se-Indonesia ini peserta KSM. Sebab, menurut penilaian Tutun Nugraha, bentuk soal-soal yang ada terbilang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, meskipun tetap mengacu pada silabus yang ada. Beberapa soal bahkan ada yang biasanya bisa ditemui pada tingkat universitas pada awal semester.

"Pada sesi teori, peserta sanggup melumat semua soal-soal, bahkan bisa dibilang mendapat nilai sempurna," kata Tutun.

Kekaguman terhadap siswa-siswa madrasah terus terucap dari Tutun Nugraha, hingga Tutun menuturkan daya juang siswa-siswi madrasah sungguh luar biasa, pengetahuan ilmu dasarnya sangat baik.

"Saya merasa bangga dengan pencapaian anak-anak madrasah ini," puji Tutun yang baru pertama kali menjadi juri dalam KSM.

Diharapkan Tutun, potensi siswa-siswi madrasah ini tidak boleh disia-siakan, kiranya dengan potensi yang dimiliki dapat dikembangkan di masa-masa yang akan datang. Karena itu, Tutun menilai sudah sepatutnya apa yang dicapai siswa-siswa madrasah dalam KSM ini bisa diberi apresiasi, tidak hanya bersifat hadiah lomba (piala), namun perlu diapresiasi dalam bentuk lain yang berdampak jangka panjang.

"Kalau bisa berikan beasiswa, untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi," ujar Tutun. (Red: Fathoni Ahmad)

Thursday, August 25, 2016

Menag Tegaskan Pemda Punya Tanggung Jawab Majukan Lembaga Pendidikan Islam

[caption id="attachment_2523" align="aligncenter" width="640"]Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (tengah). Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (tengah).[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua elemen bangsa, baik masyarakat sipil maupun pemerintah. Pendidikan Islam selain meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan siswa, juga sebagai benteng moral yang kokoh.

“Keterampilan komprehensif siswa di lembaga pendidikan Islam, baik madrasah maupun pesantren harus menjadi perhatian penuh pemerintah dari level pusat sampai daerah, karena hal ini menjadi tanggung jawab bersama,” ujar Menag didampingi Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis.

Dia menyatakan hal itu saat memberi keterangan pers sebelum membuka perhelatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional tahun 2016 di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (23/8). Menag menyamapaikan hal ini terkait pembiayaan pemerintah daerah (Pemda) bagi pendidikan yang hanya teralokasikan untuk lembaga pendidikan umum.

Adapun untuk lembaga pendidikan Islam hanya bersifat karitatif, yakni bantuan, hibah, dan lain-lain berdasarkan diskresi kepala daerah. Kebijakan model ini tidak bersifat kontinu atau keberlanjutan sehingga menghambat kemajuan pendidikan Islam sebagai penyemai ilmu pengetahuan dan akhlak.

“Kegiatan seperti KSM ini untuk memupuk siswa madrasah agar terus berprestasi di bidang sains dan ilmu agama sehingga perlu mendapat perhatian penuh dari pemerintah pusat maupun daerah,” lanjut Menag.

Sebab itu, imbuh Menag, kegiatan KSM 2016 ini dikonsentrasikan ke seluruh wilayah Indonesia dari tahun ke tahun agar Pemda juga tahu dan merasakan sehingga ikut bertanggung jawab dalam memajukan lembaga Pendidikan Islam. Menag merasa bangga kepada siswa madrasah yang selama ini mampu meraih prestasi tertinggi, baik di ajang nasional maupun internasional dalam bidang sains seperti matematika, robotik, dan penemuan-penemuan luar biasa yang bermanfaat untuk masyarakat luas.

Dalam kegiatan KSM ke-5 tahun 2016 yang berlangsung di Kota Pontianak tanggal 22-27 Agustus 2016 ini, ada sekitar 446 siswa madrasah, baik MI, MTs, dan MA dari 34 provinsi di Indonesia yang bersaing meraih prestasi tertinggi. Jumlah tersebut merupakan para siswa terbaik di provinsinya masing-masing melalui seleksi di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.

Untuk tingkat MI/SD, bidang yang dilombakan adalah Matematika dan Agama Islam, IPA dan Agama Islam. Sedang tingkat MTs/SMP, ada Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam serta Fisika dan Agama Islam. Sementara untuk tingkat MA/SMU, ada 6 bidang perlombaan, yakni Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam, Fisika dan Agama Islam, Kimia dan Agama Islam, Ekonomi dan Agama Islam serta Geogragfi dan Agama Islam. (Fathoni Ahmad)

Kekaguman Menag kepada Siswa Madrasah, Ini 5 Pesannya di KSM 2016

[caption id="attachment_2520" align="aligncenter" width="640"]Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 Pontianak. Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap besar pada perhelatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 tahun 2016 di Pontianak. Selain meningkatkan kapasitas keilmuan siswa madrasah di bidang IPTEK, ia juga mengharapkan KSM menjadi wadah siswa mengenal keberagaman dan wawasan kebangsaan.

Bersama lembaga pendidikan Islam lain seperti pesantren, madrasah mempunyai peran strategis menjadi benteng Islam Indonesia yang ramah dan mencintai keberagaman. Ia pun kagum ketika para siswa madrasah menampilkan pakaian adat dari daerahnya masing-masing dalam prosesi Defile kontingen.

Menag mengungkapkan, “melalui momentum KSM tahun 2016 ini, dirinya ingin memberikan pesan dan harapan sebagai berikut.”

Pertama, saya berharap penyelenggaraan KSM ini benar-benar dapat mendorongterwujudnya generasi ilmuwan dan cerdik-cendekia muslim yang menguasai IPTEK dan IMTAK secara seimbang dan proporsional. Saya meyakini bahwa penguasaan sains atau IPTEK justru harus dapat mengantarkan pada pemahaman ajaran agama yang lebih komprehensif yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas iman. Dengan demikian, ajaran agama tidak hanya dipahami secara dogmatis dan normatif saja, tetapi juga dapat dibuktikan secara ilmiah. Oleh sebab itu, dalam KSM kali ini materi kompetisinya tidak hanya soal-soal matematika, biologi, kimia, fisika, tetapi juga dilengkapi dengan materi Pendidikan Agama Islam. Materi pendidikan agama Islam inilah yang menjadi pembeda, point of difference dari kompetisi-kompetisi lainnya. Tentu saja ini diharapkan agar ada keseimbangan antara IPTEK dan IMTAK.

Dalam konteks ini, IMAN dan ILMU merupakan dua hal yang sangat penting,bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya bukan untuk dipertentangkan dan didikotomikan, akan tetapi keduanya harus mempunyai keterkaitan dan kerjasama yang saling melengkapi. Menurut salah seorang ulama dan pakar Tafsir Indonesia yang kita banggakan, Prof Dr Quraish Shihab, “IMAN menentukan arah yang dituju, sedangkan ILMU mempercepat kita sampai ke tujuan.”

Kedua, saya berharap penyelenggaraan KSM ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas “diaspora lulusan madrasah” di berbagai sektor profesi dalam rangka memberikan sumbangsih nyata terhadap pembangunan bangsa ini ke depan yang lebih kompetitif. Saya berharap lulusan madrasah bisamenjadi ilmuwan, peneliti, cendekiawan, politisi, pengusaha, pemuka masyarakat, dan pemimpin perubahan di masyarakat. Yang penting apapun dan di manapun Anda bekerja nantinya, Anda harus mengedepankan pada integritas serta profesionalitas. Anda harus jujur dan mau bekerja keras!

Ketiga, saya berharap anak-anak madrasah dapat menjadi benteng pertahanan penyebaran virus-virus dekadensi moral remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, miras, seks bebas, tawuran pelajar, radikalisme agama, dan perilaku menyimpang lainnya. Dengan demikian, saya yakin bahwa anak-anak Madrasah akan tumbuh menjadi benteng pertahanan NKRI serta benteng keislaman dan keindonesiaan.

Keempat, Percuma Anda pintar dan mempunyai IQ tinggi, jika Anda tidak bermanfaat bagi sesama. Sebaik-baiknya orang adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesama. Percuma Anda dapat menyabet juara Olimpiade atau KSM, tetapi tidak mempunyai keterampilan sosial yang cukup, tidak pandai berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, tidak punya empati dan simpati kepada orang lain. Yakinlah bahwa pintar saja tidak cukup mengantarkan Anda menjadi sosok hebat dan belum tentu bisa survive dalam mengarungi kehidupan yang semakin menantang di kemudian hari. Justru, saya meyakini bahwa orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosi dan keagamaan yang tinggi lebih berpeluang meraih kesuksesan karier dan hidup di masyarakat. Dan saya berharap ini hanya dimiliki oleh siswa-siswi madrasah.

Kelima, saya berharap ajang KSM ini tidak hanya digunakan sebagai ajang perkenalan dan pertemuan biasa saja. Akan tetapi, hendaknya momentum ini juga digunakan sebagai ajang silaturrahmi dan komunikasi antar sesama anggota peserta yang datang dari berbagai provinsi seluruh Indonesia untuk saling tukar pikiran, tukar gagasan dan tukar pengalaman. Ini merupakan sebuah kesempatan yang baik untuk menjalin jaringan dan mempererat ukhuwwah islamiyah dan juga ukhuwwah wathoniyah untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Siapa tahu Anda akan saling bertemu lagi di Gedung Senayan, di Lembaga Kementerian/Lembaga, dan di forum-forum strategis lainnya baik di pentas nasional bahkan internasional di masa nanti.

“Pada kesempatan yang sangat membanggakan ini, atas nama pribadi dan pemerintah, saya ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menyukseskan penyelenggaraan gelaran KSM 2016 ini,” ungkapnya.

Tak lupa, imbuhnya, rasa bangga, cinta, dan sayang, saya curahkan semuanya kepada seluruh adik-adik siswa-siswi madrasah dan guru-guru madrasah dari Sabang sampai Merauke atas partisipasi aktifnya dalam mengikuti ajang KSM ini sebagai wadah pembentukan karakter bangsa yang unggul. “Semoga dari kalian lahir barisan pemimpin bangsa yang berkualitas di masa mendatang,” tutup Menag. (Fathoni Ahmad)

Belajar Kebenaran kepada Gajah

belajar pada gajahAlkisah, penduduk  suatu kota  itu ingin sekali melihat seekor gajah perkasa yang ikut serta bersama rombongan raja. Mereka merasa penasaran ingin menyaksikan seperti apa si gajah yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Konon gajah itu menjadi andalan dalam mengalahkan musuh-musuh kerajaan.

Beberapa pemuda diizinkan mendekati gajah. Syaratnya, mata mereka harus tertutup. Mereka mengelilingi si gajah perkasa.

Karena  sama  sekali tidak mengetahui bentuk dan ujud gajah, mereka pun meraba-raba sekenanya, mencoba membayangkan  gajah dengan menyentuh bagian tubuhnya.  Masing-masing berpikir telah mengetahui sesuatu, sebab telah menyentuh bagian tubuh tertentu.

Ketika mereka kembali ke tengah-tengah kota,  orang-orang pun  berkerumun di sekeliling mereka. Kerumunan  orang itu bertanya tentang bentuk dan ujud gajah: dan mendengarkan segala yang diberitahukan kepada mereka.

Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk  gajah. Jawabnya, "Gajah itu lebar, kasar, besar, dan luas, seperti babut."

Orang yang meraba belalainya berkata, "Saya tahu keadaan sebenarnya.  Gajah  itu bagai pipa lurus dan kosong, dahsyat dan suka menghancurkan".

Orang yang menyentuh kakinya  berkata,  "Gajah  itu  perkasa kokoh, bagaikan tiang."

Masing-masing  telah  meraba satu bagian saja.

Tiba-tiba sang raja datang membawa gajah kesayangannya. Para penduduk kota terkejut. Rupanya bentuk gajah tidak seperti yang mereka kira.

Sang raja yang juga seorang ulama sufi kemudian mengatakan, bahwa sesungguhnya panca indra dan akal kita mempunyai keterbatasan dalam mengetahui kebenaran sejati. [Khoirul Anam]

Wednesday, August 24, 2016

Kesebelasan Pengahafal Al-Qur’an

kesebelasan penghafal alqur'anAnak-anak kecil ini duduk berjajar sila setengah lingkaran. Jumlahnya sebelas. Masing-masing menghadapi recal yang di atasnya terbuka kitab suci Al-Quran. Mereka lalu membaca bersama-sama Surat Ath-Thariq. Sekonyong-konyong bacaan mereka berhenti. Pasalnya ada bunyi satu ketukan. Mereka mengulang satu kalimat. Jika ketukan berbunyi lagi, kembali mereka mengulang.

Sebelas anak itu sedang diperiksa bacaannya, mulai makhorijul huruf, panjang pendeknya bacaan, dan waqafnya. Jika ada yang tak beres, maka ketukan itu berbunyi. Sumbernya dari tangan Ustadz Ramdani yang duduk bersandar ke sebuah tiang di tengah majelis ta’lim di hadapan mereka.

Pemeriksaan bacaan itu rutin dilakukan tiap malam, kecuali malam Jumat. Tiap malam membaca satu surat pada juz 30. Ketika sampai surat An-Nas, esoknya mereka akan memulai lagi dari ‘amma yatasyalun demi menjaga hafalan juz terakhir tersebut. Begitu putaran waktu sebelas anak yang dilakukan selepas isya di majelis ta’lim Al-Guroba, Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten.

Mereka tidak hanya diperiksa bacaan, tapi juga menghafalnya. Pagi selepas Subuh, mereka akan setor beberapa ayat ke Ustad Ramdani. Siang, selepas dhuhur, mengulang hafalan. Sore setor. Maghrib mengulang. Kemudian ketemu isya lagi, diperiksa bacaan juz 30.

Pada ashar dan maghrib, mereka harus menyatu dengan santri kalong. Waktu ashar, sekitar 40an anak datang ke majelis itu. Rata-rata usia mereka 10 tahun ke bawah. Mereka akan belajar membaca Iqra di berbagai tingkatan, menghafal doa-doa, ayat-ayat pendek, serta Ratib Haddad.

Selepas magrib, sekitar 50an anak datang lagi ke masjid itu. Kali ini usia mereka 10 tahun ke atas sampai usia kelas 3 SMA. Mereka juga belajar membaca Al-Quran dan menghafalnya. Sebelum dihafal, mereka diberi tahu dulu cara membacanya.

Cara mengaji di majelis itu adalah, sekitar tiga anak maju dengan Al-Qurannya masing-masing ke hadapan Ramdani. Kemudian membacakaan ayat masing-masing secara bersamaan. Bisa saja mereka membaca ayat berbeda karena capaian ketiganya berbeda. Masing-masing membacakannya sampai tiga ayat. Anak yang tidak dikoreksi, dia akan segera mundur. Sementara yang belum lancar, akan tetap di situ sampai bisa. Setelah bisa, dia akan mundur juga digantikan yang lain. Terus begitu. Ramdani menyimak semuanya dengan cermat dan benar. Ia memejamkan mata, sesekali buku tangannya mengetuk recal, jika bacaan sang anak meleset.

“Bapak itu aneh, ngantuk aja tahu kalau bacaan saya salah. Padahal ia menyimak bacaan tiga orang,” ujar Syahrul, salah seorang santri.

Ramdani adalah sedikit ustad yang hafal Al-Qur’an 30 juz di luar kepala. Bahkan Iqra saja hafal karena saking seringnya mengajar. Kemudian menyimak bacaan anak-anak seperti dengan feeling saja. “Yang salah itu anak mana saya nggak tahu,” katanya, “tapi telinga saya merasakan ada yang salah baca,” lanjutnya.

Sementara membagi konsentrasi, fokus ketiga anak dengan bacaan berbeda, menurut dia karena sering dilakukan dan dalam waktu lama, bertahun-tahun. “Siapa pun bisa kalau sering dan lama melakukannya,” katanya.

Menghafal dari depan dan Belakang

Kesebalasan anak itu adalah mereka yang tidur di pondok yang didirikan Ramdani. Ia menamainya dengan Bustanu Musyaqil Qur’an. Di situ cuma tiga kamar kamar kecil. Di antara mereka ada yang masih sekolah formal, hanya mengaji, dan mengaji sambil bekerja. Makan dan minum ditanggung Ramdani. Bahkan di antara mereka, yang yatim piatu, disedikan uang jajannya.

Santri-santri itu penghafal Al-Qur’an itu dibagi dua kelompok. Bagi yang hanya ngaji, memulai menghafal dari juz 1 ke belakang. Sementara yang masih sekolah dan bekerja dari juz 30 mundur. Capaian tertinggi santri yang cuma menghafal atas nama Syahrurramadhan. Anak Betawi itu sudah hafal 21 juz. Sementara yang masih sekolah atas nama Ilman Fernando Chaniago. Di bawahnya ada Fajri, anak Prubalingga yang hafal 10 juz. Anak keturunan Sumatera Barat yang sekarang duduk di kelas 1 SMA tersebut hafal 6 juz dari juz 30 ke juz 24.

“Awalnya ngaji aja nggak mau. Dianterin orang tuanya ke sini, nggak ngaji, nggak apa, nangis mulu,” kata Ramdani mengisahkan Ilman yang masuk masuk tahun 2012.

Sekali waktu ada orang tua yang menceritakan nilai anaknya di sekolah jelek. “Santai saja. Kita lihat perubahannya. Nanti kalau dia sudah tahu caranya menghafal akan berubah,” jawab Ramdani .

Jawaban Ramdani tidak omong kosong. Sekarang banyak anak yang ngaji di situ menduduki ranking satu di kelasnya. Bisa dipastikan anak-anak majelis di berada dalam 10 besar di tingkatannya masing-masing. Termasuk Syahrul waktu sekolah, ia tak lepas dari ranking 2 atau 3. Sementara ranking 1 juga dari majelis itu. “Kalau sudah tahu metodenya menghafal ya begitu,” katanya.

Keberhasilan Ramdani juga ditunjukkan pada sebelas anak itu. Selain Syahrul 21 Juz, ada Fajriyanto 10 juz, Ilman 6 juz,  Ilham 4 juz, Akbar, Afwan, dan Alfin  juz dua, Rayan dua juz.  Sementara Bakti dan yuda baru mulai menghafal. Serta puluhan anak yang sudah menghafal doa-doa, surat pendek, dan Ratib Haddad.

Keberhasilan itu didapat karena keseriusan dari dua belah pihak, Ramdani dan santri-santrinya. Terutama tekun menghafal dan disiplin jadwal. Sebetulnya, jadwal itu longgar dan bisa dikatakan berbeda. Misalnya, Syahrul hari Senin pagi setoran, siang ngulang, sore hafalan. Maghrib membantu mengajar ngaji tak lebih dari 4 sampai 5 orang.

Mulanya dari Radio

Ramdani, pria kelahiran Cileduk, Jakarta 1976 tersebut mengaku berasal dari keluarga pedagang. Hampir semua saudaranya berprofesi itu. Selepas SD tiba-tiba saja dia ingin mondok, ia nyantri sambil sekolah tingkat SMP di salah satu pesantren di Kebon Jeruk, Jakarta Barat di bawah asuhan KH Dasuki Adnan. Pesantren itu bergaya salafi modern.

Menurut dia, mulanya minat ke pondok pesantren karena pas kecil sekitar tahun 80an, tiap pagi ayahnya mendengar ceramah-ceramah agama di radio atau lagu-lagu kasidah dan gambus. Suatu ketika ayahnya pernah bilang, “jadi penceramah dan guru ngaji itu enak. Tidak kerja.”

Minatnya pada ilmu agama, selepas SMP, ia lanjutkan nyantri sambil sekolah di Pesantren Darut Tafsir, Bogor, Jawa Barat, di bawah Asuhan KH Istikhori Abdarurohman. Selepas lulus, ia balik lagi ke rumah. “Nganggur, kerja nggak, kuliah juga nggak,” katanya.

Kemudian ia memaksa orang tuanya untuk melanjutkan mondok. Padahal waktu itu juga ayahnya meminta untu kuliah. Tapi ia bersikeras untuk mondok lagi. Kali ini ingin ke pesantren hafalan Al-Qur’an.

Akhirnya pada tahun 1995, ia diberi ongkos 200 ribu oleh orang tuanya. Tujuannya kota Demak, Jawa Tengah. Kota itu ia tuju bukan tak berdasar, melainkan atas keterangan gurunya semasa di Darut Tafsir. Di daerah tersebut, konon ada pesantren khusus menghafal Al-Quran. Namanya pesantren Bustanu Musyakil Quran, taman pencinta A-Qur’an di bawah asuhan KH Harir Muhammad.

Di situlah ia kemudian membaca Al-Quran bin nadhar selama 6 bulan. Ketika akan melanjutkan menghafal Al-Quran, ia disuruh pulang dulu, diminta kiainya untuk meminta izin orang tua memulai menghafal Al-Qur’an. “Karena udah terpaksa orang tua memberikan izin. Saya ingin dikuliahkan sama orang tua sampai S3,” terangnya.

Soal izin orang tua ini, ia terapkan juga di majelisnya. Anak harus diantar orang tuanya. Jika anaknya bolos, orang tuanya akan dipanggil, ditanya keseriusan mengaji di situ. Jika tidak serius, anak itu diminta pidah ke majelis lain. Itu ia lakukan supaya tidak meracuni temannya yang lain. Tidak mencontohkan untuk bolos dan sebagai peringatan bagi yang lain supaya serius.

Pada tahun 2002 ia menikah dengan gadis kelahiran Desa Binong. Di situ ia mengajar sekolah formal di yayasan pendidikan milik mertuanya. Di tengah aktivitasnya, ia tetap merawat hafalannya. Bercita-cita juga ingin membangun majelis sendiri untuk prnghafal Al-Quran. “Orang yang hafal itu berharap ada yang hafal dari dirinya sendiri,” katanya.

Karena, kata dia, mengajarkan baca Al-Qur’an dan membimbing orang lain menghafalkannya, pahala akan mengalir terus.

Untuk mewujudkan cita-citanya itu, pada tahun 2010, ia berhenti total dari aktivitas mengajar di sekolah formal. Ia membangun majelis di atas tanah miliknya. Kemudian tahun 2011 mulai membangun pondok 3 kamar.

Kepada anak-anak yang mengaji ia menyusupkan cerita-cerita serta keutamaan penghafal Al-Qur’an, mulai dari hadits nabi serta qaul-qaul ulama. “Sering ngasih motivasi dan bercerita keutamaan orang-orang menghafal Al-Quran,” kata Syahrul. “Nanti penghafal Al-Qur’an berhak mensyafaati 10 orang keluarganya di akhirat. Waduh banyak juga ya. Itu ingat terus sampai sekarang,” lanjut santri generasi pertama tersebut.

Ia terpesona motivasi itu karena berdasar cerita orang tuanya, leluhurnya jauh dari agama. Ada yang seumur-umur tidak shalat. ”Motivasi itu sangat luar biasa banget bagi saya. Saya ingin meneyelamatkan keluarga,” katanya. [Abdullah Alawi/NU Online]

Mengenal Tradisi Tundang yang Dibawakan Siswa Madrasah di Pembukaan KSM

[caption id="attachment_2513" align="aligncenter" width="624"]Siswa MTs Ma'arif Pontianak saat menampilkan Tradisi Tundang di pembukaan KSM 2016. Siswa MTs Ma'arif Pontianak saat menampilkan Tradisi Tundang di pembukaan KSM 2016.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Pembukaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 tahun 2016 di Pontianak Convention Center, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (23/8) dimeriahkan oleh 6 siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Pontianak. Pasalnya, mereka menampilkan tradisi Tundang (pantun kendang), membawakan pantun dengan bahasa indah dan lucu sehingga cukup mengocok sekitar 865 peserta KSM dan undangan yang hadir.

Tundang dibawakan oleh siswa MTs Ma’arif Pontianak setelah sambutan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan penampilan berbagai tarian tradisional Melayu dan Kalimantan yang dibawakan oleh siswa dan siswi MI Teladan Pontianak, MTsN 2 Pontianak, dan MAN 1 Pontianak.

Dalam membawakan Senin Tundang ini, 6 siswa yang kompak mengenakan baju tradisional Melayu berwarna hijau dengan sarung warna kuning melingkar di pinggang ini masing-masing mempunyai peran. Tiga siswa menabuh kendang kecil, 1 orang memainkan alat musik kecrek, 1 orang menabuh kendang besar, dan 1 orang membawakan pantun. Dengan kata lain, 5 orang memainkan alat musik dan 1 orang berpantun.

Siswa bernama Arief sang pembawa pantun mampu menyihir ratusan hadirin yang memadati Gedung Serba Guna Pontianak Convention Center (PCC). Diiringi kendang bertalu-talu, ia dengan logat khas Pontianak mengocok perut hadirin dari setiap bait-bait pantun yang dibacakannya. Cucuran keringat dan peluhnya dari hasil energi yang dikeluarkan saat membaca pantun menambah kocak penampilannya.

Satu per satu baris dan bait pantun yang dibawakannya menyapa hadirin, Menteri Agama, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, Dirjen Pendis Kamaruddin Amin, Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan, dan Kepala Kanwil Kemenag Kalbar dengan bahasa teratur dan mimik menggemaskan.

Pada hari ini, saye sungguh bahagie, tampil depan anda be panton dan bergaye
Banyak cewe’-cewe’ yang meratikan saye, saye jadi takot kalau bale’ dikejarnye
Baruga sebentar, dah banyak ngajak kenalan, bahkan ada cewe’ sampai minta tanda tangan
Itulah akibat, muke macam Sharukh Khan, hidop jadi susah, sana’ sini’ jadi rebotan.

Kompetisi sains, madrasah memang perlu, biar kite bisa jadi negara maju
Daripada ngumpol-ngumpol ta’ tentu rudu, Bagoslah bersaing dalam menuntot ilmu

Bunyi beberapa baris pantun tersebut merupakan sebagian yang dibacakan oleh Arief dari 17 halaman dalam ukuran buku saku berisi baris-baris pantun. Paduan Seni Tundang ini makin menemukan keselarasan karena diiringi tari-tarian dari 5 pemain musik yang mengiringi pembaca pantun. Tepuk tangan meriah diberikan hadirin ketika keenam siswa tersebut mengakhiri penampilan mempesonanya. (Fathoni Ahmad)

Tuesday, August 23, 2016

Dirjen Pendis: KSM Wadah Strategis Tingkatkan Kecintaan Siswa pada IPTEK

[caption id="attachment_2510" align="aligncenter" width="640"]Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin saat memberikan sambutan di pembukaan KSM 2016 Pontianak. Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin saat memberikan sambutan di pembukaan KSM 2016 Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID – Direktur Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin mengatakan bahwa ajang Kompetisi Sains Madrasah merupakan even dan wadah strategis untuk meningkatkan motivasi dan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Hal ini dia samapaikan saat memberikan sambutan pada acara pembukaan KSM ke-5 tahun 2016, Selasa (23/8) di Pontianak Convention Center, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Dihadapan para siswa madrasah berprestasi dari seluruh Indonesia, Kamaruddin mendorong siswa, guru dan stakeholder pendidikan Islam agar terus berupaya meningkatkan budaya belajar.

“KSM merupakan even yang strategis untuk memupuk motivasi siswa terus cinta ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui KSM diharapkan dapat mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter kuat, kokoh, tahan uji, dan memiliki kemampuan yang handal di bidangnya,” ujar Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini.

Selain itu, tambahnya, KSM akan melatih siswa meningkatkan daya nalar, kreativitas dan berpikir kritis serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan.

“Secara kelembagaan KSM diharapkan meningkatkan mutu pendidikansains di madrasah secara komprehensif, yang ditandai dengan semakin kuatnya budaya belajar, penelitian (research) dan motivasi berkompetisi meraih prestasi, menumbuhkembangkan budaya belajar, kreativitas, dan motivasi meraih prestasi terbaik dalam naungan ridho Allah SWT,” papar Doktor lulusan Universitas Bonn Jerman ini.

Materi yang dilombakan dalam KSM ini antara lain Matematika, IPA, Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi, dan Geografi. Khusus untuk MAN Insan Cendekia dilombakan secara terpisah. Peserta KSM yang terpilih dan mengikuti seleksi nasional adalah peserta yang telah terseleksi di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. Dengan kata lain, siswa-siswi madrasah terbaik dari seluruh provinsi.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan mengatakan, disamping bidang/mata pelajaran sains yang akan dilombakan, melekat juga dalam masing-masing bidang tersebut adalah materi Agama Islam.

“Jadi pembeda KSM V 2016 ini adalah terletak pada Mapel Agama Islam yang dilombakan dan juga sekaligus bentuk kepedulian terhadap ciri khas madrasah sebagaimana diamanatkan dalam UU,” jelas Nur Kholis.

Maksud selanjutnya penambahan mapel agama Islam untuk dilombakan, kata Alumnus Fakultas Syariah IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga ini adalah dalam rangka mengukur kualitas murid madrasah, paling tidak pada dimensi kognitif terhadap pendidikan agama Islam yang meliputi Al Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlaq, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Fiqih, dan Bahasa Arab.

“Harapannya, ketika PAI menjadi mapel yang dilombakan, ada keseimbangan pada tataran idealitas ketika mereka masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di jenjang Perguruan Tinggi, paradigma Interkoneksi keilmuan keislaman dengan non keislaman yang sedang digarap Kemenag dimana basisnya adalah murid madrasah,” jelasnya.

Pertimbangan selanjutnya, tambah alumnus Pesantren Tebuireng Jombang, kombinasi sains dan Agama Islam pada KSM ini adalah memberikan added values (nilai tambah) dari mapel keislaman untuk menjadi salah satu bahan sebagai bahan evaluasi terhadap efektivitas 5 mata pelajaran yang diajarkan di madrasah. (Fathoni Ahmad)

Resmi Buka KSM 2016, Menag: Saya Bangga pada Madrasah

[caption id="attachment_2507" align="aligncenter" width="628"]Menag Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan di Pembukaan KSM 2016 di Pontianak. Menag Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan di Pembukaan KSM 2016 di Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin secara resmi membuka perhelatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 tahun 2016, Selasa (23/8) di Gedung Serba Guna Pontianak Convention Center (PCC), Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Lukman hadir tepat pukul 14.00 WITA didampingi Gubernur Kalimantan Barat Cornelius, Dirjen Pendis Kamaruddin, Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan, dan Kepala Kanwil Kemenag Pontianak Syahrul Yadi.

Dalam sambutannya, Menag menyambut baik KSM dan mendukung secara penuh kegiatan seperti ini untuk terus dilaksanakan setiap tahun. Dia juga menyambut baik keterlibatan siswa sekolah umum di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada event KSM mulai tahun 2016 ini. Ini merupakan bukti bahwa siswa madrasah siap bersaing dan berkompetisi secara fair dalam setiap lomba dan kompetisi.

“Saya harus katakan bahwa saya bangga melihat kemajuan yang telah dicapai lembaga pendidikan madrasah saat ini. Siswa-siswi madrasah telah banyak menorehkan prestasi yang membanggakan bangsa Indonesia di berbagai ajang kompetisi nasional maupun internasional,” ujar Menag di hadapan sekitar 865 peserta dan pendamping KSM dari seluruh Indonesia.

Saat ini, lanjut Menag, bangsa Indonesia sedang memasuki era persaingan bebas di tingkat regional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan juga persaingan global. Kita tidak boleh lagi bangga dengan kekayaan alam yang kita miliki. Kekayaan alam yang melimpah tanpa didukung kualitas SDM yang unggul dan berintegritas hanya akan semakin menyengsarakan dan menghinakan kita.

“Kekayaan alam kita memang tidak terbatas. Namun, ukuran maju tidaknya suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan sumber daya alam saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah ketersediaan human capital atau sumber daya manusia (SDM) yang unggul,” papar Lukman.

Dalam konteks ini, imbuhnya, KSM tahun 2016 ini dapat dijadikan sebagai momentum strategis penyiapan generasi emas ilmuwan dan cerdik-cendekiamuslim yang unggul, paripurna dan siap menjadi pemimpin perubahan di masyarakat yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negaranya.

Kegiatan KSM 2016 yang akan berlangsung hingga 27 Agustus 2016 mendatang ini merupakan ajang pembuktian presatsi para siswa madrasah dari seluruh Indonesia di bidang sains dan agama. Dari ajang ini, madrasah mempunyai bibit-bibit unggul yang akan meramaikan persaingan global. Terbukti tidak sedikit siswa madrasah yang meraih prestasi tertinggi di kompetisi sains internasional seperti matematika, robotik, dan penemuan-penemuan lain di bidang sains.

Dalam KSM kali ini, selain kompetisi sains dan Agama Islam, ada beberapa kegiatan antara lain Surya Game Online dan matematika gasing berbasis sains hasil kerja sama dengan Surya University, workshop motivasi pengembangan diri dan rembuk nasional bidang kesiswaan madrasah se-Indonesia.

Untuk tingkat MI/SD, bidang yang dilombakan adalah Matematika dan Agama Islam, IPA dan Agama Islam. Sedang tingkat MTs/SMP, ada Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam serta Fisika dan Agama Islam. Sementara untuk tingkat MA/SMU, ada 6 bidang perlombaan, yakni Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam, Fisika dan Agama Islam, Kimia dan Agama Islam, Ekonomi dan Agama Islam serta Geogragfi dan Agama Islam. (Fathoni Ahmad)

Test Agama Islam di KSM V 2016, Ini Alasan Kemenag

KSM V 2016 Pontianak
Jakarta, PendidikanIslam.ID – Seperti yang telah diberitakan sebelumnya bahwa Kompetisi Sains Madrasah (KSM) V 2016 yang berlangsung di Pontianak-Kalimantan Barat, 23-27 Agustus 2016 ini, disamping bidang/mata pelajaran sains yang akan dilombakan, melekat dalam masing-masing bidang tersebut adalah materi Agama Islam.


“Jadi pembeda KSM V 2016 ini adalah terletak pada Mapel Agama Islam yang dilombakan dan juga sekaligus bentuk kepedulian terhadap ciri khas madrasah sebagaimana diamanatkan dalam UU dan PP 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. MI, MTs, dan MA adalah SD, SMP, dan SMA yang 100% plus 5 (lima) mapel keislaman,” jelas Direktur Pendidikan Madrasah, Nur Kholis Setiawan dalam jumpa pers dengan awak media (19/08/2016).


Maksud selanjutnya penambahan mapel agama Islam untuk dilombakan, kata Alumnus Fakultas Syariah IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga ini adalah dalam rangka mengukur kualitas murid madrasah, paling tidak pada dimensi kognitif terhadap pendidikan agama Islam yang meliputi Al Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlaq, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Fiqh, dan Bahasa Arab.


“Harapannya ketika PAI menjadi mapel yang dilombakan, ada keseimbangan pada tataran idealitas ketika mereka masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.  Di jenjang Perguruan Tinggi, paradigma Interkoneksi keilmuan keislaman dengan non keislaman yang sedang digarap Kemenag dimana basisnya adalah murid madrasah,” sitir Nur Kholis atas pernyataan Dirjen Pendis, Kamaruddin Amin.


Pertimbangan selanjutnya, tambah alumnus Pesantren Tebuireng Jombang-Jatim, kombinasi sains dan Agama Islam pada KSM ini adalah memberikan added values (nilai tambah) dari mapel keislaman untuk menjadi salah satu bahan sebagai bahan evaluasi terhadap efektivitas 5 mata pelajaran yang diajarkan di madrasah.


Sebagai informasi, KSM V 2016 ini akan diikuti oleh 865 (delapan ratus enam puluh lima) orang yang terdiri atas peserta dan pendamping. Untuk peserta sendiri berjumlah 374 (tiga ratus tujuh puluh empat) yang terdiri atas utusan dari 34 propinsi dimana per propinsinya mengutus 11 (sebelas) peserta pemenang KSM tingkat Propinsi. Ditambah Peserta dari 17 MAN IC (Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia) dan siswa sekolah.


“Disamping peserta dan pendamping yang akan hadir, pada upacara pembukaan yang digelar pada 23 Agustus ini, akan dimeriahkan dengan kedatangan dari seluruh elemen masyarakat dan murid madrasah tentunya dengan jumlah 3.500 (tiga ribu lima ratus orang),” kata Direktur Madrasah. (@viva_tnu)

Mulai Tahun 2016, Gelar Akademik PTKI Berubah

sarjana PTKI
Jakarta, PendidikanIslam.ID - Sejumlah gelar akademik baik baik Sarjana S1, S2 dan S3 yang berlaku sejak tahun 2009 lalu secara resmi dinyatakan tidak berlaku lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Agama (PMA) RI nomor 33 Tahun 2016 Tentang Gelar Akademik Perguruan Tinggi Keagamaan. Sesuai prinsip hukum yang tidak berlaku surut, maka gelar akademik yang baru tersebut akan diterapkan mulai tahun 2016 ini sedangkan gelar yang lama sebelum 2016 tetap.


Sebagaimana diketahui, gelar akademik dahulu berlaku dengan mengacu pada PMA No. 36 Tahun 2009 Tentang Penetapan Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama. Diantara gelar di dalam PMA tersebut misalnya untuk Starata Satu (S1); S.Ud (Sarjana Ushuluddin untuk Fakultas Ushuluddin), S.Sy (Sarjana Syariah), S.Kom.I (Sarjana Komunikasi Islam untuk Fakultas Dakwah, S.Pd.I (Sarjana Pendidikan Islam untuk Fakultas Tarbiyah) dan SE.Sy (Sarjana Ekonomi Syariah untuk Fakultas Ekonomi).


Dengan berlakunya PMA Nomor 33 Tahun 2016, ini maka gelar akademik yang berhak disandang oleh mahasiswa setelah menyelesikan studi maka penulisannya wajib menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidahnya. Dan gelar akademik yang sekarang ini resmi diatur bersifat akomodatif terhadap perkembangan ilmu.


Sesuai dengan PMA yang baru tersebut diats maka untuk Fakultas Ushuludin gelarnya S.Ag (Sarjana Agama) kecuali untuk jurusan Pemikiran Politik Islam yaitu S.Sos (Sarjana Sosial). Untuk Fakultas Syariah gelarnya SH (Sarjana Hukum). Fakultas Adab, S.Hum (Sarjana Humaniora). Fakultas Dakwah dan Komunikasi, S.Sos (Sarjana Sosial). Fakultas Tarbiyah, S.Pd (Sarjana Pendidikan). Fakultas Ekonomi dan Bisnis gelarnya SE (Sarjana Ekonomi) kecuali jurusan Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah, S.Tr.Akun (Sarjana Terapan Akuntansi) dan Jurusan Akuntansi Syariah, S.Akun (Sarjana Akuntansi). Fakultas Psikologi bergelar S.Psi (Sarjana Psikologi). Sedangkan untuk Studi Islam Interdisipliner dan Ma’had Aly yang baru saja diresmikan mempunyai gelar S.Ag (Sarjana Agama) bagi para alumninya. Untuk Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam bergelar SIP ( Sarjana Ilmu Perpustakaan).


Sedangkan untuk strata dua (S2), gelarnya hanya mengganti “S” (Sarjana) menjadi “M” (Magsiter) dan selanjutnya sesuai dengan Fakutas/Jurusan. Dan untuk S3 (strata tiga) semua Fakultas/Jurusan/Bidang Keilmuan gelarnya “Dr” (Doktor).


PMA Nomor 33 Tahun 2016 ini telah ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 09 Agustus 2016 serta telah dicatat dalam Berita Negara RI Nomor 1170 Tahun 2016. (@viva_tnu)


Silahkan Downlod lebih jelasnya;
1. PMA Nomor 33 Tahun 2016
2. Lampiran PMA Nomor 33 Tahun 2016

Luar Biasa! 3 Siswi Madrasah Temukan Tisu Pendeteksi Formalin dan Boraks

[caption id="attachment_2493" align="aligncenter" width="640"]Ika Nur Azizah, Selvi Hidayah, dan Ayatul Marifah, 3 siswi penemu tisu pendeteksi formalin dan boraks. Ika Nur Azizah, Selvi Hidayah, dan Ayatul Marifah, 3 siswi MAN LAB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta penemu tisu pendeteksi formalin dan boraks.[/caption]

BANTUL, PENDIDIKANISLAM.ID - Lagi, inovasi berhasil dihasilkan oleh siswa madrasah. Tim Briliant Research Club (BRC) MAN LAB UIN Yogyakarta berhasil melakukan penelitian inovatif berupa penggunaan tisu yang dikombinasikan dengan senyawa kubis ungu untuk mendeteksi paparan bahan berbahaya dalam makanan.

Ika Nur Azizah, Selvi Hidayah, dan Ayatul Marifah meneliti alat pendeteksi dua bahan berbahaya, yaitu formalin dan boraks. "Kami bertiga merasa gelisah ketika melihat banyak makanan yang mengandung zat kimia berbahaya. Namun terkadang masyarakat tidak kuasa dan tidak tahu caranya bagaimana menguji makanan-makanan tersebut," tutur Ika Nur Azizah, yang kini duduk di bangku kelas XII MA dan menjadi ketua tim penelitian, Senin (22/08).

Dari kesadaran itu, mereka bertiga lalu berpikir keras untuk menemukan cara praktis mendeteksi bahan berbahaya pada makanan. Hasil olah pikir dan riset mereka ditulis menjadi sebuah karya tulis dan diikutkan pada event Lomba Karya Tulis Ilmiah Remata (LKTIR) bidang Kimia yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (UII).

"Alhamdulillah, kami dapat meraih juara Juara I pada LKTIR tahun ini," terang Ika. Kegiatan LKTIR ini merupakan rangkaian dari acara Chemistry Education Fair (ChemEduFair) yang bertempat di Gedung Prof. Zanzawi Soejoeti FMIPA UII. Lomba ini diselenggarakan pada tanggal 20 Agustus 2016 dan diikuti oleh siswa-siswi SMA/SMK/MA se-Indonesia.

Ahmad Arief Maruf selaku pembimbing penelitian mengakui bahwa ketiga siswanya benar-benar gigih dan bekerja keras untuk penelitian ini. "Saya senang atas kegigihan mereka. Setelah berkali-kali penelitian mereka gagal akhirnya kesabaran mereka membuahkan hasil," ujar Arief yang juga menjabat kepala perpustakaan MAN Lab UIN.

Sebagai reward atas kemenangan Tim MAN Lab UIN, UII memberikan tropi, piagam penghargaan, serta sejumlah uang pembinanaan. (Hamam/Fathoni Ahmad)

4 Tarian Tradisional akan Meriahkan Pembukaan KSM 2016

[caption id="attachment_2489" align="aligncenter" width="640"]Footstage Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 di Pontianak. Footstage Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016 di Pontianak.[/caption]

PONTIANAK, PENDIDIKANISLAM.ID – Pembukaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ke-5 Kota Pontianak akan dimeriahkan 4 Tarian Tradisional yang akan dibawakan oleh sebagian besar siswi madrasah, baik MI, MTs, dan MA. Pembukaan akan dilangsungkan, Selasa (23/8) siang ini di Pontianak Convention Center (PCC).

“Semuanya ada 4 tarian tradisional yaitu Tari Selamat Datang, Tari Kreasi Melayu, Tari Menubak, dan Tari Kipas termasuk tradisi Tundang yang akan dibawakan oleh MTs Ma’arif Pontianak,” ujar Koordinator Panitia KSM 2016 bagian Protokol, H Razhali, Senin (22/8) di Pontianak.

KSM 2016 akan dibuka langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang turut akan didampingi oleh Gubernur Kalimantan Barat Cornelius, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin, dan Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan beserta jajaran dan pejabat terkait.

KSM merupakan ajang pembuktian presatsi para siswa madrasah dari seluruh Indonesia di bidang sains dan agama. Dari ajang ini, madrasah mempunyai bibit-bibit unggul yang akan meramaikan persaingan global. Terbukti tidak sedikit siswa madrasah yang meraih prestasi tertinggi di kompetisi sains internasional seperti matematika, robotik, dan penemuan-penemuan lain di bidang sains.

Dalam KSM ini kali, selain kompetisi sains dan Agama Islam, ada ada beberapa kegiatan antara lain Surya Game Online dan matematika gasing berbasis sains hasil kerja sama dengan Surya University, workshop motivasi pengembangan diri dan rembuk nasional bidang kesiswaan madrasah se-Indonesia.

Untuk tingkat MI/SD, bidang yang dilombakan adalah Matematika dan Agama Islam, IPA dan Agama Islam. Sedang tingkat MTs/SMP, ada Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam serta Fisika dan Agama Islam. Sementara untuk tingkat MA/SMU, ada 6 bidang perlombaan, yakni Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam, Fisika dan Agama Islam, Kimia dan Agama Islam, Ekonomi dan Agama Islam serta Geogragfi dan Agama Islam. (Fathoni Ahmad)

Monday, August 22, 2016

KSM V 2016, Kemenag Gandeng Surya University

[caption id="attachment_2486" align="aligncenter" width="650"]Konferensi Pers KSM V 2016 Konferensi Pers KSM V 2016[/caption]


Jakarta, PendidikanIslam - Untuk kali keduanya, Kompetisi Sains Madrasah (KSM) V 2016 yang akan digelar di Kota Pontianak Kalimantan Barat akan melibatkan secara penuh Surya University dibawah kepemimpinan Yohanes Surya, fisikawan pelatih Tim Oliampade Fisika Indonesia (TOFI).


"Keterlibatan Surya University sebagai pendamping dan pembuat soal KSM dimulai sejak KSM tingkat propinsi sampai ke tingkat nasional. Bahkan Surya University juga menyelenggarakan kegiatan Surya Game Online dan Matematika Gasing," kata Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin ketika Konferensi Pers di Lantai 2 Kementerian Agama RI (19/08/2016).


Dengan metode Matematika Gasing; Gampang Asyik dan menyenangkan lanjut Kamaruddin, matematika tidak akan lagi menjadi momok bahkan menyenangkan. "Menumbuhkan dan mencintai sains bagi murid madrasah serta menumbuhkan bakat dan minta dibidang sains adalah salah satu tujuan KSM ini," kata alumnus Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universitat Bonn-Jerman ini.


Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya bahwa peserta KSM kali ini juga diikuti siswa sekolah dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktur Pendidikan Madrasah Nur Kholis Setiawan menjelaskan bahwa teknis rekrutmen peserta KSM V ini, siswa sekolah mengikuti penjaringan/seleksi sejak di kabupaten/kota bersama dan bertanding dengan murid madrasah lainnya.


"Setelah mereka dinyatakan menang di tingkat kabupaten/kota dan kemudian di tingkat propinsi, maka para siswa sekolah bersama murid madrasah yang juga juara di tingkat propinsi bisa melaju ke tingkat nasional dengan rekomendasi dari Kanwil Kemenag Propinsi setempat," terang Nur Kholis.


Dan yang menarik juga pada event KSM kali ini adalah keikutsertaan murid MAN IC yang `bertanding`nya tidak akan di`lawan`kan dengan MAN Model ataupun MA biasa.


"Belajar dari KSM sebelumnya, Murid MAN IC selalu mendominasi juara di semua lini dikarenakan memang MAN IC diproyeksikan sebagai MAN berbasis sains. Maka bukan berarti mendikotomi madrasah namun agendanya adalah akselerasi untuk 14 MAN IC baru yang telah beroperasi pada 2015 dan 2016 agar sepadan dengan 3 MAN IC sebelumnya," terang Nur Kholis. (@viva_tnu)

Sunday, August 21, 2016

Pakan Kucing Sehat Ciptaan Siswi Madrasah Raih Emas dalam International Invention

[caption id="attachment_2482" align="aligncenter" width="640"]Khanza saat menerima medali emas di Kroasia. Khanza saat menerima medali emas di Kroasia.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Gadis yang akrab disapa Khanza ini tidak akan menyangka jika karyanya masuk final dan mampu meraih medali emas di Kroasia. Sebab, proses uji cobanya berawal dari dapur rumahnya dengan dimentori sang ibu, yaitu Tanti Endah Yanuarwati.

Dalam keterangan yang diberitakan laman indonesiabaik.id, Khanza meneliti tentang pemanfaatan limbah ikan yang ada di restoran atau di rumah sebagai bahan dasar pembuatan makanan kucing bebas kimia. Sebab, dia memanfaatkan kapulaga (rempah-rempah sebesar biji semangka) sebagai pengawetnya.

Sebelum melakukan uji coba, khanza sering lihat limbah ikan, seperti kepala ikan yang dibuang. Hasrat untuk melakukan eksperimen ini terus mencuat, karena dia sering menemukan tumpukan limbah ikan tersebut. Terutama di restoran masakan ikan dan penampungan ikan di tepi laut.

Sang ibu Tanti Endah Yanuarwati memberikan masukan saat mencari formula agar produknya disukai oleh calon penikmatnya, yaitu kucing. Sebanyak tiga kali melakukan uji coba akhirnya kucing suka makan hasil produknya itu.

Bahan limbah dan pengawet alami ini dinilai mampu memikat dewan juri dari beberapa negara saat presentasi di Kroasia. Apalagi harga yang dipatok pada produk tersebut hanya USD 1 per ons. Tak hanya itu, dia juga meraih dua penghargaan dari negara lain, yaitu Taiwan dan Polandia. Karena idenya dinilai kreatif dan aplikatif serta aman bagi kesehatan hewan.

Kemenangan Khanza tidak lepas dari usaha madrasah dalam mengembangkan kegiatan Karya Ilmiah. MTs Surya Buana, yang juga memiliki Pondok Pesantren Surya Buana ini mewajibkan setiap peserta didiknya mengikuti program karya ilmiah.

Setiap akhir semester mereka diharuskan menulis satu karya ilmiah dan dipresentasikan dihadapan guru dan siswa. Jika karya ilmiah tersebut telah memenuhi ketentuan, maka karya tersebut akan diajukan ke kompetisi-kompetisi ilmiah. (Red: Fathoni Ahmad)

Pakar Pendidikan dan Anak: Full Day School Sulit Diterapkan

full-day-school

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji mengatakan sekolah sehari penuh sulit diterapkan secara nasional karena kendala sumber daya manusia yang banyak.

"Sulit untuk diterapkan secara nasional, kalau diterapkan butuh banyak guru tambahan," ujar Indra di Jakarta, Jumat (19/8/2016) seperti dilansir Antara.

Selain itu kendala lainnya adalah kendala geografis. Sekolah sehari penuh hanya bisa ditetapkan di kota besar, sedangkan untuk daerah pedesaan belum bisa. "Sekolah sehari penuh sebenarnya bukan barang baru, swasta sudah banyak yang menerapkan," jelas dia.

Menurut dia yang lebih tepat adalah penerapan manajemen yang berbasis sekolah. Dalam hal ini sekolah yang menentukan sendiri kegiatan apa yang diselenggarakan selepas sekolah. "Misalnya saja diadakan kompetisi sepak bola sepulang sekolah. Banyak pendidikan karakter yang bisa dipetik, melalui olahraga anak bisa belajar mengenai sportivitas dan banyak lagi," papar dia.

Dalam hal ini, kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer yang menentukan kebutuhan sekolahnya. Meski demikian, dia menyebut sebagian besar kepala sekolah belum memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik. "Perlu ada pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah," katanya.

Sementara itu, pemerhati perempuan dan anak Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan gagasan mengenai sekolah sehari penuh itu perlu dikaji secara komprehensif.

"Model sekolah seperti itu sejatinya bias kebutuhan masyarakat perkotaan dan tidak tepat diberlakukan secara masif, karena masyarakat Indonesia sarat dengan keragaman sehingga perlu perspektif kebijakan pendidikan yang mengakomodasi keberagaman, bukan penyeragaman, " papar Giwo.

Menurut Giwo, seharusnya sekolah diberikan kebebasan mengembangkan model sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan memaksakan satu model. Seperti halnya di negara Finlandia, pemerintah tidak ikut mengintervensi pembentukan kurikulum nasional, apalagi merancangnya. (Red: Fathoni Ahmad)

Saturday, August 20, 2016

Kompetisi Sains Madrasah 2016 Diikuti 865 Siswa Madrasah Berprestasi

[caption id="attachment_2476" align="aligncenter" width="640"]Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin (tengah) didampingi Direktur Pendidikan Madrasah (kiri). Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin (tengah) didampingi Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan (kiri).[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam kembali menggelar Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2016. Ajang bertemunya siswa-siswa madrasah berprestasi dari masing-masing provinsi akan diselenggarakan di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat 23-27 Agustus 2016.

Penyelenggaraan KSM ke-5 Tahun 2016 akan berbeda dan ada sesuatu yang baru dibanding peyelenggaraan KSM tahun-tahun sebelumnya. Pada penyelenggaraan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Nasional Ke-5 Tahun 2016 diikutsertakan siswa-siswa sekolah umum.

Hal ini dinyatakan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin saat Konferensi Pers KSM Ke-5 Tahun 2016 di Ruang Sidang Setjen Kemenag, Gedung Kemenag Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Jakarta, Jumat (19/8).

"KSM ke-5 ini, selain diikuti oleh siswa-siswi madrasah, termasuk MAN IC, juga bisa diikuti oleh siswa siswa sekolah yang berada dalam naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemenag telah sepakat dengan Kemendikbud, baik KSM yang diselenggarakan oleh Kemenag, maupun OSN (Olimpiade Siswa Nasional) yang dilakukan oleh Kemendikbud, dapat diikuti oleh siswa-siswa, baik dari Kemenag maupun Kemendikbud. Begitu pula lomba-lomba lainnya yang diselenggarakan oleh dua kementerian tersebut," terang Dirjen dilansir kemenag.go.id.

Dirjen melanjutkan, dalam KSM ini kali, selain sains, juga akan dilombakan soal-soal Agama Islam. Pada KSM ke-5 yang mengangkat tema: Mempersiapkan Generasi Unggul Berwawasan Global tersebut, setiap provinsi mengirim 11 peserta yang sebelumnya telah memenangi KSM tingkat provinsi. Selain siswa dan siswi madrasah, KSM ini juga akan diikuti oleh 17 MAN IC seluruh Indonesia. Total peserta pada KSM ini kali adalah 865 peserta dari seluruh provinsi di Indonesia.

Dalam KSM ini kali, selain kompetisi sains dan Agama Islam, ada ada beberapa kegiatan antara lain surta game online, matematika gasing, workshop motivasi pengembangan diri dan rembuk nasional bidang kesiswaan madrasah se Indonesia.

Untuk tingkat MI/SD, bidang yang dilombakan adalah Matematika dan Agama Islam, IPA dan Agama Islam. Sedang tingkat MTs/SMP, ada Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam serta Fisika dan Agama Islam. Sementara untuk tingkat MA/SMU, ada 6 bidang perlombaan, yakni Matematika dan Agama Islam, Biologi dan Agama Islam, Fisika dan Agama Islam, Kimia dan Agama Islam, Ekonomi dan Agama Islam serta Geogragfi dan Agama Islam.

Ikut mendampingi Dirjen Pendis dalam koprensi pers ini, Direktur Madrasah M Nur Kholis Setiawan dan Pgs Kapus Pinmas Syafrizal. (Red: Fathoni Ahmad)

Friday, August 19, 2016

Harun Ar-Rasyid Mengajarkan Budi Pekerti kepada Anaknya

[caption id="attachment_2469" align="aligncenter" width="300"]Ilustrasi Ilustrasi[/caption]

Di bawah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid (786-809 M), salah seorang raja dinasti Abbasyiyah, umat Islam mengalami masa keemasannya. Seluruh penerjemah Muslim, Yahudi dan Kristen berkumpul di Baghdad untuk mengalihbahasakan naskah-naskah ilmu pengetahuan dari bahasa Asing ke dalam bahasa Arab.

Pusat-pusat kajian digalakkan oleh pemerintah sementara para ulama dan intelektual rajin menulis karya-karya mereka. Baghdad menjadi tujuan belajar dan detak jantung peradaban dunia. Di masa ini ilmu pengetahuan sangat dihargai dan para ilmuan (ahli ilmu) mendapatkan perlakuan yang istimewa oleh masyarakat bahkan oleh raja Abbasyiah sendiri.

Raja dan para menterinya menyerahkan anak-anak mereka kepada para ulama dan ilmuwan Islam untuk diasah akal dan moralnya. Di hadapan para ulama dan imuwan muslim, tidak ada perlakuan khusus bagi anak-anak pejabat negara. Sebaliknya, para anak pejabat tersebut diharuskan menunjukkan sikap hormat yang tinggi terhadap guru mereka sebagai bukti penghargaan mereka terhadap ilmu pengetehuan.

Harun al-Rasyid sendiri mengirimkan anaknya kepada Imam al-Asma`i untuk belajar ilmu dan budi pekerti. Suatu hari saat mengunjungi anaknya, sang raja melihat Imam Asma`i berwudhu'. Sedangkan anaknya hanya menyiramkan air ke kaki gurunya tanpa mengusap-ngusap atau membersihkannya.

Melihat hal ini, Harun al-Rasyid merasa tidak senang. Kemudian ia berkata kepada Imam Ahma`i: "Aku mengirimkan anakku kepada anda untuk diajarkan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Mengapa anda tidak menyuruhnya menyiramkan air dengan salah satu tangannya dan membersihkan kaki anda dengan tangannya yang lain?"

Demikianlah pelajaran budi pekerti yang berlaku dalam dunia Islam di masa itu. Sebuah masa yang telah berhasil mengantarkan umat Islam mencapai puncak kemajuannya dan berhasil menyumbangkan khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat dunia.

 

Di masa ini pula sebagian besar naskah-naskah klasik Islam di berbagai bidang ilmu pengetahuan ditulis, baik ilmu yang berkenaan dengan disiplin agama maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sains dan teknologi. [Khoirul Anam]

Ikut Yuk! KPK Buka Lomba Menulis Antikorupsi untuk Guru

[caption id="attachment_2466" align="aligncenter" width="640"]Brosur resmi KPK terkait Lomba Guru Menulis Antikorupsi. Brosur resmi KPK terkait Lomba Guru Menulis Antikorupsi.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus melakukan langkah pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan korupsi dengan melibatkan berbagai pihak. Langkah di sini termasuk melakukan pendidikan antikorupsi selain membuka berbagai kompetisi seperti lomba menulis antikorupsi untuk Guru bertajuj ‘Guru Menulis Antikorupsi’.

Dengan kompetisi menulis ini, KPK membuka kesempatan bagi para guru untuk terlibat dalam membangun generasi muda yang jujur dan berkarakter lewat kampanye antikorupsi yang dituangkan dalam tulisan.

“KPK mengajak para guru untuk ikut membangun generasi jujur dan antikorupsi. Bergabung dalam Teacher Supercamp 2016,” terang KPK dalam akun twitter resminya @KPK_RI.

Dalam kompetisi ini, guru dapat mengirimkan karya berupa cerita bergambar, cerita pendek anak, komik dan skenario film pendek remaja bertema antikorupsi dan kearifan lokal. Peserta terpilih akan mengikuti Anti-Corruption Teacher Supercamp 2016 di Bali bersama para pakar di bidang penulisan.

Adapun untuk informasi dan ketentuan lomba selengkapnya, dapat dibuka link resmi KPK ini: KPK Teacher Supercamp 2016 dan Formulir Pendaftaran dan Persyaratan. Pengiriman karya paling lambat diterima 11 Oktober 2016.

(Fathoni Ahmad)

Thursday, August 18, 2016

Tontowi Peraih Medali Emas Olimpiade Pernah Belajar di Pesantren

[caption id="attachment_2463" align="aligncenter" width="300"]Tontowi bersama kedua orang tuanya Tontowi bersama kedua orang tuanya[/caption]

Jakarta, pendidikanislam.id - Tontowi Ahmad, peraih medali emas dalam Olimpiade 2016 di Rie de Janeiro Brazil bersama Liliyana Natsir di ajang bulu tangkis ganda campuran ternyata pernah belajar di salah pesantren di daerah asalnya di Banyumas Jawa Tengah. Mengapa orang tuanya mengirimkan Owi, panggilan akrab Tontowi, ke pesantren?

Owi adalah putra asli Banyumas dari pasangan Muhammad Khusni dan Masruroh. Khusni ayah Tontowi mengatakan, sejak Tontowi masih kecil, ia sudah berharap anaknya bakal menjadi juara. "Sejak Owi kecil, bapak sudah mengharapkan Owi bisa jadi juara. Saya selalu berdoa dan minta munajat sama Allah," tutur Khusni seperti dikutip http://www.duta.co, Kamis (18/8/2016).

Namun tantangan pergaulan bebas di luar sana membuat ayah dan ibu Owi khawatir. Maka sambil tetap mendukung bakat Owi di bidang olahraga bulu tangkis, mereka mengirimkan anaknya ke pondok pesantren Al Falah yang terletak di kecamatan Sumpiuh, Banyumas. Pesantren ini dipimpin oleh KH Soim Anwari.

"Tontowi selalu ikut bapaknya latihan bersama kakaknya. Itu untuk menjaga dari pergaulan bebas. Dari bulutangkis lalu ke pesantren Al Falah," jelas Masruroh, ibunda Tontowi.

Menurut Khusni, bakat  anaknya tersebut sudah telihat sejak kelas lima sekolah dasar  "Sejak kecil, Owi selalu ikut saya latihan bulutangkis, karena saya hobinya bulutangkis jadi dia ikut terus. Sejak kelas lima SD saya selalu arahkan, lalu saya sabar dan tawakal,” lanjut Khusni.

Saat Owi sekolah SMP, Khusni lalu mengirim anaknya ke Tangerang untuk melanjutkan karier bulutangkisnya."Sejak SMP saya kirim Owi ke Tanggerang lalu masuk Gersik, lalu ke Djarum dan lanjut ke Pelatnas," tutur Khusni.

Karir bulutangkis Tontowi dimulai di Pelatnas. Ia selama ini menjadi pemain pelapis di Pelatnas utama ganda campuran. Sebelum berpasangan dengan Lilyana, Owi pernah turun di beberapa kejuaraan dengan partner berbeda-beda antara lain Greysia Polii, Shendy Puspa Irawati serta Richi Puspita Dili. Bersama rekan-rekan sebelumnya, penyuka makanan Padang ini tercatat memenangkan beberapa pertandingan seperti Juara Vietnam Open Grand Prix 2007, Juara Vietnam Challenge 2009 dan Juara juara Vietnam Challenge 2009.

Pertemuannya dengan Lilyana terjadi setelah PBSI menilai Butet, sapaan Lilyana, perlu pasangan baru. Hal itu karena usia Nova Widiyanto memasuki angka 35 tahun. Untuk mencari pengganti Nova, PBSI saat itu menyeleksi beberapa nama yaitu Fran Kurniawan, Muhammad Rijal dan Devin Lahardi, termasuk Tontowi.

Terpilih sebagai pengganti Nova, Owi menunjukkan penampilan apiknya di pertandingan pertama bersama Lilyana. Mereka berhasil membawa pulang gelar juara di turnamen Macau Open Grand Prix Gold 2010. Saat itu mereka berhadapan dengan rekan senegara sendiri, Hendra Aprida Gunawan dan Vita Marissa. Menang dengan skor 21-14, 21-18, pasangan ini mulai menunjukkan kapasitas mereka.

Tontowi semakin mantap mengumpulkan gelar juara bersama Lilyana yang berusia 2 tahun diatasnya. Beberapa torehan juara dari ganda campuran ini antara lain Juara Malaysia Open GP Gold 2011, Juara Sunrise India Open Super Series 2011, Juara Swiss Open 2012, Runner-Up Yonex Denmark Open 2012 dan masih banyak lainnya. Namun, diantara gelar juara yang berhasil mereka dapatkan, menjadi Juara Yonex All England Badminton Championships 2013 bisa dibilang adalah prestasi terbesar mereka. Hal tersebut karena sektor ganda campuran Indonesia terakhir kali keluar menjadi juara di event yang sama 33 tahun yang lalu.

Puncaknya, ketika Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir berhasil mendulang medali emas di ajang Olimpiade Brazil. Istimewa karena medali emas tersebut adalah emas satu-satunya yang berhasil di bawa pulang Tim Olimpiade Indonesia. Yang lebih istimewa lagi medali emas tersebut diperoleh saat Bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Selamat buat Tontowi! (Red: Anam)

Metamorfosis Pesantren

[caption id="attachment_2459" align="aligncenter" width="465"]Para Santri Sedang Menghafal Nadzam Para Santri Sedang Menghafal Nadzam[/caption]


Berbagai studi tentang pesantren menunjukkan, meski pelan pesantren senantiasa mengalami perubahan. Namun karena sangat pelan, perubahan-perubahan itu baru bisa dikenali melalui waktu yang panjang. Dalam ilmu sejarah hal demikian dikenal sebagai longe-durée, yaitu sejarah jangka panjang terkait dengan perubahan struktural yang lambat sekali. Di sini diperlukan ketelitian dan ketelatenan dalam mengikuti denyut-denyut kecil perubahan itu.


Perubahan dalam pesantren senantiasa dikaitkan dengan figur kiai. Dalam studinya Manfred Ziemek (1983) misalnya, membuktikan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berpengaruh penting bagi perubahan sosial masyarakat desa. Demikian juga dengan Hiroko Horikoshi (1987) menyoroti peran kiai sebagai aktor penting dalam perubahan sosial. Menurutnya, kiai berperan penting sebagai penyaring informasi untuk memacu perubahan pesantren dan masyarakat sekitarnya. Kiai juga bertindak sebagai mediator dan cultural broker (makelar budaya).


Meski peneliti-peneliti tersebut berhasil membuktikan perubahan-perubahan di pesantren dan peran kiai dalam proses perubahan itu, namun perubahan itu tetap dalam konteks pengembangan peran pesantren. Aspek-aspek ideologis pesantren masih tetap dalam bingkai kulturalnya.


Namun, dalam waktu yang panjang perubahan dalam pesantren tidak selalu menuju ke arah yang dikehendaki. Ada perubahan-perubahan menuju ke arah yang mengkhawatirkan, yaitu metamorfosis sejumlah pesantren menjadi kekuatan wahabisme. Hal ini diamati secara cermat dalam disertasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditulis M. Suparta, sekarang menjabat sebagai Irjen Depag RI. Disertasi ini diujikan pada akhir Agustus 2008 lalu.


Studi tentang perubahan orientasi pesantren ini mengambil fokus dua pesantren, yaitu Maskumambang Gresik dan al-Fatah Magetan. Disertasi yang diujikan 20/9/08 lalu itu memperlihatkan bahwa perubahan orientasi keilmuan kiai mempunyai pengaruh besar untuk mengubah wajah pesantren yang pada gilirannya mempengaruhi wajah keagamaan masyarakat.


Dua pesantren yang distudi disertasi ini termasuk pesantren tua. Pesantren Maskumambang berdiri tahun 1859 oleh Kiai Abdul Jabbar (w. 1907), dan pesantren al-Fatah didirikan pada 1912 oleh Kiai Siddiq (w. 1950). Pada awalnya dua pesantren ini dapat dikatakan sebagai tipikal pesantren NU yang mengembangkan paham ahl al-sunnah wa al-jama’ah (aswaja).


Namun dalam perjalanannya, kedua pesantren tersebut berganti wajah. Pesantren Maskumambang berganti wajah dari pesantren salafiyah-aswaja menjadi modern-wahabi. Sedang al-Fatah Magetan berubah dari salafiyah-tarekat-aswaja menjadi pesantren berwajah majlis tabligh.


Perubahan itu merupakan hasil dari interaksi dua pesantren ini dengan dunia luar. Pesantren Maskumambang bergerak ke arah wahabi pada generasi ke dua, yang diwakili figur Kiai Ammar Faqih (w.1965) setelah dia belajar ke Mekah dan Madinah dan persentuhannya dengan karya Muhammad bin Abdul Wahab, Kitab al-Tauhid ketika menjalankan ibadah haji. Perubahan orientasi Pesantren Maskumambang semakin jelas ketika Kiai Nadjih Ahjad mengganti posisi Kiai Ammar Faqih.


Sedang pesantren al-Fatah Magetan berubah wajah menjadi majlis tablig setelah pengasuhnya, Kiai Uzairon belajar ke Mesir dan Kiai Noor Tohir belajar ke Mekah. Kedua pengasuh al-Fatah tersebut berkenalan dengan majlis tablig yang didirikan Maulana Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi (w. 1944). Hubungan itu dilanjutkan dengan kunjungan jama’ah tablig dari India dan Pakistan ke al-Fatah Magetan pada 1984 dan 1988.


Peristiwa ini pada 1989 sempat memunculkan ketegangan antara Pesantren al-Fatah dengan PC NU Magetan. Ketika itu, Kiai Uzairon menjabat sebagai Rais Syuriah, dan Kiai Noor Tohir sebagai Katib Syuriyah PC NU Magetan. Forum tabayyun itu ternyata tidak menemukan titik temu. Kiai Uzairon dan Kiai Noor Tohir akhirnya menyatakan keluar dari NU dan memilih mengembangka majlis tablig. Sejak itu, Pesantren al-Fatah semakin menjauh dari komunitas NU dan semakin mantap mengembangkan karakter keberagamaan majlis tablig dengan khuruj (keluar menyebarkan agama) menjadi ciri khasnya.


Karena peristiwa ini, banyak wali santri yang berontak. Wali santri banyak yang tidak bisa menerima pilihan pengelola Pesantren al-Fattah. Akhirnya, sekitar 500 santri ditarik orang tuanya dan dipindahkan ke pesantren lain.


Penulis.....




[caption id="attachment_2460" align="aligncenter" width="670"]Para Santri Selesai Mengaji Para Santri Selesai Mengaji[/caption]

Penulis yakin, metamorfosis dan perubahan orientasi pesantren demikian tidak hanya dialami Maskumambang Gresik dan al-Fatah Magetan. Masih banyak sejumlah pesantren NU yang ikut tergerus gelombang wahabisme. Kalau Ketua Umum PB NU, Hasyim Muzadi, menyatakan Islam Indonesia diserang ideologi trans-nasional, kasus Maskumabang dan al-Fatah bisa menjadi contoh riil.


Bahkan, kini medan pertarungan itu tidak hanya melalui pesantren. Masjid-masjid sebagai basis kehidupan sosial keagamaan masyarakat juga menjadi ajang kontestasi. Dari berbagai informasi yang penulis peroleh, masjid-masjid yang dikelola warga NU banyak sekali yang “diserobot” kelompok wahabi dan aliran puritan lainnya.


Dari kenyataan tersebut, ada beberapa hal yang layak dicatat. Pertama, jika selama ini NU mengklaim mempunyai soko guru yang kokoh, yaitu pesantren, ternyata kini pesantren telah mengalami metamorfosis yang melahirkan wajah baru pesantren yang jauh dari karakter ke-NU-an. Meski saya tidak percaya semua pesantren NU akan terbawa arus ini, namun jika tidak diwaspadai bukan tidak mungkin paham keagamaan NU akan semakin dipandang asing di negerinya sendiri. NU juga akan semakin kehilangan legitimasi pesantren.


Kedua, pelajaran berharga dari Pesantren Maskumambang dan al-Fatah adalah ternyata jaringan tokoh-tokoh pesantren yang dibangun melalui belajar di luar negeri, terutama Mekah dan Madinah mempunyai pengaruh besar dalam mengubah wajah pesantren. Memang tidak sumua alumni Mekah dan Madinah menjadi wahabi, namun mengabaikan hal ini juga bukan sikap yang baik.


Ketiga, NU memang punya lembaga yang secara khusus membidangi soal pesantren, yaitu Rabithah al-Ma’ahid al-Islamiyah (RMI). Lembaga ini perlu diorientasikan untuk melihat perkembangan pesantren-pesantren NU dari sisi orientasi ideologisnya. Hal ini memang bukan perkara mudah. Meski NU mengklaim mempunyai basis pesantren, tapi pesantren di lingkungan NU mempunyai otonomi penuh yang tidak bisa dicampuri dan diintervensi pengurus struktural NU. Pesantren NU lebih bisa digerakkan melalui hubungan guru-murid, daripada hubungan struktur NU.


Memang, perubahan adalah keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Arus perubahan terkadang juga tidak terduga. Dan kini, pesantren di hadapkan pada berbagai pilihan perubahan. Harus diakui, di sini umat Islam, termasuk warga NU dan pesantren, sering tergagap dalam menghadapi berbagai arus perubahan. Saya yakin, pesantren memang tidak akan bisa hilang dari bumi Indonesia. Masalahnya adalah pesantren jenis apa yang akan hidup. Inilah tantangan yang harus dihadapi.

*oleh Rumadi; Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Komisioner Informasi Pusat (KIP)

Wednesday, August 17, 2016

Muhammad Akbar, Siswa MAN Singkawang Pembentang Bendera Upacara HUT RI di Istana

[caption id="attachment_2455" align="aligncenter" width="640"]Muhammad Akbar (tengah) bersama Rahmat (Gorontalo), dan Muhammad Aditya Ersyah Lubis (Banten). Muhammad Akbar (tengah) bersama Rahmat Duhe (kiri), dan Muhammad Aditya Ersyah Lubis (kanan).[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID – Muhammad Akbar adalah salah satu dari 68 pelajar yang terpilih menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) HUT RI ke-71 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/8/2016). Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Singkawang, Kalimantan Barat ini masuk ke dalam pasukan 8, pasukan inti dalam susunan Paskibraka.

Istimewanya lagi, Muhammad Akbar ditugaskan menjadi pembentang bendera Merah Putih bersama 2 petugas pengibar lain yakni Rahmat Duhe yang mewakili Gorontalo, serta Muhammad Aditya Ersyah Lubis sebagai pengerek bendera yang mewakili Banten.

Dalam pelaksanaan upacara yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo ini, Muhammad Akbar bersama anggota Paskibraka lain yang dinamakan Pasukan Arjuna dengan sangat baik mengibarkan Sang Merah Putih hingga ke pucuk tiang. Merah Putih pun berkibar dengan sempurna di atas langit Istana.

Setiap tahun, ratusan juta pasang mata rakyat Indonesia seolah tersihir oleh Paskibraka yang terdiri dari putra-putri terbaik bangsa. Mereka menjalani karantina selama kurang lebih satu bulan di Cibubur Jakarta untuk mempersembahkan yang terbaik bagi rakyat Indonesia. Usai sukses mengerek bendera, tepuk tangan meriah diberikan oleh ribuan tamu negara dan masyarakat yang menyaksikan langsung upacara di Istana Negara itu.

Dalam upcara HUT RI ke-71 ini, Kolonel Inf. Putra Widiastawa didapuk menjadi Komandan Upacara Penaikan Bendera. Pria kelahiran Singaraja, 3 April 1971 ini sekarang menjabat sebagai Komandan Brigif 22/Oms Dam VII/Wirabuana. Saat ini dia bertugas di kesatuan Kodam VII/Wirabuana.

Adapun bertindak sebagai Komandan Paskibraka ialah AKP Lalu Hedwin Hanggara, S.IK. Saat ini pria kelahiran Malang, 19 Maret 1985 tersebut bertugas sebagai Paur Binops Ditlantas Polda Metro Jaya. (Fathoni Ahmad)