Thursday, March 31, 2016

Dari Pesantren Ini, Sejumlah Ulama Besar Dilahirkan

[caption id="attachment_901" align="aligncenter" width="342"]Salah satu bangunan Pesantren Al-Hamdaniyah Salah satu bangunan kuno Pesantren Al-Hamdaniyah Sidoarjo, Jawa Timur[/caption]

Selain menjadi saksi sejarah perjuangan merebut kemerdekaan NKRI, Pesantren Al-Hamdaniyah telah banyak melahirkan ulama-ulama besar pendiri NU di negeri ini. Pesantren ini berdiri sejak abad ke-18 di Siwalan, Panji, Sidoarjo, Jawa Timur.


Dari pesantren ini, telah lahir para ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama seperti Hadratusy Syekh KH M Hasyim Asy’ari, KH Alwi Abdul Aziz, KH A Wahid Hasyim, KH Cholil, KH Nasir (Bangkalan), KH As’ad Syamsul Arifin, dan KH Ridwan Abdullah (pencipta lambang NU).


“Lalu, KH Wahab Hasbullah, KH Umar (Jember), KH Usman Al Ishaqi, KH Abdul Majid (Bata-bata Pamekasan), KH Dimyati (Banten), dan lain-lain,” kata Pengasuh Ponpes Al-Hamdaniyah, M Hasyim Fahrurrozi.


Selain banyak melahirkan ulama besar, pesantren yang terletak di desa Siwalan Panji Buduran Sidoarjo itu terbilang pesantren tertua di Jawa Timur setelah Pesantren Sidogiri Pasuruan. Pesantren yang didirikan tepatnya pada tahun 1787 M oleh KH Hamdani itu hingga kini masih menjadi catatan sejarah bagi republik ini.


“Salah satu ulama besar yang pernah menuntut ilmu agama atau menjadi santri di pesantren ini yakni KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU. Mbah Hasyim Asy'ari menjadi santri di pesantren Al-Hamdaniyah ini sekitar 5 tahun lamanya,” ungkap Gus Hasyim, sapaan akrab M Hasyim Fahrurrozi.


Untuk mengenangnya, hingga saat ini kamar pendiri NU di pesantren Al-Hamdaniyah itu masih tetap terawat seperti dahulu. “Kamar Mbah Hasyim ini sengaja tak pernah dipugar, tetap seperti dahulu agar menjadi pelajaran bagi santri bahwa untuk menjadi tokoh besar tak harus dengan fasilitas mewah,” tegas Gus Hasyim.


Tidak hanya menjadi santri, lanjut Gus Hasyim, KH Hasyim Asy'ari bahkan pernah juga dijadikan menantu oleh Kiai Ya’qub, pengasuh pesantren waktu itu. "Sayangnya, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama. Karena Nyai Khodijah, istri KH Hasyim Asy'ari wafat lebih dahulu di Makkah saat hamil. Jenazahnya disemayamkan di Makkah," tutur Gus Hasyim.


Markas para Pejuang Kemerdekaan


Pesantren Al-Hamdaniyah didirikan sejak 1787 oleh KH Hamdani, ulama besar asal Pasuruan. Kini usia ponpes ini telah mencapai usia 228 tahun atau dua abad lebih. KH Hamdani sendiri merupakan seorang ulama keturunan Rasulullah SAW, yakni silsilah ke-27.


“Daerah ini dulu asalnya rawa. Lalu beliau (KH Hamdani) berdoa kepada Allah SWT, semoga tanah yang asalnya rawa bisa menjadi tanah,” cerita Gus Hasyim.


Pondok ini memiliki bentuk bangunan yang masih asli dan unik. Terutama keunikan bangunan "gothakan" para santri. Berdinding anyaman bambu dan diberi jendela pada setiap kamarnya serta bangunan yang disangga dengan kaki-kaki beton, membuat asrama santri ini nampak seperti rumah Joglo. Bahkan ada beberapa asrama santri yang kondisinya sangat memprihatinkan. Namun, pengasuh pondok masih mempertahankan keunikan pondok tertua di Jawa Timur ini.




[caption id="attachment_908" align="aligncenter" width="315"]Salah satu bangunan Pesantren Al-Hamdaniyah2 Salah seorang kiai melintasi bangunan kuno Pesantren Al-Hamdaniyah[/caption]

Setiap asrama dibagi dalam beberapa kamar yang diisi dua hingga tiga santri dengan ukuran ruangan 2 x 3 meter. Di dalam kamar kecil itulah para santri belajar dan beristirahat.


“Selain mengajarkan berbagai ilmu agama, pondok ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Menjadi tempat pertemuan antara Presiden Soekarno, Bung Hatta, Bung Tomo yang pada akhirnya melahirkan Laskar Hizbullah,” kata Agus Muchlis Asyari, wakil pengasuh pesantren.


Sayangnya, keunikan pondok yang juga sebagai kunci sejarah dan warisan kebudayaan tertua ini belum mendapat perhatian pemerintah maupun pihak-pihak terkait. Harusnya, pondok tertua seperti Ponpes Al-Hamdaniyah dilestarikan dan dijaga keasliannya.


Menurut riwayat, pada waktu KH Hamdani membangun pondok, ia datangkan kayu dari daerah Cepu Jawa Tengah dengan dinaikkan kapal. Namun, di tengah jalan perahunya pecah berantakan. Akan tetapi, Allah Maha Besar. Kayu-kayu tersebut berjalan sendiri melewati sungai dan berhenti persis di depan area pondok.


Di pondok ini, dulu juga sering dibuat pertemuan tokoh-tokoh Nasional pada Zaman Revolusi, di antaranya Bung Karno, Bung Hatta, KH Wahab Hasbullah, KH A Wahid Hasyim, KH Idham Chalid, Buya Hamka, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh besar lainnya.


Berikut ini urutan para pengasuh pondok dari masa ke masa:


Periode II: KH Ya’qub dan KH Abd Rohim (Putra dari KH Hamdani)


Periode III: KH Hasyim Abd Rohim dan KH Khozin Fahruddin


Periode IV: Kiai Faqih Hasyim, KH Sholeh Hasyim, dan KH Basuni Khozin


Periode  V: KH Abdullah Shiddiq dan KH Hayyi Asmu’i


Periode  VI: KH Rifa’i Jufri, KH Abdul Haq, dan KH Asmu’i


Periode VII: Hingga Tahun 2013 KH Asy’ari Asmu’i, KH Mastur Shomad, KH Abdurrahim Rifa’i, dan Agus Taufiqurrahman R. (Musthofa Asrori)


 Sumber: NU Online (Rabu, 25 November 2015)


Imam Bukhari: Menghafal, Tanpa Mencatat

Siapa yang tidak kenal dengan Imam Bukhari, ahli hadist paling terkemuka, di mana kitab hadistnya, yang dikenal Shahih Bukhari menjadi kitab hadist paling top, paling shahih di antara kitab-kitab yang lain. Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ju’fi. Beliau dilahirkan di Bukhara selepas shalat Jumat. Tepatnya pada tanggal 13 Syawal tahun 194 H.

Sejak kecil, cikal bakal ulama serta bakat keilmuannya telah tampak. Pada usia enam belas tahun, beliau telah hafal kitab karangan Imam Waqi’ dan Ibnul Mubarak. Kemudian menginjak usia tujuh belas tahun, beliau telah dipercaya oleh salah seorang gurunya, Muhammad bin Salam Al-Baikandi, untuk mengoreksi karangan-karangannya. Pada usia yang sama, beliau telah menjadi sumber rujukan hadits bagi tokoh-tokoh agama di Bashrah.

Di dalam kitab Siyar ‘Alamin Nubala, Hasyid bin Ismail dan seorang temannya mengisahkan, “Pernah Abu Abdillah Al-Bukhari pergi belajar bersama kami kepada ulama-ulama Bashrah. Saat itu ia masih sangat muda dan ia tidak pernah mencatat. Hingga satu ketika kami menegurnya, “Sesungguhnya engkau pergi belajar bersama kami, namun engkau tidak pernah mencatat, apa saja yang engkau kerjakan?”

Enam hari setelah kejadian itu ia berkata kepada kami, “Sesungguhnya, kalian berdua telah berulang kali menegurku, sekarang tunjukkanlah apa yang telah kalian catat.” Kami pun menunjukkan catatan kami kepadanya, dan ia justru menambahkan lima belas ribu hadits lagi pada catatan kami, kemudian membacakan seluruh hadits-hadits tersebut dengan hafalannya. Sehingga justru kami mengoreksi catatan kami (sebelumnya) dengan merujuk kepada hafalannya. Ia berkata kepada kami, “Apakah menurut kalian aku pergi untuk sesuatu yang sia-sia dan aku menyia-nyiakan hari-hariku?” Kami pun tersadar, tidak ada seorangpun yang mampu mengunggulinya.”

Tentang kehebatan daya hafalnya ini, sepuluh ulama Bashrah pernah sengaja mengujinya. Masing-masing mereka melemparkan pertanyaan kepada Imam Bukhari tentang sepuluh hadits yang telah dibolak-balikkan sanad dan matannya. Sehingga semuanya berjumlah seratus hadits. Ternyata beliau mampu mengembalikan sanad serta matan hadits masing-masing ulama tersebut sesuai urutannya yang benar, hanya dengan sekali dengar. Sebagaimana yang beliau akui, bahwa beliau mampu menghafal dua ratus ribu hadits shahih, serta dua ratus ribu hadits yang tidak shahih berikut sanad-sanadnya tanpa keliru sedikitpun. (Fathuri)

Alhamdulillah, UNSIQ Wonosobo Beri Beasiswa Penuh Para Penghafal Al-Qur'an

Wonosobo, PendidikanIslam.id - Menyambut penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2016-2017, Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo Jawa Tengah memberikan kesempatan sebanyak 100 beasiswa bagi para hafidz-hafidzah yang hafal Al-Qur'an 30 Juz, juara Musabaqoh Hifdzil Qur'an (MHQ), juara Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ), dan juara Musabaqoh Qiroatul Kutub (MQK) masing-masing minimal tingkat kabupaten.

Mereka yang telah masuk kategori tahfidz akan dibebaskan tidak hanya iuaran SPP, melainkan juga bebas iuran SKS serta infaq pengembangan kampus. Syaratnya calon mahasiswa bersangkutan disamping harus dapat membuktikan dengan memiliki syahadah dari suatu lembaga tahfidz almamaternya, juga harus lulus uji ulang hafalan Al-Qur'an.

Menurut Wakil Rektor III UNSIQ Asmaji Mokhtar, pemberian beasiswa untuk para hafidz dan hafidzah tersebut merupakan program rutin tiap tahun dari UNSIQ untuk mengapresiasi anak-anak yang telah mengembangkan dan mempunyai komitmen dalam bidang ilmu dan seni Al-Qur'an.

"Program mahasiswa tahfidz ini ke depan juga menjadi salah satu program andalan UNSIQ", kata Asmaji seperti diberitakan www.nu.or.id, Rabu (30/3).

Saat ini penerimaan mahasiswa baru UNSIQ masih dalam tahap gelombang satu (Februari-Mei), pendaftaran gelombang dua mulai Juni-Juli dan batas akhir nanti pada tahap gelombang tiga bulan Agustus. Lebih lanjut informasi tentang pendaftaran mahasiswa baru Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo dapat diakses melalui http://www.pbm.unsiq.ac.id dan website resminya di http://di www.unsiq.ac.id.

Sumber: NU Online

Ini Kisah Ismail Betawi Wujudkan "Madrasah Ekslusif " di Daerah Terpencil

[caption id="attachment_888" align="aligncenter" width="300"]Ismail Z. Betawi Ismail Z. Betawi[/caption]

Sebelum menjadi Kepala MAN Kedang  Nusa Tenggara Timur (NTT) Ismail Z. Betawi dipercaya menjadi Kepala MTs Negeri Kalikur. Ia dinilai berhasil menyelesaikan persoalan internal antara kepala madrasah dan pegawai tata usaha. Persoalannya adalah saling memfitnah yang berujung dengan insiden perkelahian dengan menggunakan senjata tajam (parang). Selama sembilan bulan masa kepemimpinannya, MTs Negeri Kalikur sebagai wakil peserta Olimpiade Sains antar madrasah utusan Kabupaten Lembata berhasil masuk final pada mata pelajaran Matematika.

Setelah itu keluarlah SK Kanwil Kementerian Agama NTT untuk Menjadi Kepala MAN Kedang Tahun 2010. Madrasah ini beralamat di jl Pantai Utara Desa Kalikur Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata.

MAN Kedang sebelumnya bernama MAS Uyelewun yang digagas oleh seorang Tokoh kampung yang bernama Bapa Guru Tuang Adonara pada tanggal 8 Bulan 8 Tahun 1988, sehingga tahun berdirinya ini dikenal sebagai Tahun kaca mata.

“Ada pesan moral yang dapat kami tawarkan adalah bahwa hadirnya Madrasah ini merupakan buah perjuangan dan cita-cita luhur masyarakat Kalikur sebagai pencetus berdirinya madrasah di Kedang sekaligus menunjukkan jati diri yang sesungguhnya bahwa madrasah  adalah bahagian dalam nafas kehidupan orang kalikur khususnya dan orang kedang pada umumnya,”kata Ismail.

Bagaimanapun kondisinya, ia sangat menghargai para perintis dan pendiri MAN Kedang. “Kegigihan untuk dapat mendirikan Madrasah di Kedang penuh dengan tantangan dan rintangan, bahkan secara faktual tokoh penggerak madrasah waktu itu seperti Bapak Muhammad Amin, Bapak Abdul Latif Hasan dan Bapak Adam Yusuf Riang Loyo sempat di jebloskan kedalam penjara selama 11 Bulan peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1968,” ujarnya.

Menuju Ideal

Menurut Ismail, secara fisik memang terkesan Madrasah di NTT belum ideal bila dipakai rujukan BNSP. Akan tetapi secara bertahap madrasah ini terus berbenah menuju titik ideal. Pembenahan dilakukan dari sisi akademik maupun fisik dan tampilan seperti kebersihan dan keindahan madrasah.

Sejak awal penegerian tahun 1997, jumlah siswa pada Madrasah Aliyah Negeri Kedang tercatat sebanyak 40 Siswa. Seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan fisik bangunan serta beberapa prestasi yang diraih, pada awal Juli 2015 tercatat siswa MAN kedang sudah sebanyak 447 Siswa.

“Guru MAN Kedang pada tahun 2015 telah memenuhi syarat sesuai ketentuan Undang-Undang Guru. Rata-rata telah berpendidikan Strata satu (Sarjana),” kata Ismail. Ia telah mencatat kualifikasi para guru MAN Kedang dalam bentuk tabel yang rapi.

Proses pembelajaran di MAN Kedang di mulai sejak Pukul 07.00-14.14 waktu setempat dilanjutkan dengan bimbingan kelompok 16.00- 18.30. Pembelajaran pada Zona integratif pada Pukul 20.00-23.00 pada 4 wilayah yaitu Desa Kalikur, Desa Bareng,Desa Leuwohung dan Desa Normal.

Pendekatan dalam pembelajaran bervariasi yakni pendekatan teoritis 40 %, tugas mandiri dan terstruktur 60% dari total waktu secara keseluruhan.

Masing-masing guru yang terbagi dalam zona integratif mengkawal aktifitas para siswa dan siswinya. Ke empat zona itu dibagikan lampu gas minyak tanah masing-masing satu dengan biaya operasional dan pemeliharaan peralatan tersebut dibebankan pada DIPA MAN Kedang.

Prestasi yang diraih oleh MAN Kedang pada saat pertama kali Ismail menjabat kepala madrasah lebih dominan pada kegiatan keagamaan saja, karena memang madrasah ini dibentuk untuk merespon keinginan dan kebutuhan masyarakat pendirinya dan juga merupakan Pusat dakwah Islam di Wilayah Kedang. Setelah Tahun 2010 barulah madrasah ini mulai dibenahi akhirnya hampir semua sektor kompetisi MAN Kedang tidak pernah absen untuk mengirimkan utusanya baik mewakili kabupaten ke Tingkat Propinsi maupun mewakili Propinsi NTT ke tingkat nasioanal.

Membangun Kepercayaan Diri


Sejak pertama menjabat sebagai Kepala Madrasah, upaya yang dilakukan oleh Ismail Z. Betawi adalah membangun semangat memiliki madrasah. Pelepasan siswa dan siswi kelas XII yang Lulus ujian dilakukan dengan menyeleggarakan acara wisuda resmi. Semua stakeholders diundang dalam moment yang sangat berharga dan cukup megah untuk ukuran masyarakat pedesaan.

Target yang diharapkan dari kegiatan dimaksud adalah membangun rasa kepercayaan masyarakat Kedang bahwa yang dapat melakukan kegiatan akbar seperti wisuda hanyalah madrasah. Padahal sekolah tidak mungkin mengadakan acara seperti itu. Ternyata dampak positif yang diperoleh dari kegiatan tersebut sangat luar biasa. Jumlah murid mulai meningkat, kompetisi internal antar guru dan murid mulai nampak dan terakhir semangat untuk memiliki madrasah mulai tinggi. Disinilah awal dari sebuah strategi membangun kepercayaan diri. Sederhana memang.

Menurut Ismail, niat untuk menata dan membangun madrasah dalam harus menjadi niat bersama. Maka visi dan misi seorang Kepala madrasah itu dibicarakan dan dipahami bersama.

“Langkah yang kami lakukan adalah menyadarkan seluruh elemen penggerak setiap saat untuk melakukan apa saja dalam memajukan madrasah dalam satu visi. Di sisi lain, kami juga mengkaji orientasi apa saja yang dipunyai guru dan murid dalam sistem kelembagaan tersebut,”ujarnya.

Terkait dengan pengelolaan guru, menurut Ismail, guru dipandang sebagai elemen yang memiliki pengaruh terbesar dalam kemajuan sebuah madrasah, apalagi madrasah negeri. Penempatan guru baru melalui seleksi yang berdasarkan kuota perlu harus melalui investigasi, baik langsung maupun tidak langsung. Jika madrasah hanya dilihat sebagai jembatan untuk memperoleh penghasilan atau pekerjaan, hal ini sangat berbahaya. Maka perlu dilakukan upaya mengembalikan orientasi pada semangat membangun madrasah.

“Cara yang kami lakukan adalah menelusuri latar belakang kehidupan awal dari guru yang ada termasuk kebiasaan-kebiasaan sebelumnya kemudian kami masuk dalam budaya kehidupanya terakhir barulah kita mengajak untuk mengikuti keinginan-keinginan kita dalam artian menyahuti visi dan misi madrasah. Rasa dihargai dan aktivitas kegiatan yang selalu menyertakan pemikiran guru adalah kunci dari kesuksesan. Tanamkan rasa mencintai madrasah secara santun dan sadarkan kehidupannya dengan pendekatan iman dan takwa serta kearifan lokal,” kata Ismail.

“Bahasa sederhana yang sering kami ungkapkan adalah jadikanlah kehidupan yang singkat ini dengan nilai-nilai yang bermanfaat dan bimbinglah generasi kita dengan sungguh-sunguh, karena yang kita bentuk hari ini adalah merupakan bayangan yang paling dekat tatkala pada masanya mereka membimbing-putra dan puti kita tatkala kita sudah tidak berdaya.”

“Kalimat do’a yang sering kami ajarkan kepada semua elemen pendidik dan tenaga pendidikan kami adalah ‘Ya Allah sekiranya hambamu ini diperkenankan untuk menghadapi-Mu maka janganlah  hamba-Mu ini dalam keadaan yang tidak berfaedah bagi kehidupan ini. Perkenankan hamba-Mu meghadap keharibaanmu dalam keadaan yang masih dibutuhkan oleh kehidupan ini,” demikian disampaikan Ismail.

Mengembangkan konsep pendidikan agama yang benar harus disertai dengan perilaku dan kebiasaan-kebiasaan baik seperti yang disampaikan dalam firman Allah dan tradisi kehidupan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya. Ketauladanan menjadi rujukan keberhasilan MAN Kedang, tiada kekuatan yang melebihi tradisi ketauladanan dan itu guru atau tenaga kependidikan yang ada harus memulai.

[caption id="attachment_889" align="aligncenter" width="300"] Ismail Betawi sedang menyendiri menyusun dan merumuskan rencana strategis Ismail Betawi sedang menyendiri menyusun dan merumuskan rencana strategis[/caption]

Peningkatan Mutu


Tahap berikutnya, MAN Kedang berorientasi untuk meraih banyak prestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik.

Langkah yang dilakukan oleh Ismail sebagai kepala madrasah adalah mengidentifikasi Kompetensi siswa dimulai dari tempat dimana anak itu beraktifitas, sekolah atau madrasah yang pernah dia belajar termasuk informasi-informasi lain seputar kehidupanpribadinya.

Selanjutnya, ia membuat peta mutu untuk peserta didik baru berdasarkan hasil ujian masuk madrasah dan referensi tambahan yang diserahkan tim identifikasi kompetensi siswa. Ia juga mengelompokkan siswa berdasarkan hasil uji kompetensi dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan bimbingan peningkatan mutu siswa

Untuk para guru, ia membagi guru dalam tiga zona yakni zona penanganan siswa prestasi tinggi,sedang dan rendah. Para guru dibantu oleh siswa senior dalam kegiatan bimbingan penguatan kompetensi.

Ujian pencapaian kompetensi bagi semua siswa secara terprogram dan melaporkan hasilnya kepada orang tua siswa secara berkala. Perbaikan dan penguatan kompetensi juga dilakukan secara terprogram dan berkala dan hasilnya dilaporkan kepada orang tua wali.

Pihak sekolah juga selalu mengaupdate informasi perubahan pendidikan kepada para guru dan siswa melalui diskusi-diskusi kelompok yang telah didesain untuk itu, kemudian hasilnya disebarkan kepada peserta didik lain

Setiap 3 bulan para siswa dibawa keluar lingkungan madrasah untuk mengikuti kegiatan diskusi atau kajian-kajian kitab yang dilakukan oleh kelompok pengajian yang ada dilingkungan masyarakat Kedang.

Seleksi Calon Juara


Hampir semua peserta didik baru yang diterima dari MAN Kedang  berasal dari MTs atau SMP yang tidak memilki keunggulan kompetitif sehingga pola seleksi awal masuk tidak dapat dijadikan rujukan. Untuk menyeleksi para calon juara yang akan mengharumkan nama juara, Ismail memilki cara tersendiri untuk mengatasi kekurangan dalam pola seleksi awal itu. Berikut ini cara yang ditempuhnya:

  1. Para siswa dikenalkan dengan siswa kelas diatasnya yang mempunyai prestasi.

  2. Secara berkala madrasah menampung masukan dari siswa senior, kemudian semua masukan dari siswa senior diolah oleh tim penjaminan mutu yang ada dimadrasah untukdijadikan titik bidik pembinaan secara berkala dimulai dari kelas X kemudian dilanjutkan dikelas XI.

  3. Tahap ketiga adalah uji kemampuan berdasarkan SKL yang telah disepakati bersama secara terprogram dan berkelanjutan setiap bulan sekali.

  4. Peserta bimbingan pada kelompoktertentu yang tidak berhasil dirotasikan pada kelompok siswa dan guru lain untuk dilakukan pembinaan ulang pada SKL yang sama selanjutnya dilakukan pengujian ulang.

  5. Para siswa bimbingan pada bulan ketiga ditugaskan untuk membuat soal berdasarkan SKL yang ada kemudian dilakukan pengujian bersilang antar siswa yang didampingi oleh guru pembimbing. Hasilnya diperiksa dan dianalisa oleh siswa masing-asing berdasarkan kunci yang telah dibuat oleh siswa itu sendiri, kemudian dicocokkan kuncinya pada siswa pembuat soal didampingi oleh guru pembimbing

  6. Kumpulan soal yang dibuat guru dan siswa pada bulan ke empat dianalisis dan dibuat perengkingan. MAN Kedang menetapkan setiap mata pelajaran yang dilombakan dipersiapkan masing-masing 10 peserta dengan sistem satu siswa boleh memilih 3 mata pelajaran lain yang juga merupkan mata pelajaran yang sering dilombakan.

  7. Seleksi finis apabila terdapat 2 atau 3 mata pelajaran yang dikuasai oleh seorang anak maka keputusan pengambilan mata pelajaran lomba baik KSM/OSN maupun Sains dikembalikan kepada siswa itu sendiri,sedangkan yang tersisa dilakukan penyaringan ulang oleh TIM Penjaminan mutu utuk mendapatkan  hasil yang sifatnya final.

  8. Langkah terakhir setiap siswa yang telah ditetapkan untuk membidangi mata pelajaran yang dilombakan disertakan dalam momen lomba yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang. [A. Khoirul Anam]

Wednesday, March 30, 2016

410 Ribu Siswa MA Siap Ikuti Ujian Nasional 2016

Jakarta, PendidikanIslam.id - Ujian Nasional (UN) tingkat Madrasah Aliyah (MA) akan diselenggarakan Senin (4/4/2016) awal pekan depan. Lebih dari 410 ribu siswa MA siap mengikuti UN yang akan berlangsung selama tiga hari hingga 6 April 2016.

“Ujian Nasional MA Tahun 2015/2016 akan diikuti oleh 410.531 peserta didik, dari tanggal 4 sampai 6 April,” terang Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag RI M Nur Kholis Setiawan di Jakarta, Selasa (29/03). Adapun untuk UN MA susulan, akan dilaksanakan dari 11-13 April 2016 mendatang.

Jumlah peserta UN tahun ini naik dibanding UN MA pada tahun 2015 yang diikuti oleh 356.550 siswa. Sementara pada tahun 2014, UN MA diikuti 356.548 siswa, 2013 diikuti 327.835 siswa, dan 2012 diikuti oleh 300.112. Prosentase kelulusan UN MA dalam empat tahun terakhir juga cenderung stabil, rata-rata di atas 95 persen, tepatnya: 99,59 persen (2012), 99,77 persen (2013), 99,80 persen (2014), dan 99,61 persen (2015).

Nur Kholis menambahkan, UN 2016 tidak menjadi dasar kelulusan. Sebab, kelulusan sepenuhnya ditentukan oleh satuan pendidikan. Menurut guru besar UIN Sunan Kalijaga ini, UN bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Artinya, hasil UN akan digunakan sebagai bahan pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, pertimbangan seleksi masuk masuk jenjang perguruan tinggi, serta dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian hasil UN, Direktorat Pendidikan Madrasah (Ditpenmad) telah melakukan sejumlah langkah, antara lain: koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi program. Selain itu, melakukan pendataan peserta UN dari tingkat satuan pendidikan, Kantor Kementerian Agama Kab/Kota, Kantor Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Pusat.

Ditpenmad, lanjut Nur Kholis, juga menyiapkan sejumlah fasilitas program, yaitu: sosialisasi ujian nasional, bedah Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, pendalaman materi pelajaran (pengayaan), serta Try Out Ujian Nasional. “Sebagai pendekatan psikologis spiritual, dilakukan juga bimbingan dan penyuluhan, doa bersama, dan lainnya,” terangnya.

Mata pelajaran yang diujikan pada UN MA adalah: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Mata pelajaran sesuai jurusan. Untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), mata pelajaran yang diujikan meliputi: Biologi, Fisika, dan Kimia. JurusanIlmu Pengetahuan Sosial (IPS): Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi. Sedangkan untuk jurusan Bahasa dan Budaya, mata pelajaran yang di-UN kan adalahSastra Indonesia/Bahasa dan Sastra Indonesia, Antropologi, dan Bahasa Asing (Bahasa Arab, Jepang, Jerman, Perancis, dan Mandarin). “Untuk jurusan Keagamaan, mata pelajaran yang diujikan adalah Tafsir, Hadis, dan Fikih,” tutur Nur Kholis.

Mata pelajaran yang diujikan pada hari pertama UN adalah Bahasa Indonesia, Kimia (program IPA), Geografi (program IPS), Sastra (program Bahasa), dan Hadits (program Keagamaan). Pada hari kedua, mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Biologi (IPA), Sosiologi (IPS), Antropologi (Bahasa), dan Fikih (Keagamaan). Sedangkan mata pelajaran UN pada hari terakhir adalah Bahasa Inggris, Fisika (IPA), Ekonomi (IPS), Bahasa Asing (Bahasa), dan Tafsir (Keagamaan).

85 MA Ikuti UN Berbasis Komputer

Sejak 2015, Pemerintah menyelenggarakan dua jenis UN untuk siswa sekolah dan madrasah di Tanah Air, yaitu: Ujian Nasional Berbasis Kertas/Paper Based Test (PBT) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). UN yaitu ujian nasional secara manual dengan menggunakan kertas. Sedang UNBK adalah ujian nasional secara online/semi online dengan menggunakan perangkat komputer.

UNBK tahun ajaran 2014/2015 hanya diikuti oleh 6 madrasah saja. “Pada tahun pelajaran 2015/2016, dari total madrasah sebanyak 7.260 lembaga yang terdiri dari 759 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan 6501 Madrasah Aliyah Swasta (MAS), sebanyak 85 MA yang melaksanakan UNBK,” terang Nur Kholis.

“Tahun depan madrasah pelaksana UNBK diprediksi meningkat karena madrasah-madrasah sedang membenahi sarana dan perangkatnya,” tambahnya. Pelaksanaan UNBK tingkat MA akan berlangsung dari 4-7 April dengan pelaksanaan ujian susulan pada 11-12 April 2016. (Red: Fathoni Ahmad)

Tuesday, March 29, 2016

Teladan Umar bin Abdul Aziz

[caption id="attachment_881" align="aligncenter" width="300"]ilustrasi ilustrasi[/caption]

SIAPA yang tidak kenal Umar bin Abdul Aziz. Beliau adalah salah satu sultan terbaik sepanjang sejarah Islam pada masa Bani Umayyah. Ia adalah pemimpin yang besar kekuasaannya dan sangat dimuliakan oleh para sahabat dan pengawalnya.

Pada suatu malam, sang sultan menerima seorang tamu bernama Raja’ bin Haywah.  Tiba-tiba di tengah obrolan mereka berdua, lampu ruangan meredup, karena nyalanya semakin kecil.

Raja’pun segera mengambil tangga dan melompat untuk membetulkan lampu itu. Namun dengan cepat sultan mencegahnya. Ia sendirilah yang turun tangan membetulkan lampu itu sendiri.

Maka Raja’ bin Haywah berkata: “Ya Amiral Mukminin! Apakah orang sebesar Tuan pantas naik tangga membetulkan lampu?”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun menjawab, “Aku naik tangga dan membetulkan lampu. Aku Umar bin Abdul Aziz, setelah turun aku tetap Umar bin Abdul Aziz.” [Fathuri]

Pendaftaran Program Beasiswa Santri Berprestasi Resmi Dibuka

Jakarta, PENDIDIKANISLAM.ID – Pendaftaran Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) telah resmi dibuka Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Dit PD Pontren) Kementerian Agama RI. Untuk masa pendaftaran dimulai 29 Maret – 22 April 2016, verifikasi data 23 – 26 April 2016, pengumuman peserta lolos verifikasi data 27 April 2016, pengumuman lokasi tes ujian peserta 29 April 2016, pelaksanaan test PBSB Online (CBT) 3 – 15 Mei 2016, dan pengumuman kelulusan 26 Mei 2016.

Adapun informasi lengkap terdapat di: http://pbsb.ditpdpontren.kemenag.go.id. Dalam informasi tersebut memuat syarat dan ketentuan, program studi yang ditawarkan, seleksi administrasi, alur registrasi, jadual pendaftaran, dan informasi PBSB secara umum.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, PBSB yang sudah berlangsung sejak 10 tahun lalu pendaftarannya dibuka Maret. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Mohsen menegaskan bahwa program ini akan terus dilaksanakan karena selalu mendapatkan sambutan positif dari masyarakat.

“PBSB akan tetap dilanjutkan tapi dengan format dan sistem yang berbeda. Jika tahun-tahun sebelumnya jurusan yang disediakan adalah umum dan keagamaan, untuk tahun ini program PBSB dikhususkan untuk jurusan umum, sedangkan jurusan keagamaan (tafaqquh fiddin) akan dibuat dengan format yang berbeda,” lanjutnya.

Perbedaan lainnya menurut Mohsen adalah sistem pendaftaran dan ujiannya yang memakai sistem online. “Meskipun pendaftarannya online, tapi berkas pendaftar tetap harus dikirim ke Kantor Kementerian Agama Propinsi setempat sebagai acuan untuk memverikasi data peserta calon peserta seleksi PBSB,” terangnya.

Untuk ujian juga akan dilakukan melalui sistem CBT (Computer-Based Test). “Untuk pelaksanaan ujian online ini panitia baru membuat ancang-ancang untuk melaksanakan test berbasis zona, yaitu Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Tapi tidak menutup kemungkinan pelaksanaan ujian akan dilaksanakan di banyak propinsi jika Kanwil Kementerian Agama Propinsi bisa menyediakan komputer dengan jaringan internetnya,” terang Doktor yang pernah nyantri di Pesantren Al Khairat Palu ini. (Fathoni Ahmad)

Mantap, Bupati Aceh Utara Berikan Beasiswa Rp.1juta per Santri

Jakarta (PendidikanIslam.id) – Tahun lalu, Kabupaten Aceh Utara telah menyalurkan seribu (1.000) beasiswa santri dayah (pesantren). Dan pada tahun 2016 ini juga akan melakukan hal sama.




[caption id="attachment_872" align="alignright" width="250"]Muhammad Thaib (kiri) Muhammad Thaib (kiri)[/caption]

“Beasiswa tersebut untuk membantu para anak yatim dan anak-anak kurang mampu yang berstatus santri serta kepada santri yang berprestasi,” kata Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib seperti dilansir mediaaceh.co awal 2016 lalu.


Sebagaiman diketahui, Aceh Utara saat ini sedang gencar-gencarnya membangun sumber daya manusia (SDM) yang dimaksudkan dapat melahirkan generasi Islami yang profesional dan cerdas dalam ketrampilan apapun dan dapat bersaing di tingkat nasional.


“Penyaluran beasiswa santri ini salah satu program Pemerintah Aceh Utara untuk memeratakan dan meningkatkan kualitas pendidikan dayah di Aceh Utara. Dengan beasiswa tersebut juga bisa memutus kemiskinan lewat pendidikan dengan mengubah pola berpikir inovatif dan kreatif,” cetus Bupati terpilih sejak Tahun 2012 ini.


Mengenai tata cara penyalurannya, pemilik suara 64,12 % yang hanya menamatkan pendidikannya sampai STM ini menyatakan bahwa sebelum menerima beasiswa, santri diverifikasi terlebih dahulu oleh tim dan setelah itu uang akan ditransfer melalui nomor rekening bank masing-masing sebesar 1juta/santri per bulan.


Tidak cukup beasiswa saja perhatian Bupati Aceh Utara terhadap pendidikan Islam, namun diimplementasikan juga dengan menyediakan lahan 20 hektas untuk pembangunan madrasah dan memberikan bantuan terhadap pesantren.




[caption id="attachment_871" align="alignleft" width="250"]Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Utara[/caption]

“Bantuan diberikan untuk meningkatkan pendidikan agama di Aceh Utara dikarenkan keberadaan lembaga pendidikan terutama dayah tidak terlepas dari peran ulama yang berada di tengah masyarakat. Dayah mampu melahirkan teungku-teungku (ulama, red) yang kemudian menyiarkan Syariat Islam di tingkat gampong (semacam desa, red)," tegas sang Bupati (@viva_tnu)

Fokus Pesantren An-Nawawi Tanara Lahirkan Ulama Fukaha

[caption id="attachment_866" align="alignleft" width="239"]Syeikh Nawawi al-Bantani Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama Nusantara yang disegani dunia[/caption]

Pesantren An-Nawawi Tanara Serang Banten, sesuai dengan namanya, ingin mengambil spirit dari Syekh Nawawi Al Bantani, salah satu ulama asal Nusantara yang mampu menunjukkan kiprahnya di tingkat internasional pada zamannya. Visi inilah yang ingin dijadikan spirit oleh KH Ma’ruf Amin ketika mendirikan pesantren An-Nawawi pada tahun 2001 yang menginginkan pesantren ini bisa menjadi tempat untuk melahirkan ulama, khususnya para ahli fikih.


KH Ma’ruf mengatakan, pengkaderan ulama kini semakin mendesak mengingat para ulama sepuh banyak yang wafat sementara masih sedikit generasi muda yang siap menggantikan mereka. Jika hal ini terjadi, bisa menyebabkan kelangkaan ulama. Untuk mencapai visi tersebut, sistem pendidikan sedari awal sudah diarahkan ke sana.


Di pesantren yang lokasinya di daerah tempat kelahiran Syekh Nawawi itu, kini sudah berdiri Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang akan dikembangkan sampai pendidikan tinggi dengan fokus dalam kajian fikih dari S1 sampai dengan S2. “Kami fokus di ilmu fikih karena ulama itu kan ahli fikih, dan di sana kekuatan para ulama,” ujarnya.


Untuk menghasilkan para ulama yang kompeten, tentu bukan hal yang mudah dan waktu yang singkat. Strategi yang dilakukannya adalah mengambil berbagai keunggulan yang ada di sejumlah pesantren lalu dicangkokkan dalam kurikulum pesantren. Untuk keunggulan bahasa Arab dan Inggis, diambil metode dari pesantren Gontor sedangkan kemampuan membaca kitab diambil dari keunggulan pesantren salaf. Satu hal lain adalah para santri di sini diharapkan juga hafal Al-Qur’an. Karena itu, metode pengajaran dari pesantren yang fokus pada hafalan Qur’an juga diterapkan di pesantren ini.


Diakuinya, tak mudah mencapai target ambisius tersebut. Karena itu, mau tidak mau harus dilakukan kompromi, misalnya untuk lulusan Aliyah, hanya ditargetkan mampu menghafal 15 juz Qur’an yang nantinya bisa dilanjutkan dalam jenjang berikutnya. Sementara itu, untuk kajian kitab, yang digunakan adalah kitab-kitab yang selama ini memang sudah biasa digunakan di pesantren, salah satunya Tafsir Jalalain. Para santri belajar dan mengaji sampai malam.


Mereka yang belajar di sini juga diwajibkan mondok atau tinggal di asrama pesantren. Sebelumnya santri tidak diwajibkan tinggal di pesantren, namun hasilnya kurang maksimal. Selain waktu belajarnya yang minim sekali, pergaulannya juga tidak terjaga. Di pesantren, para santri diajari akhlak dan etika pergaulan yang baik. Tetapi, begitu keluar pesantren maka langsung rusak lagi. “Biar orang situ, tetap harus mondok. Kalau nggak mau mondok, nggak usah sekolah di sini,” tegasnya.Beasiswa bagi Santri


Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas atau mampu menyediakan pendidikan bagi kelompok tidak mampu, Kiai Ma’ruf yang kini juga Rais Aam Syuriyah PBNU ini berusaha mencarikan beasiswa dari para pengusaha yang masih memiliki komitmen keumatan. Jaringannya dalam ekonomi syariah yang luar biasa ternyata juga banyak membantu mengembangkan pendidikan yang dikelolanya.


Sebagian besar muridnya kini masih berasal dari seputar Banten, sebagian dari Lampung. Tetapi kini mulai ada yang datang dari Papua. Ia sangat senang adanya santri asli Papua ini karena bisa diharapkan menjadi ulama yang bisa mengembangkan Islam di Papua.


“Susah sekali kalau orang luar Papua karena mereka dianggap sebagai pendatang. Karena itu, kita harus mengkader orang Papua sebanyak mungkin. Rencananya masih ada yang akan dikirim ke sini lagi,” paparnya.


Untuk Pendidikan Tinggi, saat ini masih dalam proses perizinan. Ia menjelaskan targetnya adalah mengembangkan ilmu fikih. Sayangnya, saat ini belum ada nomenklatur Fakultas Ilmu Fikih sehingga Kementerian Agama menganjurkannya untuk membuat kajian akademik untuk itu supaya nantinya bisa diproses dan menjadi keputusan resmi.


Bagi Kiai Ma’ruf, tak masalah menjadi pelopor karena memang ia mengaku suka mengembangkan sesuatu yang sebelumnya belum digeluti orang lain, seperti perjuangannya dalam mengembangkan ekonomi syariah. “Saya suka memulai sesuatu yang baru, nanti yang lain akan enak karena tinggal mengikuti,” paparnya.


Prinsip yang banyak dianut oleh kalangan pesantren adalah mempertahankan tradisi lama yang masih baik, dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. Tetapi baginya hal tersebut belumlah cukup. Mengambil yang baik dari orang lain belum kreatif dan inovatif dan dinamis.


Upaya perbaikan harus dilakukan secara berkelanjutan karena yang lebih baik hari ini besok tidak lebih baik, besok yang lebih baik, lusa tidak lebih baik. “Jadi, tiga hal ini merupakan satu kesatuan: menjaga yang lama, mengambil yang lebih baik, dan melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan,” tegasnya.


Mengenai alasannya hanya akan mengembangkan pendidikan tinggi dengan fokus dalam kajian ilmu fikih sampai tingkat S2 saja, hal ini dikarenakan lulusan S2 sudah memiliki pemahaman yang kuat sehingga lebih aman dari upaya “pencucian otak” jika pergi ke tempat lain. Beda dengan lulusan Aliyah. “Kasarannya, mereka bisa dibiarkan berenang di lautan karena sudah memiliki basis,” imbuhnya.


Jika semua pengembangan keilmuan tersebut kokoh, ia berharap pesantren An-Nawawi juga dapat menjadi tempat berhimpunnya para ulama untuk membahas berbagai masalah keumatan dan kebangsaan.


Kiai Ma’ruf menyadari, mimpi tersebut butuh perjuangan dan kerja keras serta kesabaran. Berbagai kelemahan terus dievaluasi dan dicarikan solusinya. Sikap optimis dan yakin bahwa kendala apapun bisa diatasi menjadi penyemangat untuk tetap teguh memelihara dan melangkah menuju visi yang dicita-citakan. (Red: Musthofa Asrori)


Sumber: NU Online (Ahad, 29 November 2015)


Monday, March 28, 2016

Alhamdulillah, Kemenag Beri Beasiswa Luar Negeri Bagi Lulusan Madrasah Aliyah

Jakarta, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Madrasah akan memberikan Beasiswa Biaya Hidup kepada lulusan Madrasah Aliyah (MA) untuk melanjutkan studi S1-nya di sejumlah universitas terakreditasi di luar negeri, baik Asia, Amerika, Eropa, dan Timur Tengah. Program ini diharapkan akan dapat memperluas akses sekaligus meningkatkan mutu dan daya saing lulusan pendidikan madrasah.

“Beasiswa yang diberikan ini hanyalah beasiswa biaya hidup dengan standar negara yang dituju, meliputi biaya transportasi pulang-pergi (negara asal-perguruan tinggi tujuan), asuransi kesehatan, visa, dan biaya hidup,” jelas Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag RI M Nur Kholis Setiawan, Senin (28/3) seperti diberitakan laman kemenag.go.id.

Menurut Nur Kholis, program Beasiswa Biaya Hidup ini rencananya akan mulai disosialisasikan dan dipublikasi pada 1-30 April 2016 melalui Kantor Wilayah Kementerian Agama di setiap provinsi. Selain itu, juga akan diumumkan melalui laman http://www.pendis.kemenag.go.id atau http://madrasah.kemenag.go.id.

Pendaftaran Beasiswa Biaya Hidup ini akan dilakukan secara online pada 1-15 Mei 2016. Sedangkan penyerahan berkas/dokumen asli dan verifikasinya dilakukan pada pertengahan bulan Mei 2016. Wawancara akan dilakukan di akhir Mei. Bagi mereka yang terpilih akan diberangkatkan pada bulan September 2016.

“Kami akan segera melakukan sosialisasi, mengingat persyaratan-persyaratan baik yang umum maupun yang khusus harus dipenuhi oleh peserta tidaklah mudah,” kata Nur Kholis yang juga lulusan madrasah dan pernah studi di Belanda dan Jerman.

“Persyaratan itu antara lain, memiliki Letter of Acceptance (LoA) baik yang Unconditional maupun Conditional, serta memiliki surat jaminan beasiswa tuition fee (bebas SPP) dari pihak peguruan tinggi,” tambahnya. (Red: Fathoni Ahmad)

Hilangkan Cara Mengajar Konvensional

“Masih banyak guru memilih metode pembelajaran gaya jadul, serba menghapalkan. Diperparah dengan latihan soal tiada henti. Cara itu dinilai mematikan kreativitas. Ironisnya, masih banyak negara yang mempraktikkannya; Singapura, Tiongkok, Korea, Polandia, dan Swiss”
(Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan dan Keterampilan dan Penasihat Khusus tentang Kebijakan Pendidikan OECD)




[caption id="attachment_853" align="alignright" width="250"]Guru Profesional Guru Profesional[/caption]

Jika murid dituntut di era millenium ini untuk memiliki keterampilan; kolaborasi, komunikasi, dan mencari solusi atas persoalan sebagai bekal bertahan hidup pada abad ini, mestinya guru pun begitu. Sayangnya, masih lebih banyak guru yang masih mempertahankan status quo,  mengajar dengan gaya era 80-an kata Schleicher sebagaimana dituturkan oleh Luki Aulia di halaman KOMPAS (28/03/16).


Dunia sudah berubah. Seharusnya guru memberikan tugas menantang dan memancing keingintahuan sehingga muncul kreativitas inovasi. Tetapi, untuk bisa seperti itu, guru harus luas wawasannya dan kompeten di bidangnya. Ini yang selama ini dilakukan Finlandia dan Jepang


Tidak mudah mendapatkan atau membentuk guru seperti itu, tetapi bukan tidak mungkin. Untuk memastikan guru berkualitas, langkah awalnya bisa dari menarik minat lulusan atau orang-orang terbaik agar mau menekuni profesi guru. Jika profesi guru dianggap menantang, bergengsi, atau punya masa depan maka para calon guru yang bagus nan berkualitas akan berdatangan


Guru dituntut tak hanya lihai mengajar, tetapi juga lihai memfasilitasi dan mendorong potensi setiap anak didiknya. Jadi, guru pastinya tidak kemudian berarti memberi tugas lalu murid ditinggalkan begitu saja tanpa bimbingan. Pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13) ini kerap disederhanakan sebagai metode pembelajaran aktif dan mandiri. Murid disuruh cari bahan sendiri, diskusi sendiri, dan kerjakan sendiri. Bak kelas otopilot.


Problem guru yang belum tercerahkan dengan teknik fasilitasi ini, tak jarang menganggap menyulitkan dan menyusahkan. Sebagian guru beralasan kesulitan memfasilitasi anak didiknya karena sudah ribet dengan tugas mengajar, menilai, dan tugas administratif lainnya. Dan ini adalah keluhan akan tingginya tuntutan kepada guru saat ini.


Oleh karena itu, pemerintah dengan K-13-nya, harus diingatkan agar jangan hanya membicarakan kebutuhan dan keterampilan pedagogi guru, tetapi lebih banyak pada konten kebijakan pendidikan yang harus disampaikan guru. Guru yang kreatif sekalipun sering terkekang dengan kurikulum dan silabus dari pemerintah yang masih menekankan pada kemampuan dasar, seperti matematika atau sains.




[caption id="attachment_854" align="alignleft" width="250"]Guru Kreatif Guru Kreatif[/caption]

Sekolah dan guru tak kaku mengikuti kurikulum saja. Harus fleksibel beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pasalnya, anak sekarang harus menguasai keterampilan yang menekankan pada praktik, tak hanya teori. Sekolah harus bisa menjamin anak didik hingga tidak menjadi beban negara. Mereka harus siap masuk atau menciptakan lapangan pekerjaan.


Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab guru kian tak mudah dan profesi guru tidak bisa lagi diisi SDM ala kadarnya. Tetapi, ini tidak berarti semua guru begitu. Banyak juga guru yang sudah baik kualitasnya, bahkan berprestasi, karena menghasilkan praktik-praktik terbaik, tetapi kinerja mereka kerap tidak tersorot karena mereka bekerja dalam sunyi.


Keterkaitannya dengan dunia kerja dengan K-13, beberapa sumber menyebutkan bahwa  di Amerika saja, selama 20 tahun terakhir, lebih dibutuhkan SDM yang memiliki keterampilan kognitif dan interpersonal. Para ekonom dunia juga mengingatkan bahwa dunia membutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya mampu menganalisis masalah sendirian, tetapi juga mampu mengomunikasikan temuannya kepada orang lain di mana pun orang itu berada.


Melihat tren dunia, kualitas guru harus ditingkatkan. Pelatihan berkelanjutan wajib hukumnya diikuti pendampingan tiada akhir. Guru-guru yang dinilai sudah baik harus dikloning sebanyak-banyaknya dengan cara berbagi pengalaman dan praktik terbaik kepada sesama guru. (@viva_tnu)

Kepala MTs Ini Patenkan 9 Penemuan Madrasahnya

[caption id="attachment_849" align="alignleft" width="300"]Nursalim, Kepala MTsN 2 Kediri Nursalim, Kepala MTsN 2 Kediri[/caption]

Beberapa tahun, memimpin MTsN 2 Kediri, Nursalim telah mengantarkan madrasah ini sebagai pelopor madrasah berbasis riset. Para siswanya difasilitasi untuk menemukan hal-hal baru. Hasil karya siswa diikutkan dalam ajang kompetisi sampai tingkat nasional. 9 karya dari MTsN 2 Kediri kini telah dipatenkan.

Bernama lengkap Nursalim M.Pd, saat ini ia tinggal di Jl. Masjid al-Huda Kota Kediri. Ia berasal dari keluarga sederhana, lahir pada tanggal 1 Januari 1966 di Desa Balai Turi Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk.

Ustawun Hasanah

Pagi-pagi sekali sebelum para siswanya datang, Drs. H. Nursalim, M.Pd.I, Kepala MTsN 2 Kediri sudah berada di madrasah. Dialah orang pertama kali yang menyambut siswa-siswi MTsN 2 Kediri yang datang untuk belajar. Dia tidak mau kalau siswa-siswinya datang ke madrasah disambut oleh satpam. Kata Nursalim, kunci sukses untuk mencetak murid berprestasi adalah uswatun hasanah dari guru.

Pada tahun 1986 setelah lulus dari PGA, tepatnya saat berusia 20 tahun, Nursalim diterima untuk menjadi salah satu guru di MtsN 2 Kediri. Tahun 1991 diangkat jadi PNS golongan II A (ijazah PGA) di lingkungan Kementerian Agama. Awalnya, Ia ditugaskan di MI Miftahul Falah, tetapi kemudian dipindahtugaskan ke MtsN 2 Kediri.

Pengabdiannya di MTsN 2 Kediri dimulai sejak tahun 1986 itu. Dalam jangka waktu kurang lebih 29 tahun itu (terhitung sampai pertengahan tahun 2015) hampir seluruh jabatan pernah dipegangnya, kecuali jabatan bendahara. Ia pernah menjadi wali kelas, pembina pramuka, pembina OSIS, pembina jurnalistikhingga menjadi kepala madrasah. Ia memegang amanat sebagai kepala madrasah sejak 2011 hingga 2015 ini, dan pernah meraih penghargaan sebagai guru terbaik di tingkat Jawa Timur.

Baginya, pengalaman yang paling berkesan dalam perjalanannya menempuh pendidikan dasar sampai perguruan tinggi adalah pendidikan karakter dan uswatun hasanah yang diberikan guru-gurunya. Inilah yang kemudian diamalkannya ketika aktif menjadi pendidik dan kepala madrasah.

Sejak aktif menjadi guru madrasah, ia punya mimpi bahwa suatu saat pendidikan madrasah harus lebih baik daripada sekolah-sekolah umum. Dan, setelah sekian tahun, apa yang diimpikannya telah menjadi kenyataan. Ia mampu mengangkat derajat madrasah menjadi penuh prestasi, khususnya MTsN 2 Kediri yang sebelumnya dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai pendidikan kelas pinggiran.

Madrasah Unggulan


[caption id="attachment_850" align="alignnone" width="300"]Nursalim bersama siswinya Zayda Safira, juara olimpiade matematika di China 2014 Nursalim bersama siswinya Zayda Safira, juara olimpiade matematika di China 2014[/caption]

Awalnya, MTsN 2 Kediri merupakan bagian dari PGA. Kemudian pada tahun 1987 dilakukan relokasi ke Jalan Sunan Ampel No. 12 Kelurahan Ngronggo kota Kediri. Di masa-masa awal, MTsN 2 Kediri pernah mengalami masa-masa sulit. Jumlah siswa saat itu masih terbilang sedikit dan tenaga pendidiknya pun sangat kurang, hingga pernah meminjam tenaga pendidik dari sekolah umum untuk menjadi pembimbing pada saat EBTANAS.

Dengan kenyataan seperti itu, praktis MTsN 2 Kediri belum mampu menarik perhatian masyarakat secara umum.

Kondisi demikian membuat Nursalim dan teman-teman guru yang lain berpikir untuk menjadikan MTsN 2 Kediri lebih baik lagi. Ia mengenang saat itu masyarakat dan pemerintah belum bisa bersikap fair.

Terbukti, di saat kondisi madrasah sudah cukup baik, masyarakat tak lantas memandangnya baik. Mereka baru akan bilang madrasah itu baik jika kenyataannya madrasah sudah sangat baik. Pemerintah pun sama. Ketidakadilan dari pemerintah saat itu terlihat ketika menganakemaskan pendidikan sekolah umum dengan memberikan fasilitas gedung belajar yang representative dan mengabaikan madrasah-madrasah yang masih menggunakan serambi masjid sebagai tempat belajar.

Karena itulah Nursalim bertekad menjadikan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah unggulan dan berkualitas. Ia ingin membuktikan bahwa madrasah juga tidak kalah dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum. Seiring dengan berjalannya waktu, apa yang dicitacitakannya terwujud. Berbagai macam prestasi diraih oleh madrasah yang memiliki jumlah siswa kurang lebih 1136 ini. Prestasi nasional hingga internasional sudah diraih. Di antaranya; mendapat penghargaan sebagai madrasah terbaik nasional pada tahun 2004 dan 2010, Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Nasional yang diadakan oleh kemendikbud pada tahun 2004.

Dua prestasi awal itu pada gilirannya menjadi pemicu madrasah untuk selalu meraih prestasi berikutnya, baik prestasi kelembagaan maupun prestasi individu siswa atau guru.

Prestasi antara lain datang dari salah satu siswinya yang bernama Zayda Shafira Ramdhanty dengan meraih medali perunggu pada AIMO atau Asian International Mathematic Olympiad di China 2014. Secara kelembagaan, MTsN 2 Kediri sendiri meraih penghargaan sebagai madrasah berintegritas tingkat nasional.

Prestasi-prestasi itu pada akhirnya mampu membuat masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata. Antusias masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak ke MTsN 2 Kediri semakin hari semakin tinggi.

Nursalim juga telah mengantarkan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah dengan indeks integritas terbaik karena telah menyelenggarakan UN 2015 dengan CBT (Computer Based Test).

Hampir-hampir tidak ada problem yang tidak bisa diatasi. Bagi Nursalim, secara umum bahkan ia tidak merasa menemukan problem yang berarti di madrasahnya. Semua tahapan pengembangan bisa dijalankan dengan baik.

Memanage Potensi Siswa


Untuk menemukan bibit-bibit siswa berprestasi, MTsN 2 Kediri sudah mengadakan kegiatan seleksi sebelum penerimaan siswa baru, misalnya melalui Olimpiade MIPA untuk anak-anak tingkat SD atau sederajat. Dari kompetisi inilah kemudian madrasah mendapatkan siswa-siswa berpotensi. Selanjutnya madrasah memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat masing-masing siswa, mulai dari minat di bidang olahraga hingga KIR atau riset. Semuanya disediakan dan dibina di madrasah ini.

Menurut Nursalim, memberikan ruang seluas-luasnya terhadap bakat dan minat siswa inilah yang menjadi kunci untuk mencetak generasi muda yang berprestasi. MTsN 2 Kedri mengembangkan prinsip obyektif, terbuka dan pembinaan maksimal.

Jika disimpulkan dalam satu kalimat, kata Nursalim, sebenarnya kunci sukses dalam mengantarkan muridmuridnya berprestasi adalah uswatun hasanah dari guru, apapun bentuknya baik dari komitmen maupun kerja kerasnya.

Madrasah Riset


Salah satu trademark MTsN 2 Kediri adalah di bidang riset. Nursalim berhasil membawa madrasahnya sebagai pelopor “madrasah riset”. Para siswanya difasilitasi untuk melakukan penelitian sesuai bakat dan minat dan tidak harus mengeluarkan biaya mahal.

Menurut Nursalim, program riset di MTsN 2 Kediri melengkapi kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada. Program riset sudah berlangsung selama 10 tahun, dan minat para siswa di bidang riset terus meningkat dari tahun-ke tahun. Pihak madrasah menyeleksi bakat dan minat para siswa dan mendatangkan guru pembimbing yang kompeten di bidangnya.

Saat ini sudah ada sembilan hasil riset atau penemuan para siswa madrasah yang telah dipatenkanke HKI. Kesembilan penemuan itu adalah:

  1. Manfaat Lendir Bekicot (Achatina fulica) sebagai Obat Luka Lama (Pencipta: Risma Nailul Amalia)

  2. Pemanfaatan Tulang Ayam Boiler sebagai Bubur Yang Bergizi dan Bernilai Ekonomis (Pencipta: Fahril Haikal Ilmi Sihabuddin)

  3. Fermentasi Sampah Sayuran Pasar Grosir Kota Kediri sebagai Pakan Ternak untuk Meningkatkan Hasil Pertenakan Sapi di Kota Kediri dan Sekitarnnya (Pencipta: Muhammad Rofiqul Ilmi)

  4. Kopi Biji Pepaya untuk Menurunkan Kadar Kolesterol (Pencipta: Astrid Rizkiya Sally)

  5. Roti Sukun untuk Diet Rendah Kalori (Pencipta: Astrik Rizkya Sally)

  6. Pemanfaatan Sarang Telur Laba-laba (Cocoon) dari Ordo Araneae Sebagai Bahan Alami Alternatif Penutup Luka (Pencipta: Rezza Putri Mahartika)

  7. Pengaman Rumah Penggerak Solenoid dengan Koder Morse (Pencipta: Aufa Millatul Haqq)

  8. Potensi Biofungisida dari Jahe, Lengkuas Merah,Kunyit dan Labu Siam untuk Mencegah dan Membasmi Jamur pada Tanaman Sawi (Pencipta: Rahmah Nur Diana)

  9. Nasi Gadung (Dioscorea hipsida Dennst) sebagai Substitusi Nasi Jagung (Zae mays) sebagai Makanan Rendah Kalori bagi Penderita Obesitas.


Mengapa merasa perlu mematenkan hasil temuan?“Alasannya simpel, sebab ini adalah karya anak yang perlu dilindungi agar tidak disalahgunakan oleh orang lain yang tak bertanggungjawab. Dengan mengandalkanjaringan alumni dan relasi di Jakarta akhirnya terbitlah hak paten tersebut,” kata Nursalim.

Ia berharap, kelak karya-karya MTsN 2 Kediri tersebut bisa dikembangkan oleh para siswanya dalam bentuk sikripsi, tesis maupun disertasi di kemudian hari ketika menempuh pendidikan tinggi. (Red: A. Khoirul Anam)

 

Sunday, March 27, 2016

Bagaimana Menerapkan Metode Diskusi Agar Pembelajaran Efektif?

Dalam proses pembelajaran, seorang guru sering dihadapkan dengan keheningan siswa di kelas setelah pembahasan materi. Mereka seolah tidak memahami apa yang mau ditanyakan, ditanggapi, maupun dikritisi dari penjelasan guru. Kondisi ini juga tak jarang memperlihatkan tidak percaya diri (pede) siswa untuk berupaya mengemukakan pertanyaan dan argumen di kelas.

Persoalan tersebut harus dicairkan oleh guru karena kerap kali pertanyaan dan argumentasi siswa mendapat olok-olok dari siswa lain dikarenakan kesederhanaan pertanyaan dan tidak menyambungnya argumentasi. Di titik inilah pengahargaan (reward) seorang guru dari sekecil apapun prestasi siswa harus dilontarkan agar motivasi belajar tetap membuncah. Hal ini juga akan berdampak kepada siswa lain untuk mengemukakan unek-unek dalam materi pelajaran.

Dari beberapa kondisi tersebut, para siswa harus dipacu oleh guru sebagai fasilitator untuk bersama-sama mengeluarkan pendapatnya atas pembahasan suatu materi pelajaran. Di sinilah pentingnya mengoptimalkan berbagai metode, terutama meotde diskusi. Karena perasaan takut, malu, dan tidak pede mungkin muncul di kelas jika para siswa tidak terbiasa mengutarakan pendapat mereka. Di titik inilah peran guru diharapkan mampu membantu para siswa agar lebih aktif dalam memberikan pendapat di kelas.

Metode diskusi juga diterapkan agar tidak terjadi dominasi siswa pintar. Artinya, semua siswa mendapat proporsi yang setara untuk mengemukakan pendapatnya sehingga kapasitas mental siswa terbangun melalui sikap percaya diri dari proses diskusi ini.

Secara teoritik diskusi adalah proses tukar pikiran antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya. Menurut Hendrikus (1991), diskusi dapat terjadi dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Dalam diskusi, hasil akhir tidak harus sebuah kesimpulan atau keputusan, tetapi dapat pula untuk memperjelas permasalahan. Dalam diskusi di kelas, pada umumnya gurulah yang menentukan tujuan diskusi. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan atau merumuskan informasi di akhir diskusi.

Manfaat diskusi tidak hanya mencakup kemampuan kognitif tingkat dasar, melainkan juga kemampuan kognitif tingkat informasi lebih tinggi di antaranya, pertama membahas materi, permasalahan atau ide-ide agar siswa mengetahui dan memahami pokok masalah. Kedua, mencari jalan keluar atau alternatif penyelesaian atas masalah agar siswa mempertimbangkan, mengevaluasi, merancang, menyimpulkan atau merumuskan pokok pikiran atau tindakan.

Diskusi dapat dirancang oleh guru dalam bentuk kelompok besar atau diskusi kelas maupun kelompok kecil yaitu siswa satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Untuk bahan diskusi, guru menyususn berbagai pertanyaan dari persoalan atau permasalahan yang akan dibahas. Seperti yang telah dijelaskan terdahulu, diskusi bisa diarahkan untuk merumuskan solusi dari persoalan yang dibahas. Selain itu, diskusi juga bisa dilakukan untuk menemukan hal-hal baru, baik berupa persoalan baru, tantangan, kelemahan, potensi, dan lain-lain. Oleh karena itu, permasalahan yang digagas oleh guru dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dapat diarahkan ke semua prinsip tersebut.

Diskusi yang paling efektif adalah yang menghasilkan berbagai ide dan gagasan dari para peserta didik yang terbentuk dalam kelompok-kelompok. Dengan demikian, dalam satu kelas, guru bisa menerapkan double technic (teknik ganda) yaitu diskusi kecil sekaligus diskusi kelompok besar. Diskusi kecil dilakukan siswa dengan kelompoknya masing-masing dan didampingi oleh guru dengan cara berkeliling ke setiap kelompok. Aktivitas keliling yang dilakukan oleh guru ini penting agar proses diskusi berjalan dengan efektif dan tidak banyak membuang waktu karena siswa akan serius dalam menyelasaikan materi-materi diskusi.

Setelah memastikan masing-masing kelompok telah selesai berdiskusi, guru kembali membentuk kelompok besar dengan cara membahas bersama dari persoalan-persoalan yang telah ditemukan oleh setiap kelompok. Masing-masing kelompok mewakilkan ketua dan sekretaris kelompoknya untuk memaparkan hasil temuan diskusinya kemudian ditanggapi serta dikritisi oleh kelompok-kelompok lain dan begitu seterusnya.

Dalam proses diskusi besar tersebut, peran guru sebagai fasilitator masih sangat diperlukan agar diskusi tetap berjalan kondusif dan fokus pada materi. Pada bagian akhir diskusi, guru mengompilasi hasil maupun temuan dari masing-masing kelompok untuk kemudian dijelaskan secara mendalam. Dengan demikian, pemahaman para siswa terhadap materi yang didiskusikan akan makin mengkristal dan utuh.

Adapun pada bagian akhir pembelajaran, guru perlu mengevaluasi setiap kelompok bahkan setiap siswa agar ke depan proses pembelajaran yang dilakukan oeh siswa semakin lebih interaktif. Selain itu, guru juga perlu memberikan reward kepada suatu kelompok yang mampu menjalani proses diskusi dengan baik dan aktif. Reward ini akan memunculkan motivasi dari kelompok lain agar ke depan juga lebih baik dalam menjalani diskusi kelompok. Selamat menerapkan! (Fathoni Ahmad)

Saturday, March 26, 2016

Guru Anak Kita Hari ini: Internet dan Televisi

Dunia anak-anak hari ini sesungguhnya benar-benar mengkhawatirkan. Dari penelitian UNICEF tahun 2013 disebutkan bahwa 79 persen anak-anak sudah mengakses internet, dan ironisnya mayoritas tanpa pendampingan, sehingga ditemukan sebagian besar anak telah terpapar pornografi.

Satu tahun sebelumnya, 2012, South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) melakukan riset terhadap 2.558 anak berusia 6-12 tahun di 25 provinsi dan hasilnya tidak kalah mencengangkan: 55,2% anak menghabiskan waktunya menonton televisi, bermain komputer ataupun game lebih dari 2 jam setiap harinya. Sedangkan Kompas Agustus 2015 juga melakukan penelitian di  12 kota, yang di antara hasilnya mengatakan mayoritas anak-anak menonton televisi 1-6 jam per-hari. Dan lebih dari 50 % tidak menerapkan aturan waktu bagi anak

Padahal penelitian oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Ikatan Sarjana Komunikasi (ISKI) pada Juni 2015 di 9 kota menegaskan bahwa program siaran televisi masih di bawah standar. Khusus program acara anak-anak, Indeks kualitas adalah 3,03, masih di bawah angka 4 (berkualitas) yang ditetapkan oleh KPI.

Jika kita menilik perkembangan rasio dan psikologis yang belum matang menjadikan anak adalah kelompok paling rentan dari eksploitasi industri televisi. Siaran penuh kekerasan, gosip, dan eksploitasi tubuh perempuan utamanya adalah ancaman bagi tumbuh kembang anak.

Hak-hak anak di televisi kerap diabaikan. Pengabaian ini di antaranya bisa dilihat dari minimnya proporsi tayangan anak. Riset Remotivi menunjukkan bahkan beberapa stasiun televisi lebih mengutamakan tayangan mistik dan gosip ketimbang program anak.

Meskipun ada beberapa stasiun televisi yang memiliki lebih banyak program anak ketimbang mistik dan horror, namun program anak yang tayang di televisi belum tentu aman dikonsumsi anak. Beberapa tayangan anak terbukti mengandung kekerasan. Contoh terakhir adalah keluarnya sanksi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atas program Dragon Ball di Global TV yang dinilai banyak mengandung muatan kekerasan. Global TV pun pada akhirnya menuruti himbauan KPI untuk menghentikan tayangan film kartun tersebut. Fakta ini adalah tanda bahwa banyak tayangan yang dikonsumsi anak sesungguhnya tidak aman.

Di Indonesia, mengacu pada catatan Remotivi, semenjak 2006 hingga tahun ini setidaknya ada 8  kasus kekerasan anak yang diakibatkan oleh tayangan televisi.  Pada 2006, tayangan “Smack Down” dihentikan setelah banyak anak yang menjadi korban akibat menonton dan menirukan adegan di dalamnya. Sedikitnya ada tujuh kasus kekerasan yang ditengarai akibat tayangan “Smack Down” telah dilaporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Kasus Ke 8 melibatkan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di Jakarta Pusat. Anak tersebut ditemukan tergantung di ranjangnya yang bertingkat. Menurut keterangan orang tua korban dan saksi lainnya, diketahui bahwa ia gemar meniru aksi seorang pesulap di televisi. Setiap selesai menyaksikan tayangan “Limbad The Master”, korban mempraktikkan adegan yang ditontonnya.

Tentu jika kita mau membuka file-file berita berkaitan kekerasan anak akan berderet berbagai kejadian dan peristiwa yang mencengangkan dan membuat kita miris. Bagaimana anak-anak kita bisa melakukan hal-hal yang demikian. Kekerasan dan kekerasan anak terjadi bahkan pada level yang menggiriskan.

Karena itu tidak bisa tidak orang tua, guru, dan keluarga harus kembali mengasuh, mendampingi, dan mendidik anak-anak yang ada di rumah masing-masing. Apa yang ia baca, ia akses, dan ia lihat harus benar-benar membawa dampak positif bagi anak. Jangan biarkan anak-anak berselayar di dunia maya yang antah berantah dengan segala sampah. Atau menonton televisi yang sesungguhnya tak layak konsumsi.

Agama telah mengajarkan, baik buruknya anak tergantung orang tua. Mau dia menjadi kafir atau mukmin, menjadi bodoh atau pintar, menjadi bijak atau pecundang, menjadi bermanfaat atau merusak, semua tergantung orang tua.

Demikian pula guru harus menjadi teladan bagi setiap anak didiknya. Jangan sampai berulang ulah guru yang menggegerkan karena perilaku biadabnya. Sampai guru menjadi pelaku dari sesuatu yang ia wanti-wanti dijauhi oleh murid-muridnya. Jadilah guru yang benar-benar guru.

Dan kita semua, saudara, tetangga dan lingkungan yang menjadi wilayah di mana anak-anak itu tumbuh dan berkembang, sayangilah anak-anak seperti anak-anak sendiri. Bantulah mereka mendapatkan pendidikan terbaik, pengalaman berharga, dan ilmu yang bermanfaat. Karena dengan kerjasama kita semua, masa depan anak-anak yang gilang gemilang bukanlah sesuatu yang sulit. Sebab anak-anak itu adalah anak-anak kita juga, yang akan memegang negeri ini di masa yang akan datang.

Friday, March 25, 2016

Cara Mendidik Diri sendiri

Ibnul Muqaffa’ adalah ulama yang hidup pada masa Bani Umayyah (106-142 H). Ia diakui keulamaannya pada masa itu di Basyrah, Irak.

Suatu saat, salah satu sahabatnya, Al-Asmu’i bertanya kepada Ibnul Muqaffa’, “Siapakah yang mendidik Anda sehingga menjadi orang yang terpelajar, arif, dan bijak?”

Ibnul Muqaffa’ menjawab, “Diriku sendiri.”

Imam Al-Asmu’I heran dengan jawaban ini. “Bisakah seseorang mendidik dirinya sendiri?”

Imam Ibnul Muqaffa’ menjawab, “Bagaimana tidak? Sebenarnya itu mudah saja. Ketika aku melihat orang lain melakukan kejelekkan, aku menjauhkan diriku dari kejelekkan itu. Hanya dengan cara seperti itu saja aku mendidik diri sendiri.

Pesantren Al-Manshuriyah, Pusat Dakwah 27 Desa di Lombok

Logo Pesantren Al-Mashuriyah Bonder LoTeng, NTBPada zaman dahulu, lokasi Pesantren Nahdlatul Ulama Al-Manshuriyah Ta’limusshibyan sangat terpencil dengan bangunan pertama sebuah masjid sebagai pusat pendidikan dan dakwah. Pesantren yang didirikan Tuan Guru Haji Abbas ini kemudian berkembang sebagai satu-satunya pusat kegiatan Islam di kawasan selatan yang meliputi hampir 27 desa di empat kecamatan.


Menurut TGH A Taqiyuddin Manshur, cucu sang pendiri yang sekarang memangku pesantren, era keemasan Al-Manshuriyah hingga menjadi pusat kegiatan Islam itu saat dipimpin bapaknya, yakni TGH Manshur Abbas, putra pendiri pesantren tersebut. Pesantren ini menjadi salah satu institusi pendidikan, dakwah, dan lembaga sosial kemasyarakatan di selatan Lombok Tengah.


Keberadaannya sebagai pusat pengembangan Islam, lanjut Taqiuddin, telah dirasakan sejak akhir abad ke-19. Berdirinya pesantren berawal dari kepedulian sang perintis, TGH Abbas, untuk mendakwahkan Islam yang ramah, serta atas desakan untuk memperbaiki akhlak masyarakat.


Menurut Taqiyuddin, ada dua sisi masyarakat yang melatarbelakangi pendirian pesantren. Pertama, sudut keagamaan. Hampir 80 persen masyarakat menganut paham “wetu telu”, yakni sebuah kepercayaan bersumber dari ajaran Hindu, Budha, dan Animisme.




[caption id="attachment_818" align="alignright" width="241"]TGH Taqiuddin Mansur, Pengasuh Pesantren Al-Manshuriyah LoTeng, NTB (Small) TGH Taqiyuddin Manshur, Pengasuh Pesantren Al-Manshuriyah Lombok Tengah, NTB[/caption]

“Kedua, dari sisi sosial kemasyarakatan, penduduk merupakan komunitas perburuan yang hidup berkabilah atau berkelompok. Orang sini nyebutnya ‘repok-repok’ yang nomaden dari satu tempat ke tempat lain. Mata pencaharian mereka petani tadah hujan dan peternak,” ungkapnya.


Taqiuddin menuturkan, karena lokasi pesantren sangat terpencil, TGH Abbas menaiki kuda untuk “blusukan” menjalankan misinya. “Sebelum itu, beliau dalam kurun kurang lebih 17 tahun jalan kaki naik turun gunung menyusuri pesisir pantai membangun puluhan masjid dan musholla,” terangnya.


Tak heran, lanjut TGH Taqyiuddin, jika dalam rentang waktu tiga dasawarsa hampir 90 persen penganut kepercayaan “wetu telu” berangsur surut. Sementara sistem masyarakat yang semula berkabilah-kabilah dan hidup berpindah-pindah relatif berubah.


“Mereka kemudian hidup menetap di suatu tempat menjadi penduduk yang bersatu, berbaur satu sama lain, berbudaya, dan berperadaban. Penduduk semakin tercerahkan dengan dakwah TGH Abbas itu tadi,” ujarnya.



Sejumlah Fasilitas Pesantren


Menurut salah seorang pengajar, saat ini Pesantren NU Al-Manshuriyah Ta’limusshibyan memiliki sejumlah fasilitas gedung berlantai 1, 2, dan 3 yang berdiri di atas tanah seluas 50 ribu hektar. Gedung tersebut antara lain MI, MTs, SMP, MA, SMK, Perpustakaan ATQIA, dan Institut Agama Islam Qamarul Huda, dua buah masjid, gedung koperasi pesantren , dan tentunya asrama santri putra dan putri.


Selain mengaji aneka kitab kuning, para santri juga dibekali berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang positif mulai pencak silat, marching band, seni qasidah, organisasi kesiswaan, hingga Tahfidzul Quran dan Seni Baca Tulis Al-Quran.


Uniknya, Al-Maarif disematkan di semua nama lembaga pendidikan di bawah pesantren ini. Hal ini seolah ingin mengabarkan kepada siapapun bahwa semuanya di bawah LP Maarif NU. Ditanya tentang pencantuman NU sebagai nama resmi pesantren, TGH Taqiyuddin tertawa sumringah. “Kami dari kecil NU. Taunya ya NU itu. Bagi kami, NU menjadi ruh perjuangan dakwah di sini,” ujar Ketua PWNU NTB ini mantap.




[caption id="attachment_815" align="aligncenter" width="409"]Pesantren NU Al-Manshuriyah LoTeng NTB Papan nama pesantren berdiri di pinggir Jalan TGH Moh Shaleh Hambali Sangkong, Bonder-Praya Barat-Lombok Tengah, NTB[/caption]

Seluruh gedung merupakan milik sendiri dan permanen. MA Al-Maarif, misalnya, telah dilengkapi berbagai fasilitas penunjang pembelajaran. Antara lain laboratorium bahasa dan komputer sebanyak 20 unit yang dipergunakan para siswa untuk beradaptasi dengan teknologi. Perpustakaan, aula pertemuan, dan musholla juga terlihat bersih di lingkungan pesantren ini.


Sebelumnya, pesantren ini tahun 2015 kemarin dipercaya sebagai tempat kedua pelaksanaan pra-Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama. Pesantren tersebut berdiri megah di Jl TGH Moh Shaleh Hambali Sangkong, Desa Bonder, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.


Padatnya jadwal kegiatan pondok tak membuat 1500-an santri merasa terbebani. Mereka justru menikmati segala aktivitas dengan ikhlas dan gembira. Hal tersebut setidaknya tergambar saat menjelang pembukaan acara pra-muktamar, Kamis (9/4) pagi. Mereka tampak bahu-membahu membersihkan sekaligus merapikan tempat acara.


Sementara santri putri dengan “Semangat 45” membantu tim pemasak di dapur umum yang disediakan pesantren. Pasukan tim marching band pesantren terlihat sedang pemanasan menyambut kedatangan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan para kiai dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Di sepanjang jalan menuju pesantren, para santri membentuk pagar betis didampingi anggota Banser yang tampak berjaga-jaga di beberapa titik.(Musthofa Asrori)

Thursday, March 24, 2016

Alumni Madrasah Ini Sekarang Menjadi Engineer di Tokyo

[caption id="attachment_809" align="alignnone" width="300"]Sahrul Pasisingi bersama profesor pembimbing sewaktu wisuda kuliah S2 di Jepang tahun 2012. Sahrul Pasisingi bersama profesor pembimbing sewaktu wisuda kuliah S2 di Jepang tahun 2012.[/caption]

Lulus dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Gorontalo 2003 terbang ke Jepang melalui program beasiswa Monbusho atau Kementrian Pendidikan Jepang. Pihak madrasah dan guru-gurunya mencarikan informasi dan membantu proses pendaftaran. Kini ia telah menyelesaikan pendidikan D3, S1 dan S2 di Jepang dan sedang berkarir di salah satu perusahaan komunikasi terkemuka di Tokyo.

Guru-gurunya di MAN Insan Cendekia Gorontalo mengatakan, “Sahrul sekarang sudah mirip sekali dengan orang Jepang.” Mungkin karena ia berada di Negeri Sakura selama bertahun-tahun, lebih dari 10 tahun, dan jarang sekali pulang ke Gorontalo.

Ceritanya panjang sekali sampai akhirnya Sahrul berhasil menyelesaikan pendidikan di Jepang dan berkarir di sana. Menyelesaikan jenjang pendidikan D3, S1 dan S2 di Jepang juga bukan perkara mudah.

Fokus kajian dan keahliannya adalah teknologi wireless. Tugas akhir D3-nya kajian “Cancellation untuk Sinyal CDMA”. Lalu tugas akhir S1-nya masih seputar teknologi wireless yakni “Propagation Channel Teknologi Multiantena.” Sampai jenjang S2, ia fokus pada teknologi wireless communication 4G. Iklim pendidikan di Jepang memang mendorong para pelajar dan mahasiswanya menjadi pakar dan spesialis.

Awalnya, saat masih di MAN Insan Cendekia Gorontalo, ia sering mendengar cerita guru-gurunya tentang kakak kelasnya yang kuliah di Jepang. Ia tertarik ingin ikut kuliah di sana juga.

“Saya ikut seleksi beasiswa Monbusho. Guru-guru saya membantu mencarikan informasi tentang prosedur beasiswa Monbusho, sampai proses pendaftaran pun banyak dibantu oleh pihak MAN Insan Cendekia,” katanya.

Ia memulai persiapan dengan mengerjakan latihan soal-soal Monbusho yang sudah diujikan tahun-tahun sebelumnya. Lalu Sahrur ikut ujian tertulis di Makassar.  Kemudian ia mengikuti ujian wawancara di Jakarta.

Alhamdulillah saya lulus seleksi, dan berangkat ke Jepang tahun 2004 mengikuti program D3 Monbusho,” katanya.

Selalu Ada Jalan


Sahrul menjalani masa kuliah D3 di kampus Hachinohe National College of Technology

Tema tugas akhirnya tentang noice cancellation untuk sinyal CDMA (wireless communication 3G). Setelah lulus D3 tahu 2007 ia ingin melanjutkan setahap lagi ke Jenjang S1.

“Waktu D3, saya merasa tertarik dengan teknologi wireless dan ingin lebih mendalami bidang tersebut. Saya memutuskan untuk mencoba lanjut ke S1 di universitas,” katanya.

Namun untuk melanjutkan S1 tentu perlu biaya yang tidak sedikit. Waktu itu, kata Sahrul, uang masuknya saja setara dengan 125 juta rupiah, belum lagi biaya hidup sehari-hari. ““Mustahil bisa bayar sendiri,” katanya.

Selalu saja ada jalan. Ia mengajukan permohonan perpanjangan beasiswa Monbusho. “Namun Syaratnya, nilai selama kuliah D3 harus A  semua atau  juara 1 atau minimal juara 2 di kelas yang isinya orang Jepang dan kuliah pakai bahasa Jepang. Ini yang dirasa paling berat. Namun bukan Sahrur namanya kalau mudah menyerah.

Alhamdulillah rejeki, dapat perpanjangan beasiswa, dan diterima juga di universitas tempat saya ingin melanjutkan studi,” katanya.

Ia menamatkan S1 di University of Electro Communication. Tugas akhirnya tentang propagation channel teknologi Multiantena (teknologi wireless communication 4G).

Setelah lulus S1 tahun 2010, ia masih ingin belajar lagi. Ia mencoba melanjutkan studi S2  di bidang yang sama. Namun syarat perpanjangan beasiswa Monbusho ke S2 lebih berat lagi, yaitu ia harus mendapatkan nilai tertinggi diantara penerima beasiswa Monbusho lain.

“Kali ini saingannya lebih jago lagi. Salah satunya adalah kawan sendiri, salah satu wakil Indonesia di Olimpiade Fisika Asia tahun 2002. Saya ketemu beliau pertama kali di olimpiade fisika itu, dan sampe sekarang jagonya nggak luntur-luntur,” katanya tertawa.

Sadar dengan kemampuan sendiri dan sambil membaca peluang, ia kemudian mencoba mencari sponsor beasiswa di tempat lain dan ... “Alhamdulillah, Allah kasih rejeki lagi lewat SISF (Sato International Scholarship Foundation),” kata Sahrur.

Ia menempuh pendidikan S2 di University of Electro Communication, masih di bidang dan fokus yang sama. Tema tesisnya tentang propagation channel teknologi Multiantena (teknologi wireless communication 4G).

Bersyukur Bisa Belajar di Madrasah


Sahrur lahir di Gorontalo, bulan Mei 1985. Ayahnya bernama Hamdun Pasisingi, dan ibunya Ratna Hulukati. Pekerjaan orang tuanya adalah guru Pegwai Negeri Sipil (PNS). Mereka tinggal di Kabila, Bonebolango, Gorontalo.

Ia menamatkan pendidikan dasar di SDN Tumbihe, lalu berlanjut di SMP 1 Kabila, masih di wilayah Gorontalo.

Saat di SMP itulah ia mendapat informasi dari gurunya kalau ada sekolah unggulan yang baru dibangun di tanah kelahirannya Gorontalo. Namun susah untuk bisa masuk sekolah ini karena seleksi cukup ketat. “Saya mencoba dan alhamdulillah diterima,” katanya.

Sejak di Insa Cendekia, Sahrur sudah mengatur jam belajar dengan baik, dan sangat membantu ketika ia berada di Jepang yang menerapkan disiplin waktu cukup ketat.

“Di Insan Cendekia Gorontalo, saya berusaha sebisa mungkin mendengarkan baik-baik penjelasan guru di kelas. Kalau materinya terlalu sulit, minimal ngerti garis besarnya saja, sisanya ntar di baca lagi,” katanya.

Saat jam bebas, pukul 16.00 sampai 18.00 WITA, ia manfafatkan betul untuk menikmati hobi. “Saya main gitar, ngobrol dengan kawan-kawan, atau main di lab komputer. Kadang main voli atau sekedar jalan keliling lapangan tanpa tujuan. Atau terpaksa mencuci pakaian kalau cucian udah numpuk,” katanya.

“Di asrama IC pada pukul 20.00 sampai 22.00 WITA saya menggunakan jam belajar mandiri untuk membaca kembali materi di kelas yang dirasa kurang jelas. Atau saya pakai buat latihan menjawab soal-soal matematika, fisika, kimia, biologi. Kalau ada kawan yang minta diajarin, saya coba jelaskan dengan cara saya sendiri sekalian buat mengecek kalau saya sudah paham betul atau tidak,” tambahnya.

Ia merasa beruntung bisa mendapatkan kesempatan belajar di madrasah. Ia mempunyai kesempatan yang jauh lebih banyak dibandingkan teman-teman di sekolah umum untuk mengenal Sang Pemilik Ilmu Allah SWT, katanya.

Ini juga yang dipesankan Sahrul kepada adik-adiknya yang sekarang sedang belajar di madrasah. “Pertama, syukuri bahwa adik-adik bisa menenuntut ilmu madrasah,” katanya.

“Kedua, mulailah mencoba membuat visi hidup kedepan dari sekarang, supaya adik-adik akan punya standar yang jelas untuk menentukan langkah-langkah nanti, seperti saat memilih bidang yang akan ditekuni saat kuliah, bekerja dan seterusnya. Tentu visi ini pun bisa adik-adik ubah sesuka hati, yang terpenting adalah ‘punya’ visi-nya dulu,” katanya.

Sahrul berasal dari daerah yang sama dengan tokoh yang dikaguminya B.J. Habibie, presiden ketiga Republik Indonesia yang juga menjadi pelopor pendirian Insan Cendekia.

“Saya sangat mengagumi Bapak BJ Habibie sebab beliau adalah sosok teknokrat yang sukses di bidangnya, sekaligus sosok negarawan yang tulus berkarya untuk memajukan bangsa dan negaranya. Sepak terjang beliau adalah inspirasi buat para teknokrat dan para calon teknokrat Indonesia,” katanya.

Tertarik Industri Komunikasi


Saat ini Sahrur tinggal di Kawaguchi, Saitama-pref, Jepang. Ia bekerja sebagai Engineer di NTT Communications Corp Tokyo. Ia belum membuat planning lebih jauh karena sedang fokus meniti karir di perusahaan tempat bekerja sekarang.

Banyak hal yang menyebabkan ia memilih belajar dan berkarir di Jepang. Pertama karena negara ini terkenal dengan kemajuan industri elektroniknya, dan ia merasa tertarik ingin menekuni bidang tersebut.

“Saya pun memlilih berkarir di Jepang karena saya merasa ada peluang untuk menerapkan ilmu yang saya tekuni, serta dapat menimba pengalaman bekerja di lingkungan budaya orang Jepang,” katanya.

Dalam hal pendidikan, dibandingkan dengan Indonesia, secara umum materi pelajaran lebih di Jepang lebih fokus dan proporsi membahas konsep lebih banyak dibandingkan latihan soal.

Dalam hal karir, di Jepang dituntut untuk disiplin waktu, sehingga ia terbiasa bekerja di bawah tekanan dan dengan jam kerja yang relatif panjang.Tapi penghargaan atas kinerja sebanding dengan kerja keras yang sudah dilakukan.

Ia bercerita, menjelang akhir masa studi ia mencoba berpikir kembali tentang apa cita-citanya sebenarnya.

“Ada dua jalan yang bisa ditempuh setelah S2. Jalan pertama, lanjut S3 jadi ilmuwan, peneliti atau dosen. Jalan kedua, terjun ke dunia kerja, jadi engineer di perusahaan Jepang. Saya memilih jalan kedua karena merasa lebih pas dengan cita-cita saya,” kata Sahrur..

“Mulailah saya ikut seminar-seminar di perusahaan-perusahaan Jepang. Di Jepang banyak sekali pilihan tempat kerja, perusahaan-perusahaan tersohor, seperti Toyota, Nissan, Mazda, Honda, Sony, toshiba, hitachi, fujitsu NEC, sharp dan seterusnya. Mereka membuka peluang besar untuk para calon fresh graduate,” katanya.

Ia sendiri lebih tertarik dengan industri telekomunikasi karena sejalur dengan bidang yang ia tekuni sewaktu kuliah. Ia bertemu dengan NTT Communications, anak perusahaannya NTT, grup perusahaan telekomunikasi terbesar di Jepang. Perusahaan ini sedang gencarnya membuka peluang masuk pegawai asing dalam rangka memacu expansi globalnya.

“Karena tertarik dengan peluang bekerja di perusahaan multinasional, saya pun mencoba melamar , ikut seleksi (ujian berkas, tertulis, wawancara) dan alhamdulillah diterima,” ujarnya.

Meski sudah menjalani “masa kemapanan” di Jepang, Sahrul masih berpikir akan pulang dan berkarir di Indonesia. “Saya punya rencana pulang ke Gorontalo dan membuka lapangan kerja baru sekaligus menerapkan ilmu dan pengalaman yang saya dapat selama berada di Jepang,” pungkasnya. [A. Khoirul Anam]

Laku Spiritual dalam Ujian Nasional

Ujian Nasional (UN) tahun 2016 tinggal menghitung hari. Untuk tingkat SMA/MA/SMK, ujian nasional utama akan dilaksanakan pada 2-6 April 2016, sedangkan untuk SMP/MTs dilaksanakan 25-28 April 2016 mendatang. Ini belum teramsuk jadual UN perbaikan dan UN susulan. Sejak 2014 hingga kini, sistem UN dilakukan melalui dua cara, berbasis kertas dan komputer, yakni ujian nasional berbasis komputer (UNBK) atau Computer Based Test (CBT).

Namun, tulisan ini tidak bermaksud mengulas UN 2016, tetapi mengulas dan mengingat kembali ujian nasional di masa lalu dengan berbagai peristiwa dan laku. Jika sekilas refresh ke belakang, sejak tahun 2003 silam, ujian kelulusan secara nasional (istilah dulu: Ujian Akhir Nasional, UAN) digunakan oleh pemerintah sebagai alat evaluasi. Dari mekanisme ini, poin pentingnya yaitu adanya standarisasi. Siswa dinyatakan lulus apabila telah memenuhi standar yang telah ditetapkan secara ketat dan mengikat. Namun demikian, mekanisme dan standar kelulusan dari tahun ke tahun mengalami perbaruan.

Dengan standar yang ketat dan mengikat, Ujian Nasional (UN) sering menjadi momok bagi setiap siswa di Indonesia. Siswa dikerahkan untuk mengikuti pelajaran tambahan hingga sore hari. Tambahan jam pelajaran ini dilakukan oleh siswa dengan guru sebagai instrukturnya agar siswa memahami secara ‘teknis’ dalam mengerjakan soal-soal ujian. Dengan kata lain, semua itu dilakukan dengan tujuan supaya siswa dapat menaklukan soal-soal ujian nasional. Bukan untuk mengarahkan pada cara berpikir yang baik dan sistematis dalam menghadapi persoalan. Di titik inilah, 3 tahun bersekolah seakan ditentukan oleh 3 hari dalam ujian nasional. Meminjam nomenklatur Benyamin S Bloom, praktis UN hanya bersifat cognitif center, dua aspek penting lain seperti afektif (kecerdasan laku) dan psikomotor (skill, keterampilan gerak) sadar atau tidak telah mengalami degradasi.

Kendati demikian, perbaruan mekanisme ujian nasional beberapa tahun belakangan dirasa tak sesulit pada tahun-tahun awal diterapkannya UN yang jika siswa tidak lulus, praktis tidak bisa mengulang. Saat itu, kelulusan 100 persen ditentukan oleh nilai mata pelajaran yang diujinasionalkan. Sedangkan ujian sekolah dan nilai rapor dinafikan. Lain dulu lain sekarang, dengan komposisi UN sebesar 60 persen dan US 40 persen dalam hal mempengaruhi kelulusan. Artinya, nilai UN dapat terangkat oleh nilai US.

Perkembangan terakhir terkait dengan masa-masa kelulusan ini, para siswa tetap mengejar nilai UN tinggi agar lebih mudah masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) favorit. Karena nilai UN tinggi ditunjang dengan nilai rapor yang memadai akan membuat siswa memperoleh beasiswa full dari pemerintah sebagai salah satu persyaratan. Di Kemdikbud ada Beasiswa Bidik Misi, sedangkan di Kementerian Agama ada Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Fasilitas ini yang tidak didapatkan oleh siswa generasi UN awal (2003-2007). Bahkan pada zaman itu, UN benar-benar menjadi momok menakutkan sebagai syarat mutlak kelulusan siswa dan nilai tinggi ujian nasional pun seolah tak ada artinya karena saat itu tetap harus berjuang maksimal melalui tes agar bisa masuk PTN.

Impact ujian nasional

Dengan kondisi psikologis siswa yang dari zaman ke zaman mengalami perubahan, juga dengan kemudahan mekanisme dan standar ujian nasional, nampaknya UN tak banyak mempengaruhi siswa secara psikologis yang masih mengalami depresi, stres, dan lain-lain. Ini terjadi ketika posisi UN masih menjadi momok bagi siswa untuk lulus. Dari gejala psikologis ini, akhirnya siswa melakukan banyak hal untuk mereduksi kondisi tersebut mulai dari perilaku irrasional yaitu mencari kemudahan melalui ‘orang pintar’ hingga yang religius seperti berdoa bersama atau beristighotsah, bahkan ada yang melakukan ritual pensil UN-nya minta didoakan sehingga mengerjakan soal serasa lebih mudah.

Sebagai sebuah usaha tentu tidak ada salahnya jika seorang siswa meyakini akan kebenarannya, minimal dengan nalarnya sendiri. Jika nalarnya berpikir bahwa Tuhan adalah satu-satunya tempat meminta, mintalah kepada Tuhan atau orang-orang yang berafiliasi dengan Tuhan seperti ulama atau kiai yang benar-benar wara’ dan bersahaja. Dengan hal yang demikian, tentu kita tidak memposisikan seorang Kiai adalah tempat meminta, melainkan sebagai wasilah (perantara) kepada Yang Maha Memberi yaitu Tuhan.

Di titik ini timbul pertanyaan, apakah Tuhan tidak mendengarkan doa kita sehingga perlu perantara? Tentu sangat mendengar, bahkan dari keinginan hati manusia yang tersembunyi sekalipun. Sekarang pertanyaannya dibalik kepada diri kita, apakah doa seorang yang fakir seperti kita yang laku kehidupannya jauh dari Tuhan, lalai, bahkan lebih banyak tidak tunduknya, kemudian Tuhan akan mengabulkan atau dengan cepat akan mengabulkan permohonan kita?

Tentu perantara orang baik secara sosial dan spiritual, sholeh, taat, dan tunduk kepada Tuhannya sangat diperlukan untuk menjadi wasilah yang akan membawa doa-doa kita menuju ke Haribaan-Nya. Manusia yang dekat dengan Tuhannya, akan menjadi kekasih-Nya, wali kalau istilah sekarang. Semua hijab di dunia dibukakan oleh Tuhan sehingga hal-hal yang bersifat ghaib yang tidak nampak di mata manusia biasa, tetapi dalam pandangannya semua nampak jelas. Itulah karomah atau keistimewaan sehingga apakah kita masih meragukan bahwa peran wasilah orang-orang sholeh sangat penting untuk kita yang masih fakir?

Artinya, dekatlah dengan orang-orang sholeh agar kita mendapatkan kemudahan dari Tuhan yang memang dekat dengan mereka. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh siswa dengan beristighotsah, menghadirkan guru atau kiai untuk mendoakan sangatlah penting. Banyak nilai-nilai religius yang bisa kita raup, selain menghadirkan optimisme, energi spiritual akan tumbuh dan tali kasih sayang sesama manusia pun (silaturrahim) akan semakin erat. Apakah Tuhan menyukainya? Tentu sangat menyukai.

Laku spiritual: sebuah pengalaman

Pengalaman penulis artikel ini di tahun 2005 hingga 2007, di setiap tes atau ujian penulis selalu mengalami first shock dalam mengerjakan soal. Apalagi yang dikerjakan mata pelajaran eksak terutama matematika. Gejala gemetaran, takut tidak bisa menyelasaikan soal, tidak pede sehingga timbul rasa khawatir jika nanti sudah menganalisis soal dengan cara yang begitu panjang tapi tidak ketemu juga jawabannya, grogi, dan lain sebagainya membuat penulis nyata-nyata kesulitan dalam mengerjakan soal-soal ujian.

Itu tes sekelas ujian semester, apalagi tingkatan ujian nasional yang saat itu memang mekanismenya jika nilai UN dari tiga mata pelajaran tidak mencapai standar kelulusan, maka siswa harus mengulang lagi satu tahun. Ketika itu memang tidak ada mekanisme ujian ulang, jika pun ingin mendapatkan ijazah, pemerintah memeperkenankan untuk ambil pendidikan kesetaraan, paket C.

Setiap bakda shalat maghrib hingga malam, memang penulis bersama 4 orang teman mengaji al-Qur’an dan kitab ulama klasik kepada seorang kiai dan kegiatan mengaji ini sudah penulis jalani selama 3 tahun. Kita berlima setiap hari tak jarang berkonsultasi persoalan kehidupan tak terkecuali masalah UN yang beberapa minggu lagi akan kita hadapi saat itu. Kami memang hanya sekadar meminta doa karena dia merupakan seorang ulama yang begitu alim dan wara’ di desa kami.

Ketika itu kami belum memahami hal ihwal wasilah, kami hanya berpikir bahwa dia adalah orang soleh dan baik, tentu merupakan hal yang baik pula untuk minta doa kepada orang baik. Ternyata tak sekadar mendoakan, dia juga memberikan amalan doa yang dianjurkan untuk dibaca setiap habis shalat wajib dan shalat malam. Artinya, doa ini makbul jika kita tidak melalaikan shalat. Hiden education yang luar biasa. Penulis sendiri memang berusaha tirakat dengan secara rutin berpuasa sunah senin-kamis walaupun tujuan puasa itu selama menjadi pelajar sedikit beraroma pragmatis.

Ketika hari H ujian nasional tiba, penulis merasakan kemudahan dan ketenangan dalam mengerjakan soal-soal UN. Bahkan matematika yang selama ini terasa menjadi momok bagi penulis, berhasil dengan tenang, mudah dan mengalir dapat penulis kerjakan dengan jawaban yang sangat meyakinkan saat itu. Sebuah pengalaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya, karena setiap menghadapi soal matematika dan ilmu eksak lain, penulis selalu merasa tidak tenang dan grogi. Itulah kemungkinan besar yang membuat setiap siswa praktis kesulitan secara psikologis dalam mengerjakan soal. Padahal kondisi psikologis yang tenang dan rileks sangat dibutuhkan untuk berpikir.

Kemudahan dan ketenangan dalam mengerjakan soal-soal UN, penulis sadari bahwa semua ini didapatkan berkat kontemplasi (persemedian, tirakat, berdoa, dan berusaha) yang selama ini dilakukan. Dekat dengan seorang kiai, mendapatkan doa-doanya, dan menjalani amalan-amalan yang diberikannya berupa doa dan ajuran ketundukan kepada Tuhan. Penulis sadar betul bahwa harus ada ikhtiar pribadi untuk melegitimasi kesungguhan hati dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Tentu bukan sekadar untuk kepentingan pragmatis dalam memperoleh kesuksesan di ujian nasional. Selamat menempuh ujian nasional!

Fathoni Ahmad, Pengajar di STAINU Jakarta.

Wednesday, March 23, 2016

Kisah Zaid bin Tsabit, Berjihad dengan Menjadi Ahli Bahasa

[caption id="attachment_801" align="alignnone" width="300"]gambar sekedar ilustrasi gambar sekedar ilustrasi[/caption]

Tahun 2 Hijriyah, kota Madinah semakin sesak dipenuhi oleh manusia yang bersiap-siap untuk menyambut perang Badar. Nabi Muhammad SAW melakukan cek akhir pada pasukan pertama yang akan berangkat di bawah komandonya sendiri untuk berjihad di jalan Allah dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi.

Terlihat di sana, ada seorang anak kecil yang belum genap berusia 12 tahun yang nampak memiliki kecerdasan dan kemuliaan diri. Di tangannya terdapat sebilah pedang yang sama panjangnya dengan tubuh bocah tadi atau lebih panjang dari tubuhnya. Ia mendekat ke arah Rasul SAW lalu berkata:

“Aku akan menjadi pelindungmu, ya Rasulallah. Izinkanlah aku untuk turut serta bersamamu dan berperang melawan musuh-musuh Allah di bawah panjimu.”

Rasulullah SAW lalu melihat anak ini dengan perasaan senang dan kagum. Kemudian Beliau menepuk pundak anak ini dengan lembut dan penuh perasaan sayang. Beliau menghibur anak ini, kemudian menyuruhnya pulang karena ia masih berusia dini.

Pulanglah bocah kecil tadi dengan menyeret pedangnya ke tanah  dengan perasaan kesal dan sedih, sebab ia dilarang untuk menemani Rasulullah SAW dalam peperangan pertama yang Beliau lakukan. Di belakang langkahnya juga turut pulang ibunya yang bernama An-Nawar binti Malik, yang juga tidak kalah bersedih dan kesal. Ibunya telah berharap bahwa matanya akan berbinar-binar saat melihat anaknyaberjalan bersama rombongan pria dewasa untuk berjihad di bawah komando Rasulullah SAW.

Ibunya berharap bahwa bocahnya dapat menempati posisi yang diharapkan yang dapat diisi oleh ayahnya kalau saja ia masih hidup. Akan tetapi bocah Ansor ini saat ia tidak berhasil untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW dalam bidang ini karena usianya yang masih kecil, akan tetapi kecerdasannya –yang tidak berhubungan dengan umur- membuat dirinya dapat berhubungan dengan Nabi SAW. Bidang itu adalah: ilmu pengetahuan dan hapalan.

Kemudian bocah tadi menceritakan ide ini kepada ibunya. Maka senang dan gembiralah ibunya, dan ia semangat untuk mewujudkan ide anaknya. An Nawar menceritakan keinginan anaknya kepada para pria dari kaumnya. Maka beberapa pria tadi berangkat untuk menemui Rasulullah SAW dan berkata kepada Beliau:

“Ya Nabi Allah, ini adalah seorang dari anak kami yang bernama Zaid bin Tsabit yang mampu menghapal 17 surat dari kitab Allah. Ia membacanya dengan benar persis seperti yang diturunkan kepada hatimu.

Lebih dari itu, ia adalah anak yang cerdas yang pandai menulis dan membaca. Ia ingin sekali dengan potensi yang ada dapat mendekatkan diri kepadamu dan mendampingimu... Jika engkau berkenan, silahkan dengarkan penuturannya!”

Rasulullah SAW lalu mendengarkan dari bocah Zaid bin Tsabit beberapa ayat Al Qur’an yang ia hapalkan. Rupanya bocah ini mampu membacanya dengan begitu baik, dan pelafalannya pun sempurna. Kalimat Al-Qur’an keluar dari kedua bibirnya seperti bintang di langit yang menyala.

Bacaannya begitu memberikan ilustrasi akan apa yang sedang ia baca. Setiap tanda waqaf di mana ia berhenti, menandakan bahwa ia amat mengerti akan hal yang dibacanya. Maka gembiralah hati Nabi SAW karena mendapati bahwa bocah ini memiliki potensi yang lebih dari apa yang mereka katakan. Hal yang membuat Rasul lebih gembira adalah karena bocah ini amat pandai menulis... maka Rasulullah SAW melihat ke arah bocah ini dan bersabda:

“Ya Zaid, pelajarilah untukku tulisan bangsa Yahudi. Sebab aku tidak mempercayai mereka atas apa yang aku katakan!” Maka Zaid menjawab: “Baik, ya Rasulullah!”

Maka mulailah Zaid mempelajari bahasa Ibrani sehingga ia menguasai bahasa tersebut dalam waktu singkat saja. Kemudian ia menuliskan bahasa tersebut kepada Rasulullah, jika ia berkeinginan untuk menulis surat buat bangsa Yahudi. Dan Zaid akan membacakan kepada Rasul, jika mereka mengirimkan surat kepada Beliau. Lalu ia juga mempelajari bahasa Suryani atas perintah Rasul, sebagaimana ia mempelajari bahasa Ibrani. Maka sejak saat itu pemuda yang bernama Zaid bin Tsabit menjadi penterjemah Rasulullah SAW. [Fathuri]

*Dikutip dari kitab Shuwar min Hayatish Shahabah

1 April 2016, Batas Akhir Pendaftaran MAN IC se-Indonesia

Jakarta (PendidikanIslam.id) – Penerimaan murid baru tujuh Belas (17) Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) ; Serpong (Banten), Gorontalo, Muro Jambi, Aceh Timur, Ogan


Logo MAN IC

Komering Ilir (Sumatera Selatan), Siak (Riau), Paser (Kalimantan Timur), Pekalongan (Jawa Tengah), Bangka Tengah, Padang Pariaman (Sumatera Barat), Bengkulu Tengah, Kota Batam, Tanah Laut (Kalimantan Selatan), Sambas (Kalimantan Barat), Kendari (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), dan Sorong (Papua Barat) dalam hitungan hari, 01 April 2016, pendaftaranya akan ditutup.


Sebagaimana diketahui dan telah diberitakan sebelumnya, pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) via online telah dibuka selama satu (1) bulan penuh; sejak 01 Maret s/d 01 April. Setelah itu, hasil seleksi berkas administrasi akan diumumkan pada 29 April. Bagi calon peserta didik yang lolos seleksi berkas administrasi tersebut, akan dilaksanakan tes tulis pada 14 Mei. Berselang satu (1) bulan kemudian, 14 Juni, akan diumumkan kelulusan tes tulis.


Tata cara/alur pendaftaran via online PPDB pada tahun ini melalui beberapa tahap;

  1. Buka Website http://penerimaan.ic.sch.id;

  2. Lakukan registrasi (Data pada formulir pendaftaran akan menjadi akun dan digunakan untuk login ke portal);

  3. Uploud berkas;

  4. Simpan;

  5. Jika sudah tidak ada perubahan pilih KIRIM;

  6. Status peserta Sent Lock.


Persyaratan Pendaftaran PPDB MAN IC 2016 adalah;

  1. Peserta didik kelas IX MTs/SMP pada tahun pelajaran 2015/2016 (Legalisir Rapor kelas IX semester 1, di-uploud)

  2. Berusia maksimal 17 tahun pada 1 Juli 2016 (Akte kelahiran/kenal lahir, di-uploud);

  3. Pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm (mak. 200 kb, di-uploud);

  4. Rekomendasi madrasah/sekolah (di-uploud);

  5. Sertifikat/penghargaan prestasi (di-uploud);

  6. Surat Keterangan Tahfiz Al Qur’an dari madrasah/sekolah

  7. KIP/KPS/KKS/PKH/SKTM/SKRTM/SKKM dari Kelurahan/Desa bagi calon peserta keluarga kurang mampu (di-uploud)


Sedangkan untuk hotline PPDB MAN IC bisa dihubungi : 021 -7563578 (IC Serpong), 0435-823692, (IC Gorontalo) 08117424910 (IC Jambi)

(@viva_tnu, http://penerimaan.ic.sch.id)