Jakarta, Pendidikanislam.id- Memasuki hari ketiga, Kamis (5/5), salah satu agenda utama peserta Perkemahan Rohis Nasional II di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta adalah persiapan Pameran Seni dan Kreasi PAI (Pendidikan Agama Islam). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyalurkan kreatifitas anak-anak, dalam bidang seni kreatif.
Kreasi ini dibuat oleh setiap kelompok yang disebut RT (Rukun Tetangga) untuk kemudian dilombakan di tingkat RW (Rukun Warga). Masing-masing RW terdiri dari lima RT. Sedangkan satu RT terdiri dari 5 tenda, di mana satu tenda dihuni oleh 8 peserta yang berasal dari sekolah yang berbeda.
“Kami sedang membuat wayang muslimah,” kata salah seorang peserta dari RT 43. Lho, bukannya wayang biasanya tokohnya dari Mahabharata tau Ramayana? “Iya Pak. Tapi ini beda, kita bikin yang muslimah,” jelasnya. Sedangkan untuk lakon dan jalan ceritanya, “Masih rahasia.”
Peserta lain tidak kalah kreatifnya. Ada yang membuat miniature masjid, kreasi bunga dengan origami dan botol air mineral, peta dari kertas dan dus, kaligrafi dengan kertas karton, kaligrafi dengan kulit kacang, kreasi tulisan dengan daun dan ranting pohon, ikat kepala unik dari daun, poster dengan tema pemikiran positif, kartun, alat-alat rumah tangga seperti tisu dengan bahan dus, daun-daun kering, dan kertas warna, serta ada pula yang setiap orang membikin kreasinya sendiri untuk nanti disatukan. Ini Bhineka Tunggal Ika, katanya.
Sedangkan untuk seni, peserta ada yang memilih membentuk group vocal dengan lagu andalan yang masih hit, yaitu Kun Anta yang dipopulerkan oleh penyanyi asal Kuwait, Humood Alkhuder. Peserta lain membentuk nasyid, akan menyanyikan lagu dari penyanyi Indonesia, Opiq. Tak ketinggalan, puisi juga menjadi pilihan penampilan lain yang disiapkan.
Kerjasama, kekompakkan, dan semangat anak-anak begitu terasa, meski kadang bagi ketua kelompoknya perlu lihai membagi tugas anggotanya. Misalnya, ada saja persoalan muncul, di antaranya ada beberapa peserta yang belum sempat menjemur pakaiannya pagi ini. “Bagi yang mau mengambil jemuran, dipersilahkan. Tetapi sebagian tetap di sini, menyelesaikan kreasi kita,” ujar ketua kelompoknya.
Bukan soal mudah membangun kerjasama. Tetapi di Perkemahan Nasional II ini anak-anak dilatih, dibiasakan, dan dipadupadankan dengan peserta lain yang beda sekolah, beda provinsi, bahkan beda suku budayanya. Dan ternyata, kekompakkan terjadi dengan sendirinya hingga menghasilkan kreasi yang aneka rupa. (Fathuri)
No comments:
Post a Comment