Monday, May 23, 2016

Joko Miranto: MAN Insan Cendekia Berhasil Mengadopsi Keunggulan Pesantren

MAN Insan Cendekia adalah lembaga pendidikan yang sejak awal telah mengambil keunggulan-keunggulan yang ada di pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Penanaman akhlaq dan nilai-nilai keislaman terintegrasi dalam proses pembelajaran. Namun di MAN Insan Cendekia, aspek akademik diperketat. Para gurunya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Lalu tradisi juara juga ditanamkan kepada siswa. Semua tidak berjalan begitu saja. Berbagai proses dan strategi dilakukan untuk mewujudkan semua tujuan.

Joko Miranto menjadi bagian dari semua proses itu. Ia sudah bergabung dengan Insan Cendekia sejak program sekolah percontohan nasional ini dimulai. Ia juga sempat memimpin MAN Insan Cendekia di Gorontalo dan membuat beberapa terobosan.

***

joko miranto - pendisPembawaannya santai. Guru kelahiran Solo, 27 Desember 1969 itu sangat sopan. Bicaranya pelan dan tidak berapi-api, namun sangat meyakinkan. Ia juga low profil. Ia telah membawa siswa-siswinya berprestasi. Namun ketika dipuji, ia selalu mencari cara untuk menghindar. Katanya, salah satu indikator kesuksesan seorang gurun adalah ketika ia mampu membawa siswa-siswinya berprestasi.

Ditemui di Ruang Administrasi MAN Insan Cendekia Gorontalo Rabu (7/10/2015) pagi, ia menceritakan perjalanannya bersama madrasah percontohan nasional ini, termasuk ketika ia menjadi kepala madrasah selama tiga tahun.

Joko Miranto bergabung dengan Insan Cendekia sejak 1996, saat program sekolah unggulan ini dimulai dan masih berada di bawah naungan BPPT. Ia pertama ditugaskan di Insan Cendekia Serpong. Lalu sejak tahun 1997, saat Insan Cendekia Gorontalo dimulai, ia terbang bersama 20-an guru dari Serpong. Sejak itu Joko menetap di Gorontalo dan belum terpikir pindah kemana-mana. Keempat putra-putrinya juga lahir di Gorontalo dan mungkin tidak bisa berbahasa Jawa halus seperti orang Solo.

Spesialis Matematika

Sejak mengajar di Insan Cendekia, konsentrasi mengajar Joko Miranto adalah matematika. Pendidikan S1-nya di Universitas Diponegoro Semarang juga sudah mengambil jurusan matematika-MIPA. Apa yang menarik dari matematika?

“Matematika itu kan yang kita tanamkan adalah pola pikir dan pemecahan masalah. Matematika itu beda dengan berhitung, tapi bagaimana anak bisa memecahkan masalah, sistematika berfikir dan lain-lain. Sehingga nanti kalau sudah terbentuk, saya kira selepas dari MA ketika siswa dihadapkan masalah di tengah masyarakat, mereka sudah terbiasa,” katanya.

Di ruang kelas, umumnya siswa yang mempunyai kemampuan matematika bagus, pelajaran lain juga bagus. Ini terutama terkait dengan materi hitung-menghitung misalnya di fisika dan kimia. Mengapa? “Karena konsepnya sudah kena duluan, pola pikirnya kena duluan,” kata Joko.

Bagi sebagian siswa, matematika merupakan pelajaran yang dinilai paling sulit. Para siswa yang pandai di bidang matematika umumnya mereka berada di atas rata-rata kemampuan siswa lainnya.

Di MAN Insan Cendekia ada namanya semester pendek. Siswa yang belum memenuhi standar kompetensi di beberapa mata pelajaran, terutama matematika akan mengikuti semester pendek. Makanya lulusan sekolah ini selalu tampil percaya diri untuk melangkah ke jenjang penddikan selanjutnya. Matematika menjadi pelajaran paling menentukan saat ujian masuk Perguruan Tinggi Terkemuka di Indonesia.

“Siapa tahu justru materi yang dia tidak bisa nanti muncul di SPMB, dan lain-lain. Maka di sini ada semester pendek. Rata-rata setelah mengikuti semester pendek itu mereka bagus niainya,” ujar Joko Miranto.

Strategi Juara

Selain unggul dalam materi pelajaran sekolah, siswa MAN Insan Cendekia juga hampir selalu menang dalam setiap perlombaan yang diadakan di luar sekolah. Siapa tidak gentar bertanding melawan MAN Insan Cendekia. Namun kemenangan yang diraih madrasah ini bukan terjadi begitu saja. Joko Miranto berbagi trik madrasahnya selalu juara dalam berbagai even perlombaan, baik dengan sesama madrasah atau dengan SMA, baik di dalam maupun di luar negeri, terutama pada saat ia menjabat sebagai kepala madrasah.

“Sejak awal MAN Insan Cendekia sudah mengikuti berbagai perlombaan. Waktu saya kepala madrasah, saya tingkatnya saja volumenya,” katanya.

Para siswa yang akan mengikuti kompetisi sudah dipersiapkan sejak awal. Ada beberapa tahap seleksi. “Misal ada satu perlombaan matematika di UGM, kita sudah punya timnya tinggal berangkat,” katanya.

Mereka yang punya potensi disebar di berbagai bidang. “Anak yang punya potensi kita sebar. Kadang-kadang mereka ngumpul di fisika dan matematika. Kita ambil beberapa yang punya potensi di situ (matematika dan fisika), dan selebihnya kita sebar. Justru mereka malah berprestasi di bidang yang lain-lain. Strateginya begitu,” katanya.

Detil-detil dan tingkat kerumitan setiap materi juga diperhatikan. “Misalnya untuk fisika kita pilih yang laki-laki karena anak-laki itu lebih bisa fokus dan fisika ini kan membutuhkan fokus. Kalau anak perempuan lebih pas di biologi karena materinya banyak sekali. Biasanya anak perempuan itu bisa berpikir banyak banyak hal dalam satu waktu. Sampai ke sana (perhatian) kita,” kata Joko.

Lebih dari itu, kunci kemenangan MAN Insan Cendekia dalam berbagai even perlombaan sebenarnya adalah pelatihan khusus yang diberkan kepada para peserta.

“Kebanyakan sekolah-sekolah, ketika ada lomba langsung comot anaknya. Nah kita persiapkan dari awal. Beberapa eksperimen yang kita lakukan minimal pelatihan itu tiga minggu. Anak-anak yang akan ikut lomba dibebaskan dari pelajaran sementara waktu,” katanya.

Para guru Insan Cendekia sudah bersepakat bahwa siswa yang mengikuti lomba akan mendapatkan materi tambahan untuk mengejar ketertinggalan selama mereka latihan dan mengikuti kompetisi di luar madrasah. Standar penilaian tetap seperti biasa, hanya mereka diberikan perhatian khusus untuk mengejar ketertinggalan pelajaran.

Menurut Joko, dari sisi kelembagaan, keikutsertaan dalam setiap perlombaan bergengsi di luar sangat penting untuk meningkatkan citra madrasah. Siswa yang mengikuti lomba juga akan lebih percaya diri karena sering tampil di luar, apalagi sampai juara. Dari sisi gurunya, kalau siswa yang mengikuti lomba itu berhasil maka akan muncul kepuasan tersendiri. Selain itu mereka akan bersosialisasi dengan guru-guru lain di berbagai daerah guna menambah wawasan.

Alhamdulillah walaupun jauh, setiap lomba kita ikut. Matematik kita menang juara satu. Dengan cara itu orang tahu madrasah bisa menang,” katanya.

Lebih jauh lagi, kemenangan madrasah dalam setiap kejuaraan yang melibatkan lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Pendidian dan Kebudayaan akan meningkatkan citra madrasah secara umum. Masyarakat juga akan semakin percaya kepada madrasah sebagai lembaga pendidikan yang sejajar dengan lembaga pendidikan lainnya, bahkan bisa lebih unggul untuk beberapa hal.

MAN Insan Cendekia Adopsi Keunggulan Pesantren

6 Gerbang MAN Insan Cendekia GorontaloBack ground pendikan Joko Miranto sebenarnya lebih kepada pendidikan umum. Namun sejak awal ia sudah mempunyai ketertarikan terhadap pendidikan kegamaan. Pendidikan dasar agamanya ia peroleh semenjak kecil ketika tinggal di Solo.

Ketika Insan Cendekia akan didirikan ia langsung bersemangat ntuk bergabung. Waktu itu Insan Cendekia masih berada di bawah naungan BPPT. “Saya belum seperti apa model pendidikannya. Namun yang pasti waktu itu sekolah ini akan merekrut anak pesantren supaya dapat pengetahuan sekolah umum,” katanya.

Semangat awal Insan Cendekia adalah menampung anak-anak yang potensial dari pesantren. Menurut Joko, jumlah siswa  yang belajar di pesantren sangat besar, berkisar 60-70 persen dari total jumlah siswa yang belajar di seluruh Indonesia. Hampir semua pesantren merupakan inisiatif dari masyarakat dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Sementara di sisi lain, pesantren diakui mempunyai banyak keunggulan.”Justru pendidikan yang terbaik adalah pesantren. Insan Cendekia sebenarnya meniru modelnya pesantren, bukan bikin sendiri. BPPT waktu itu secara khusus mempelajari kelebihan pesantren. Kemudian kelebihan itu digabungkan dengan   kelebihan yang ada di sekolah umum sehingga jadilah Insan Cendekia ini,” katanya.

Keunggulan pesantren adalah keberhasilannya menanamkan sikap dan prilaku. Itu terintegrasi dalam semua aspek pembelajaran, dari mulai bangun pagi, sampai tidur kembali. Penanaman akhlak dan nilai-nilai kegamaan diajarkan secara praktis ketika berada di lingkungan pesantren. Para siswa juga tinggal di asrama sehingga fokus kepada pendidikan.

“Tapi pesantren memang kan fokusnya di situ. Untuk akademiknya memang perlu ditingkatkan. Saya juga paham karena di pesantren SDM-nya terbatas. Misal guru yang mengajar matematika asalnya bukan orang matematik. Tapi secara umum sampai sekarang yang terbaik itu sistem pesantren,” katanya. Dan MAN Insan Cendekia ini mengambil keunggulan pesantren itu dengan menutup kekurangannya.

Berbaur dengan Masyarakat

Meskipun punya banyak kelebihan, sistem asrama yang ada di pesantren seperti juga di MAN Insan Cendekia masih mempunyai kekurangan. Karena setiap hari tinggal di asrama, para santri atau siswa tidak berbaur dengan masyrakat.  “Setiap sesuatu pasti ada kekurangannya. Dan kita menambal kekuarangan itu,” kata Joko.

Pada saat menjabat Kepala MAN Insan Cendekia Gorontalo, ia membuat program baru. Sebelum lulus, para siswa harus menjalani program “pengabdian masyarakat”. Program ini adalah semacam KKN di perguruan tinggi, namun hanya berlangsung selama tiga hari.

Para siswa disebar dan diawasi oleh guru pembimbing. Selama tiga hari itu para siswa tinggal dan tidur tidur bersama warga. Jika warga yang ditinggali adalah petani, maka mereka ikut bertani. Jika warga yang ditumpangi adalah pedagang, maka siswa ikut membantu berdagang. Mereka juga membawa besar dan perbekalan, dan ikut memasak bersama keluarga yang ditinggali. Para siswi juga demikian, hanya meraka tidak menginap di rumah warga.

“Target kita tentu berbeda dengan KKN. Namanya masih SMA kan belum bisa membantu masyarkat.  Kita hanya memberikan sentuhan kepada masyarakat. Tapi sebenarnya program ini dimaksudkan untuk siswanya, biar tahu persis kondisi masyarakat.”

“Pengabdan masyarakat menjadi program wajib sampai sekarang. Tidak ada kewajiban dari Kementerian Agama, ini hanya inisiatif kita saja. Nyatanya siswa senang. Ini kan hanya tiga hari. Rata-rata mereka minta nambah,” ujarnya.

Totalitas Mengabdi

Sejak diterima di Insan Cendekia, Joko Miranto langsung menikah dan berencana membawa serta istrinya merantau di Gorontalo. Saat berangkat ke Gorontalo pada 1997 ia belum mempunyai putra. Keempat putra-putrinya semua lahir di Gorontalo.

Sampai saat ini ia belum berencana pindah ke daerah manapun. Ada yang membuatnya betah di Insan Cendekia. Para siswanya berasal dari berbagai daerah, dan banyak diantara berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka adalah anak-anak cerdas dan membutuhkan pendampingan.

“Ada satu keterangan bahwa kalau kita bisa membuat orang lain lebih baik, maka pahalanya seperti unta yang kemerah-merahan.Onta yang kemerah-merahan itu kalau sekarang ya mungkin mobil BMW. Maksudnya, kalau kita bisa membuat orang lain lebih baik maka pahalanya besar sekali,”  katanya.

Bahkan ada beberapa siswa yang tidak pulang berlibur ke rumah orang-tua mereka selama tiga tahun karena pertimbangan biaya. Sejak tahun pelajaran 2007/2008 siswa yang diterima di MAN Insan Cendekia memperoleh beasiswa pendidikan penuh termasuk makan dan asrama, namun tentunya itu tidak termasuk biaya pulang-pergi ke rumah orang tua.

Sejak tinggal dan menetap di Gorontalo, Joko Miranto bersama istri dan anaknya juga sudah berbaur dengan masyarakat setempat.

Pada saat menjabat kepala sekolah, ia mengundang siswa dan guru madrasah serta pesantren di sekitar MAN Insan Cendekia Gorontalo.

“Setiap Sabtu dan Minggu mereka kita undang ke sini supaya bergaul dengan anak siswa sini. Siswa Insan Cendekia juga bisa belajar dari mereka dan, sebaliknya siswa dari pesantren dan pesantren madrsah lain juga mendapat manfaat,” katanya.

Joko Miranto adalah tipikal guru yang lebih senang “menjaga gawang” mendampingi para siswa, dari pada mengembangkan diri keluar. Sambil mendidik empat putra-putrinya sendiri di Gorontalo, ia ingin mengawal para siswa madrasah Insan Cendekia mewujudkan cita-cita mereka.

“Menurut saya pendidikan yang terbaik sekarang ya madrasah karena yang terpenting itu menanamkan akhlaq. Sehingga masa depan Indonesia itu akan muncul dari madrasah itu. Karena itu mari sama-sama kita seriusi,” pesannya. [A. Khoirul Anam]

No comments:

Post a Comment