***
Dengan sigap para tamu diajaknya bersalaman satu satu. Dibalik peci hitam terlihat uban mencul memenuhi sela-sela kepala. Pria yang lahir 70 tahun lalu ini tetap giat di sela kesibukanya menjadi Kepala Lembaga Surya Buana; Sebuah sekolah bertema alam yang kini sering merebut prestasi nasional sampai internasional.
“Dahulu sewaktu berstatus MTs, sekolah ini masih berdinding gedek, muridnya hanya 5 orang,” kata Jalil ketika ditanya tentang awal mendirikan sekolah Tirta Buana. Kini setelah 17 tahun sekolah ini menjelma menjadi lembaga yang memiliki pendidikan dari TK sampai SMA
Lalu siapa juga yang tidak kenal dengan MAN 3 Malang, sekolah elit yang berjajar luas di Jl. Bandung Tujuh Malang ini selalu menjadi mimpi manis para calon siswa untuk berseragam gagah menyandang status sebagai siswa di sana. Ya, MAN 3 Malang yang selalu panen prestasi memiliki jendela sejarah yang tidak bisa lepas dari sosok sepuh bersahaja, panyandang penghargaan UIN Award, Abdul Jalil.
Pak Djalik: Perintis Madrasah Berprestasi
Meski kegagahannya sudah termakan usia, semangat yang tak pernah lekang ini masih berjibaku dengan dunia pendidikan. “Dedikasi tanpa batas, selama bisa bernafas, saya harus memberikan manfaat.” Itulah percikan hikmah saat ditemui di kantor Perguruan Surya Buana atau biasa disebut Sekolah Alam Bilingual.
Madrasah memang tidak pernah lepas dari stigma buruknya sebagai sekolah nomor dua, hal ini juga yang dirasakan dan terus diperjuangkan pada sosok Jalil muda. Pasca mendapatkan kesempatan Training Program in Teacher Education di New Zealand & Australia, guru berprestasi ini diberi amanah untuk memimpin MIN I Malang. Pengalaman Short Course inilah yang diterapkan di madrasah asuhannya itu, meski diakui tidak semuanya dia terapkan karena banyak kondisi dan situasi yang berbeda.
“Tak seperti sekarang,” akunya sambil mengenang. Dulu MIN I selalu menjadi bahan ejekan sebagai madrasah tak memiliki kualitas. Jelas saja, masyarakat malang masih sangsi untuk mendaftarkan anaknya di Madrasah yang sekarang menjadi nomor wahid ini di Malang. “Tidak mudah tapi mungkin,” semangatnya diawali dengan penuh rasa percaya diri saat ingin benar-benar membawa nama MIN menjadi sekolah unggulan. Optimisme Pak Djalil, begitu sosok tangguh ini akrab di sapa, membuahkan hasil yang sangat manis.
Merombak lingkungan adalah langkah pertama yang memang menjadi tujuan Jalil. “Kondisi fisik akan menentukan situasi belajar siswa,” begitu tuturnya. Tak pelak, saat MIN I, madrasah yang di nahkodainya itu mendapatkan juara I nasional, sekaligus madrasah pertama di Indonesia yang memiliki lingkungan sehat, setelahnya MIN I menjadi rujukan study banding berbagai madrasah dan sekolah dari berbagai daerah.
“Banyak sekali prestasi berikutnya yang menyusul, sampai mengantarkan madrasah MIN menjadi madrasah unggulan” ceritanya sambil mengaduk-aduk kembali ingatannya yang sudah tumpang tindih.
Pernah suatu ketika dia harus rawat inap di salah satu rumah sakit besar di Malang karena Liver dan Diabetnya, baru 1 malam rawat banyak dokter-dokter yang menyalaminya, “Saya sudah berpikir bahwa umur saya mau diambil Tuhan, karena dokter saja pada salaman” ujarnnya, namun ternyata dokter-dokter itu adalah murid saya dulu di MIN, dan saya sudah lupa namanya “Wah saya bangga sekali, anda sudah menjadi orang besar” saya langsung menepuk-nepuk dokter-dokter tadi.
Selepas pensiun dari MIN I Malang yang sudah tersohor namanya berkat tangan dinginnya, sosok yang mengaku tidak suka diam ini tidak lantas istirahat dan bersantai dirumah. Jalil dengan segudang prestasinya membuat trobosan baru dan menciptakan sekolah dengan dua bahasa wajib, Arab & Inggris yang kelak lebih di Kenal Surya Buana, Sekolah Alam Bilingual.
Kenapa dua bahasa itu menjadi wajib? Menurut sosok sepuh ini, dengan menguasai bahasa arab, siswa akan mampu membedah kitab-kitab kuning yang sakral dan menjadi rujukan untuk ditela’ah, diteliti dan diterapkan dalam hidupnya. Dan bahasa inggris adalah kunci untuk komunikasi dengan dunia, “jadi tidak jomplang, tapi harus imbang” tegasnya.
Filosofi DUIT
Apa rahasia dibalik kesuksesan Jalil? "Segalanya itu memerlukan DUIT, tapi bukan DUIT yang biasa itu," katanya. DUIT yang dimaksud adalah kepanjangan dari “dedikasi tinggi terhadap tugas, usaha yang maksimal, iklas dan taqwa, dan terakhir tuntas”. Menjadi pendidik juga memerlukan DUIT. Menurutnya itulah kunci yang dilakukanya selama ini dalam mengajar. Sosok ini selalu percaya “Tuhan memberikan jalan keluar bagi mereka yang bertakwa” kepala sekolah satu ini selalu yakin akan adanya ada jalan keluar dari Allah SWT.
Ada cerita unik ketika lembaga SMA Tirta Buana mulai beroprasi. Setiap sekolah wajib mengikut sertakan murid didikanya dalam Ujian Nasional. Namun terjadi kendala izin operasi tidak bisa diberikan karena lembaga tersebut hanya memiliki siswa terlalu sedikit. pada waktu yang sama beberapa siswa mengikuti lomba yang disenggarakan di polandia. “Waktu itu kami mendapat perunggu,” jawab Jalil.
Dari peristiwa itu lalu sekolah mendapatkan izin operasonal. “Padahal waktu itu muridnya cuma 5 orang namun itu tidak menghalangi untuk mendapat izin karena pertimbangan prestasi” tuturnya bangga.
Berlanjut berikutnya, salah satu siswa didiknya ditetapkan sebagai Duta Remaja Indonesia di Sydney Australia pada tahun 2000, beruntun lagi madrasah yang dulunya di labeli kolot ini memenangkan International Science Olympiade dengan membawa pulang medali emas, Juara III International Informatika di Rumania, dan beberapa juara lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-satu karena rupanya usia Pak Jalil yang menginjak angka tujuh sudah menumpang tindihkan ingatan-ingatan gemilangnya prestasi saat itu.
Awal berdiri pedidikan tirta buana yang berlokasi di jl. Gajayana no. IV/631 Malang. Tidak memiliki gedung yang permanen. "dulu gedung sekolah terbuat dari gedek" namun seiring berjalanan waktu bangunan sekolah surya buana mulai bertingkat dan mulai memiliki banyak fasilitas. "kita sempet membangun kolam ditengah ruangan, disana anak anak berenang, kalo sempat mereka mancing dan ikannya dimakan bareng bareng." Jelasnya, sebagai salah satu konsep yang ia terapkan untuk menyatu dengan alam.
Proses bermain dan belajar yang diajarkan di lembaga pendidikan surya buana merupakan ciri khas sekolah alam. "Anak anak kalo disuruh bermain mesti semangat, dan kalau sudah selamat nantinya akan mengembangkan intelektual mereka," katanya.
Konssep ini dipelajari Jalil ketika mendapatkan beasiswa progam training education di New Zailand. Disana ia mendapati ilmu untuk memperbaiki madrasah. " Di sana, pendidikan tak hanya kognitif saja tapi perlu praktek". Disitulah tantangan dimulai, menurutnya ada beberapa kelemahan yang dilakukan selama ini. Disinilah slogan 3R mulai diaplikasikan 3 R sendiri merupakan icon dari pendidikan yang dipraktekan selama ini, yakni; reasoning, research, dan religious.
Reasoning meliputi bagaimana nalar dalam kegiatan belajar berpikir kritis diuji disetiap mata pelajaran, disini siswa tak hanya menerima ilmu namun memikirkan bagaimana ilmu ini dan kenapa dipakai. Lalu research di mana ilmu pengetahuan dan penelitian menjadi keseharian siswa, ini tercermin dari banyaknya kompetisi penelitan yang diikuti pendidikan dibawah asuhan jalil. Dan terakhir religius inilah merupakan ciri pendidikan madrasah.
Proses pengembangn tripel R secara nyata muncul dari diri siswa SDI Surya buana yang mengikuti lomba internasional "waktu itu salah satu murid mengikuti lomba di korea, dan dia ditanya kenapa ia memilih membuat susu rendah lemak, anak itu menjawab bahwa ibunya itu gemuk ia ingin ibunya bisa mengosumsi susu tampa takut gemuk" disini terlihat nalar anak SD sudah terbangun sejak dini. Mereka tak hanya meniliti dan menerima nalar, namun mampu menjelaskan nalar tersebut secara logis.
Panggilan Jiwa
Sore itu ketika wawancara ada rombongan guru madrasah dari tumpang, Kabupaten Malang yang hendak melakukan study banding. Dua orang guru ditugaskan untuk memberikan pemberitahuan kepada pihak sekolah. mereka ingin mengikuti jejak kesuksesan sekolah ini hingga bisa menjadi yang sekarang
Sekolah surya buana sendiri bermula dari madrasah yang dibangun dengan SK dari kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur Nomor: Wm.06.03/PP.03.2/2306/SKP/2000 tanggal 22 Juli 2000 dengan penyelenggara Yayasan Bahana Cita Persada yang berdiri terhitung sejak tanggal 10 Juni 1999 dengan status terdaftar dan memiliki Nomor Statistik Madrasah (NSM) 212357305022.
Madrasah ini berawal dari lembaga bimbingan belajar dengan nama Yayasan Bahana Cita Persada yang mendidik siswa-siswi MTs Malang I sehingga dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu MA Negeri atau SMU Negeri MTs Surya Buana didirikan dalam rangka membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama mempersiapkan generasi muda sebagai insan pembangun yang islami, taqwa, cerdas, terampil, dan mengabdi dalam pembangunan umat Islam yang kuat dan tangguh. Dengan kata lain, MTs. Surya Buana berdiri dalam rangka mengembangkan kedalaman spiritual, keagungan akhlak, dan kekuatan intelektual.
Pada tahun pertama berdiri jumlah siswa madrasah ini hanya 25 orang, namun pada tahun berikutnya mencapai kurang lebih 50 siswa. Kemudian pada tahun ketiga setelah berdiri sampai sekarang mulai dilakukan seleksi ketat bagi siswa yang akan masuk madrasah karena madrasah tersebut menggunakan sistem kelas kecil yang mana dalam satu kelas dibatasi sebanyak 24-32 siswa. Hal ini dilakukan karena MTs. Surya Buana lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas.
Dalam masa pendidikanya sebagai pengajar djalil sering tertimpa berbagai penyakit. "Pertamanya liver lalu sempat sembuh karena kesukaan saya makan yang manis manis saya kena diabetes, tapi alhamdulillah karna banyak yang mendoakan akhirnya sembuh," katanya.
Di usia yang tak lagi, Jalil masih aktif mengajar di Surya Buana. "Setiap hari Abah (Jalil) mengajar ngaji anak anak sewaktu ngaji, terkadang sebelum sholat dhuha beliau mengisi ceramah anak anak," ujar Farih salah satu staf mengajar di Surya Buana.
Pada sela wawancara kami bertanya, kenapa ia tidak pensiun dan terus mengajar? Sambil tertawa ia menjawab, itu merupakan panggilan jiwa. (Diana Manzila/Anam)
No comments:
Post a Comment