Thursday, May 5, 2016

Rohis; Generasi Muda Hebat-Dahsyat, Nasioanalismenya Kuat

Cibubur, PendidikanIslam.ID – “Indonesia Damai dan Hebat”, “Indonesia Damai dan Hebat”... demikian berulang-ulang diteriakkan 800-an Rohis Putra di lapangan Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta Timur (04/05/2016) dengan dipandu Hasibullah Satrawi, Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Jakarta.




[caption id="attachment_1384" align="alignleft" width="250"]Hasibullah Satrawi Hasibullah Satrawi[/caption]

“Sebagai anak bangsa patut dan harus bersyukur walapun dikenal dengan berbagai macam suku, ras dan agama (sara) namun kita tetap rukun, aman dan damai tanpa ada konflik yang berbau sara,” cetus Hasib yang sering menjadi pembicara di televisi lokal dan nasional tentang Islam Moderat dan Radikalisme.


Coba dihitung, lanjut Hasib, ada berapa agama yang ada di Indonesia ini? Belum lagi jumlah aliran kepercayaan yang ada. Dan bandingkan dengan agama di negara di luar Indonesia, Mesir dan Syiria misalnya.


“Indonesia mengakui 5 (lima) agama dan berbagai aliran kepercayaannya. Sedangkan Mesir hanya ada 2 agama; Islam dan Kristen Koptik. Dengan dua bahkan satu agama saja, di Syiria sampai sekarang masih terjadi konflik yang berkepanjangan. Rakyat di Syiria, hanya akan makan dan tidur saja tidak bisa. Bandingkan dengan di Indonenesia yang makan enak dan enak tidur,” ungkap Hasib dengan penuh semangat.


Selanjutnya, alumnus Pesantren di Madura ini mengajak kepada para Rohis dan merenungkan kembali bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini diprakarsai oleh sembilan (9) orang dan hanya satu (1) orang saja yang non muslim.


“Kalau mereka mau dan egois maka sudah barang tentu Indonesia adalaha Negara Islam. Namun dikarenakan lebih mengutamakan menolak kemadharatan kelak dikemudian hari daripada mengutaamakan kebaikan (masholih) pada waktu itu maka negara ini adalah tetap Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu,” cetus Hasib.


Ditengah acara, tiba-tiba Hasibullah menyuruh untuk bertakbir; Allahu Akbar. Bertakbir sambil tangan terkepal keatas sambil berteriak : Allahu Akbar...! dan bertakbir dengan kepala menunduk khusyu’ dan bersuara lembut nan pelan penuh perasaan, ternyata efeknya berbeda.




[caption id="attachment_1385" align="alignright" width="250"]Suasana Interaktif Rohis Suasana Interaktif Rohis[/caption]

“Ketika takbir dengan suara keras maka yang keluar adalah semangat. Melafalkan “Allahu Akbar’ dengan suara pelan akan menenangkan dan melembutkan hati. Oleh karena itu, marilah para Rohis menggunakan gema takbir pada tempat yang tepat. Jangan gunakan takbir untuk berbuat kekerasan kepada sesama. Gunakan takbir untuk melembutkan hati dan menyemangati kehidupan atas nilai-nilai Islam,” kata Hasib yang juga memelihara jenggot “fashionable” ini.


Menanggapi fenomena kearab-araban (arabisme) dikalangan masyarakat Islam di Indonesia, Hasib menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia yang wajib dipergunakan dalam pergaulan sehari-hari terutama berkomunikasi antar suku yang berbeda bahasanya.


“Sebagai generasi muda, Rohis harus lebih meningkatkan rasa nasioanalisme dengan mencintai bahasa persatuan bahasa Indonesia yang telah diwariskan oleh para pendiri negara ini. Boleh memakai bahasa negara lain semisal Bahasa Arab ketika memang benar-benar berkomunikasi dengan orang dari tanah Arab dan juga untuk mempelajari Al Qur’an dan as Sunnah. Jangan sepatah-patah memakai bahasa; ana, ente, dst. Gunakan dengan kaffah dan sistem ketatabahasaannya dikarenakan Bahasa menunjukka intelektualitas seseorang,” kata alumnus Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir ini. (@viva_tnu)

No comments:

Post a Comment