Friday, June 10, 2016

Kajian 16 Pesantren : Pesantren itu Inklusif dan Mandiri

[caption id="attachment_1931" align="aligncenter" width="500"]Hamdar Arraiyyah Hamdar Arraiyyah[/caption]

Bogor,PendidikanIslma.ID – beberapa hari yang lalu, Kementerian Agama telah meneliti serta mempresentasikan 16 Pondok Pesantren; al Mukmin Ngruki-Sukoharjo, Al Ikhlas-Lamongan, Daarusy Syahadah-Boyolali, Missi Islam-Jakarta, Darul Aman-Makassar, Al Islam Serang-Banten, Nurussalam-Ciamis, Darusy Syifa-Lombok Timur, Ulul Albab-Lampung Selatan, Babul Hikmah-Lampung Selatan, Islam Amanah-Poso, Al Mawar-Ambon, Nurul Hadid-Cirebon, Islam Putri Al Muaddib-Cilacap, dan Wahdah Islamiyah-Makassar.

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa lembaga pendidikan tersebut terbuka dan membuka diri terhadap pihak luar. Pondok Pesantren sebagai objek penelitian sudah dilakukan berbagai pihak yang menaruh minat tentang Pondok Pesantren, dilakukan oleh peneliti yang mempunyai latar belakang pendidikan agama, dan diteliti oleh orang yang belum tahu dengan kehidupan Pondok Pesantren.

“Banyak hal yang bisa diteliti, ada berbagai aspek, seperti pendidikan, pengembangan ekonomi, dan nilai-nilai yang dimiliki pesantren,” terang  Kepala Pusat Litbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama Hamdar Arraiyah sebagaimana di sebutkan pada laman kemenag.go.id (10/6).

Selain itu, pesantren juga memiliki kemandirian. Menurut Hamdar, nilai-nilai kemandirian yang dimiliki pesantren dinilai sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai kemandirian penting dikedepankan untuk merespon potret yang terjadi saat ini, di mana sesuatu yang bisa diproduksi sendiri, diproduksi oleh orang lain, dan hal yang bisa dikerjakan sendiri, kemudian dikerjakan pihak lain.

“Nilai-nilai kemandirian di pesantren harus dilebarkan ke pihak  lain,” ujar Hamdar.

Selain nilai-nilai kemandirian, ujar Hamdar, prinsip dan nilai relasi guru dan murid (santri) di pesantren dapat menjadi role model relasi guru murid yang saat ini sudah memprihatinkan.

“Bahkan proses belajar mengajar di pesantren yang diajarkan para kyai, sangat kita rindukan,” ujar Hamdar.

“Kita di pesantren tidak hanya mencari ilmu, tapi juga mencari berkah. Ini yang saat yang hilang saat ini,” imbuh Hamdar yang mendorong agar nilai-nilai positif tersebut dapat dijaga terus.

Dikatakannya, pesantren dalam prinsip pendidikan dan pengajarannya mengedepankan prinsip yang tertuang dalam ungkapan Arab  al-muhafadzah ‘ala al qodiimi  al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al ashlah, memelihara tradisi serta berinovasi dengan hal yang baru.

“Kaidah ini sangat bagus sekali, perubahan dan kelanjutan itu berkembang bersama. Nilai materialistik diobati dengan nilai kesederhanaan,” ucap Hamdar.

Selain itu, pesantren sebagai basis pembinaan umat juga menjadi hal yang menonjol dan ini layak menjadi dan dikaji peneliti Puslitbang. Menurut Hamdar, banyak pesantren di sejumlah daerah yang kyai atau pimpinannya menjadi panutan dan membuat sejuk umat di wilayah tersebut.

“Pesantren sebagai basis pembinaan umat harus kita kawal, dalam arti  pemahaman Islam yang moderat dan dialogis harus kita kawal dengan cara yang cerdas dan bermartabat, sehingga jangan dimanfaatkan oleh pihak tertentu dengan agenda tertentu pula,” ucap Hamdar. (@viva_tnu).

No comments:

Post a Comment