Tuesday, June 21, 2016

Memaknai Peristiwa Nuzulul Qur’an

 

Nuzulul Qur'an

Peristiwa yang bersejarah bagi umat islam di dunia ini telah terjadi. Yaitu Nuzulul Qur’an, dimana pada malam tersebut menurut Jumhurul Ulama’ merupakan malam turunnya alqur’an . Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, dan pada tahun 2009 ini bertepatan dengan tanggal 7 September 2009. Saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang menjalani Ibadah puasa. Dan alangkah baiknya pada bulan yang suci dan penuh ampunan ini, kita dapat memaknai peristiwa Nuzulul Qur’an dengan amalan-amalan shaleh.


Puasa yang telah kita tunaikan sampai saat ini, kira-kira puasa hari ke-16 tidak ada artinya tanpa dilakukannya amalan-amalan shaleh untuk lebih memberikan sensasi tersendiri bagi yang menunaikannya. Apa yang harus kita lakukan supaya puasa menjadi lebih bermakna, khususnya di malam nuzulul qur’an. Alquran sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat islam supaya tidak terjerumus dan menyimpang dari apa yang telah di gariskan oleh Allah SWT dalam Al- qur’an, adalah guide yang harus kita pegang teguh selama hidup (Q.S Al-maidah: 3).


Kita sangat beruntung dapat memenangi bulan Ramadhan tahun ini. Kesempatan ini tidak boleh kita sia-siakan. Banyak sekali keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan ini yang dapat kita peroleh dengan memperbanyak shadaqah, shalat malam berjamaah, memperbanyak amalan akhirat, beribadah di malam lailatul qodar, i’tikaf serta amalan-amalan shaleh yang lain.


Memperbanyak shadaqah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi: Rasulullah pernah ditanya: ”Sedekah apa yang paling utama?”. Beliau menjawab: ”seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan”. Kita harus melihat dunia luar yang didalamnya masih terdapat saudara-saudara semuslim yang sedang membutuhkan uluran tangan kita yang lebih mampu. Nabi muhammad adalah seorang yang gemar bersedekah. Kegemarannya bersedekah, menjadi semakin meningkat di bulan Ramadhan. Salah seorang sahabat telah berkata: ”Sesungguhnya Rasulullah itu lebih pemurah, dibandingkan dengan angin yang berhembus. Dan terutama lagi di bulan Ramadhan.”


Shalat Malam berjamaah. Para ulama terdahulu telah menetapkan di syari’atkannya shalat malam berjamaah (tarawih) pada bulan Ramadhan. Dari Abu Dzar, bahwasanya beliau menuturkan: ”Dahulu ketika kami melakukan shaum/puasa, Rasulullah tidak pernah shalat malam berjamaah bersama kami hingga bulan Ramadhan hanya tersisa tujuh hari lagi. Lalu beliau shalat bersama kami hingga akhir sepertiga malam pertama. Pada malam yang kedua puluh enam, beliau tak lagi shalat bersama kami. Namun malam kedua puluh lima (satu malam sebelumnya), sempat shalat bersama hingga pertengahan malam. Lalu kami bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah tidak engkau sisakan sebagian malam agar kami  menambah shalat sendiri?” Maka beliau bersabda: ” Barang siapa yang shalat malam bersama imam hingga selesai shalatnya, akan dituliskan baginya (pahala) shalat semalam untuknya.”


Dalam hadist tersebut, selain di syari’atkannya shalat malam berjamaah (tarawih) pada bulan Ramadhan, secara spesifik lebih menyiratkan keutamaan shalat malam berjamaah di bulan Ramadhan itu. Walaupun secara umum, juga berlaku untuk setiap shalat jamaah, baik yang fardhu maupun yang mustahab.


Memperbanyak amalan akhirat. Bulan Ramadhan yang berkah ini adalah ladang yang subur untuk menebarkan beragam amal shalih untuk di tuai hasilnya diakhirat nanti. Sebagai santri, banyak tradisi yang sudah menjadi kebiasaan dari pesantren hingga saat ini. Diantaranya adalah tadarrus Al-qur’an di bulan Ramadhan. Ini merupakan kebiasaan baik yang harus di budayakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu banyak dapat kita lakukan seperti memberi makan orang miskin atau mengajak orang berbuka puasa, berdo’a, beristighfar, mempererat hubungan silaturrahmi dan lain-lain.


I’tikaf. Dari Abu Hurairah berkata: ”Nabi dahulu beri’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun di mana beliau wafat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” Dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai muslim yang saat ini sedang menjalani ibadah puasa, menjalani i’tikaf merupakan sunnah nabi, maka sedapat mungkin kita dapat melaksanakannya di sela-sela kesibukan sehari-hari.


Bulan Ramadhan merupakan bulan yang berkah dan penuh ampunan, kecuali dosa-dosa besar. Maka sebagai santri kita harus berlomba-lomba untuk memperbanyak amalan-amalan di bulan Ramadhan dengan tujuan mengharap ridho Allah SWT. (Syafiq Hasan Futhuri, Alumnus Pondok Pesantren Raudlatul ’Ulum, Pati-Jawa Tengah/@viva_tnu)

No comments:

Post a Comment