Sekolah bergengsi Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang selalu mendapat pujian atas prestasi akademik maupun non akademik dari tingkat nasional maupun internasional. Hal tersebut pantas didapat melihat alumninya yang bermunculan menjadi manusia unggul di bidangnya. Piala yang sudah memenuhi ruang guru dan kepala sekolah tidak bisa dihitung dengan jari.
Meski demikian, Kepala MAN 3 Dra Hj Binti Maqsudah MPd mengaku hal itu tidak akan terwujud tanpa program bagus yang mendukung: Ma’had Al-Qalam. Ya, madrasah nomor wahid di Malang ini memiliki program unggulan, Ma’had Al-Qalam, yang membidik siswanya untuk mempelajari Islam secara mendalam sekaligus mempraktikkannya dalam aktivitas sehari-hari.
Saat ditanya kenapa harus ada Ma’had, Binti memberikan ilustrasi bahwa jika di sekolah anak-anak belajar teori untuk semua mata pelajaran, maka di ma’had mereka akan diajari agama sebagai kontrol perilaku, memiliki akhlaqul Karimah, dan berbagi dengan sesama. “Karena semua ilmu tidak akan ada nilainya tanpa diimbangi dengan tindak-tanduk yang baik,” ungkap Binti.
[caption id="attachment_947" align="aligncenter" width="417"]
Awal berdirinya Ma’had MAN 3 Malang adalah berbentuk asrama, dan itu diperuntukkan bagi siswa dari luar kota yang tidak memiliki tempat singgah. Seiring berjalannya waktu, asrama yang dikelola dengan sistem pesantren ini memunculkan siswa-siswa berprestasi dibanding dengan siswa yang tidak tinggal di asrama. Karenanya, asrama diputuskan bermetamorfosis menjadi ma’had dengan mengadopsi nilai-nilai pesantren untuk menggodok para siswa MAN 3.
Ma’had Al-Qalam berdampingan langsung dengan sekolah MAN 3 tersebut di jalan Bandung nomor 7 Malang. Ma’had ini menjadi rujukan madrasah-madrasah lainnya baik dalam maupun luar kota yang ingin memiliki program yang sama karena melihat kolaborasi yang apik antara MAN 3 dan Ma’had Al-Qalam dalam mendidik siswa.
Tidak hanya sains yang siswa kuasai, namun dalam Bahasa Arab, kesadaran akan sholat jam’ah para siswa, hingga sholat tahajud tanpa pemaksaan sudah berjalan dengan sendirinya.
Padat Aktivitas
Kegiatan rutin santri dimulai dari pukul 03.30 dini hari. Semua santri berkumpul untuk sholat subuh, taklim, lalu mendengarkan kultum. Dilanjut pukul 05.15-06.30 sarapan bersama sembari persiapan sebelum berangkat sekolah.
Mulai pukul 15.35 hingga 17.00 ,ma’had memiliki kegiatan mandiri, ekstrakurikuler dan pembangunan karakter (character building). Hal ini berlanjut pada pukul 17.30-19.00 sholat Maghrib berjama’ah, Ta’lim dan sholat Isya. Kemudian, pukul 19.45 para santri mendapatkan tutorial dalam bidangnya dan belajar bimbingan sesuai minat dan bakat. Kemudian istirahat hingga bangun lagi untuk qiyamullail (sholat Tahajud dan amalan malam lainnya).
[caption id="attachment_943" align="aligncenter" width="389"]
Binti menuturkan, untuk siswa yang masih asing dengan sistem pesantren tidak perlu khawatir karena Ma’had Al-Qalam memberikan orientasi bagi para siswa baru. “Karena sekarang pembelajaran di ma’had pun ada kelas-kelas sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki siswa. Dan ini tentu akan sangat membantu proses pembelajaran mereka,” jelasnya.
Salah satu siswi yang merasa beruntung mengenyam pendidikan pesantren di Ma’had Al-Qalam adalah Nabilah Rohadatul ‘Aisy, pemegang medali emas tingkat nasional dalam Olimpiade Kimia.
Nabila, sapaan akrabnya, mengaku sangat terlayani dengan baik segala bakat dan minatnya. “Di Ma’had saya bisa menemukan teman belajar. Bimbingan rutin bisa saya lakukan setiap harinya. Ilmu agama yang sebelumnya hanya saya tahu sebagai rutinitas saja, kelak saya ingin jadi penda’i dan peneliti dalam sains,” tutur Nabila. (Red: Musthofa Asrori)
Sumber: NU Online (Sabtu, 21 November 2015)
No comments:
Post a Comment