
Saat mengikuti ajang Kompetisi Sanis Madrasah (KSM) tingkat Nasional tahun 2015 Nur Aziza sebenarnya tidak mentargetkan dirinya harus menjadi juara. Ia hanya berharap bisa`berbuat yang terbaik untuk madrasah dan tanah kelahirannya Kalikur. Namun ternyata ia berhasil menjadi salah satu juara, berhadapan dengan siswa madrasah favorit seluruh Indonesia. Ia meraih Juara III KSM Tingkat Nasional untuk bidang kimia. Pada tahun yang sama ia juga berhasiil merih juara Juara I Kimia pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten Lembata.
Menjadi adalah kebanggaan bagi semua siswa. “Perasaan saya tentu senang tetapi tidak lupa saya selalu mengucapkan beribu syukur kepada Allah SWT. Kemudian terima kasih tak terhingga kepada orang tua, teman-teman, serta warga masyarakat Kalikur yang sudah mensupport saya,” katanya.
“Tanpa keikhlasan dan doa mereka tentu saya bukan apa-apa dan terkhusus buat ibunda saya yang kini terbaring dialah yang telah berjasa selama ini,” kata gadis kelahiran Kalikur, 18 Juli 1999 ini.
Namun kenangan yang paling diingat Azizh adalah saat bertemu dengan siswa madrasah lain seluruh Indonesia. Berangkat dari Indonesia Timur, ia merasa nenag bisa bertukar cerita dengan teman-teman madrasah yang lain.
Keluarga SederhanaAziza adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya Supratman Abbas (45) bekerja sebagai petani sambil menjadi tokang ojek. Ibu atau Mama’nya Siti Nadra sebelum meninggal dunia bekerja sebagai penjual kue.
Pendidikan orang tuanya juga tidak tinggi. Penddikan terakhir ayahnya Madrasah Aliyah (MA), sementara almarhumah ibunya tidak tamat Sekolah Dasar. Namun Aziza bertekad melanjutkan kuliah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ia bercita-cita menjadi dosen kimia.
Sejak kecil Aziza hidup dalam suasana keagamaan. Ia selalu dibimbing oleh ayah dan ibu untuk mengenal abjad dan bimbingan doa-doa harian
Pendidikan formal Aziza sejak kecil diperolehnya di madrasah, dimulai dari Raudlatul Athfal (RA) Nursalam, kemudian melanjutkan ke Madrsah Ibtidaiyah (MI) Swasta Kalikur, lalu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Nuba Tukan. Selain pendidikan formal di madrasah, setiap sore ia mengaji Al-Qur’n pada seorang ustaz, Abdulhakim Suaib namanya, sampai tamat membaca Al-Qur’an, termasuk menghafal beberapa Juz Al-Quran.
“Kampung kami Kalikur adalah pusat dakwah sejak dulu. Kehidupan keislaman adalah corak dari sisi kehidupan kami. Saya memilih madrasah karena madrasah lebih dari sekolah pengetahuan Umum sama tetapi pengetahuan agama lebih dari sekolah. Dengan Madrasah kami dapat mengaplikasikan ilmu agama kepada masyarakat lewat kegiatan dakwah yang menjadi kegiatan rutin madrasah di desa kalikur termasuk MAN Kedang,” demikian Aziza bercerita.
MAN KedangLulus dari (MTs) Negeri Nuba Tukan, tahun 2013, Aziza tak ragu lagi melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kedang. Informasi awal mengenai keberadaan madrasah sudah lama ia ketahui, karena ia dibesarkan oleh keluarga madrasah dan juga lingkaran Kalikur yang sangat kental dan dikenal sebagai “desa madrasah”. Karena letak rumahnya di Kalikur tidak terlalu jauh, dari rumahnya ia jalan kaki ke madrasah.
Guru di MAN Kedang sangat penuh dengan keakraban. Selain bertindak sebagai pendidik, orang tua, guru juga bertindak sebagai teman yang memahami, mendampingi serta mengetahui situasi dan kondisi siswa. Para siswa juga hidup dalam suasana kekeluargaan.
“Saya bersama teman yang penuh keakraban tetapi saling berkompetisi jika berada di kelas, hal itu dikarenakan kami ada dilingkungan desa Kalikur sebuah desa yang penuh dengan kedamaian dan kehangatan,” kata Aziza.
Para guru mengajar dengan berbagai metode yang menarik sehingga membuat pra siswa merasa bergairah dan semangat dari dalam diri yang memiliki daya juang yang tinggi.
“Fasilitas penunjang di MAN Kedang masih banyak keterbatasan, tetapi kami tidak menganggap itu bagian dari masalah, yang terpenting bagi kami adalah semangat dan daya juang yang tinggi dari kami sehingga prestasi demi prestasi telah kami raih,” katanya.
“Kelasku Tempat Shalatku”Di MAN Kedang, para siswa sudah hadir di sekolah sebelum pukul 06.30. Pembelajaran di Sekolah dimulai tepat pukul 07.00. Sebelum memulai Pembelajaran semua siswa dari kelas X sampai kelas XII berdo’a di kelasnya masing-masing. Pukul 10.15 semua warga MAN Kedang melakukan sholah sunnah Dhuha dan pada Pukul 12.00 siang semuanya bergegas melaksakan sholat Zuhur secara berjamaah.
Setiap ruangan kelas dibersihkan dan dijadikan sebagai tempat sholat dengan imamnya adalah wali kelas/guru yang mengajar di kelas tersebut sehingga tercipta semboyan
“Kelasku adalah Tempat Shalatku”. Setiap kelas selalu dikontrol oleh guru piket. Bagi kelas yang gurunya tidak hadir selalu diberi tugas oleh guru yang bersangkutan dan diarahkan menuju perpustakaan. Semua siswa di MAN Kedang memiliki kartu perpustakaan yang selalu difungsikan untuk meminjam buku.
Siswa pulang pada pukul 14.30 dan pada pukul 15.30 bimbingan sore dilaksanakan dan berakhir pada pukul 17.30.
Bagi siswa kelas XII yang dipersiapkan untuk mengikuti Ujian Nasional, diadakan bimbingan belajar tambahan lagi pada malam hari dimulai pukul 19.15 sampai pukul 21.00.
Sebelum siswa dibimbing, dilakukan pemetaan siswa/siswi yaitu yang memiliki kemampuan menangkap materi lebih cepat (kelompok mahir), yang berkemampuan sedang (kelompok menengah) dan kemampuan lambat menangkap materi (kelompok rendah) masing-masing kelompok berdasarkan jurusannya.
Karena guru mata pelajaran UN di MAN Kedang berbentuk tim maka diberi tugas oleh pimpinan untuk membimbing masing-masing kelompok belajar tersebut sesuai dengan zona masing-masing.
“Kami siswa-siswi yang masuk dalam area kepercayaan guru selalu hadir bersama bapak ibu guru. Selesai dari kegiatan kami diantar pulang oleh guru pembimbing laki-laki,” kata Aziza.
Kegiatan Pembelajaran maupun bimbingan tidak selamanya di dalam ruang kelas, namun kadang-kadang di emperan kelas bahkan ada yang diajak untuk meninggalkan madrasah dan dibawa ketempat yang sepi daari aktifitas pembelajaran. Bagi siswa yang lambat belajar dilakukan penganganan khusus dan hasilnya akan sgera di evaluasioleh tim penjaminan mutu yang ada di MAN Kedang.
“Setiap hari kami selalu diberi tugas untuk dikerjakan di rumah baik secara kelompok maupun individual. Hasil pekerjaan dipajangkan pada Mading Kelas selama 3 hari dan dinilai oleh tim penjaminan mutu madrasah,” kata Aziza bercerita.
Tahap Seleksi Calon JuaraPara calon siswa MAN Kedang mengikuti seleksi akademik, baca tulis Al-Qur’an dan wawancara langsung dengan tim akademisi. Pada saat itu juga sudah dibuat peta kompentensi oleh madrasah. Sebulan kemudian seluruh peserta didik baru diuji berdasarkan rekaman pembelajaran khusus beberapa mata lomba yang sering dilombakan.
Tahap mid semester pertama, seluruh siswa telah dibagi dalam tiga kemampuan kompetensi. Hasilnya diumumkan oleh kesiswaan dan kurikulum.
“Pada tahap ini saya sudah ditetapkan untuk dilatih secara spesifik pada mata pelajaran kimia, biologi dan matematika karena setiap siswa yang masuk dalam kelompok siswa dengan nilai diatas 80 boleh memilih 3 mata pelajaran untuk dibimbing pada kegiatan bimbingan sore dan bahkan malam hari,” kata Aziza.
Berikutnya adalah tahap seleksi OSN dan KSM. Pada tahap ini para siswa dan siswi MAN Kedang mulai dari kelas 10 dan 11 diuji berasarkan jumlah siswa yang telah dikelompokan. Untuk satu mata pelajaran OSN/KSM ditetapkan sebanyak 10 anak setiap anak dapat memilih 3 mata pelajaran yang dibimbing.
“Pada tahap ini kami sudah diseleksi untuk mendapatkan peserta 5 terbaik untuk masing masing mata pelajaran. Saya pernah merai 3 mata pelajaran dalam ukurun 5 besar. Pada tahap ini saya masih dibimbing pada mata pelajaran itu hanya jumlah pesertanya sudah mulai mengalami pengurangan,” ujar Aziza.
5 peserta lainya dibimbing lagi untuk tim 2 yang menangani kelompok yang nilainya dibawah 80 dan diseleksi terus sampai menghasilkan 3 terbaik untuk satu tahun pelajaran.
Pada tahap akhir, setelah diseleksi dan masuk dalam kategori peserta lomba para siswa diwawancarai khusus oleh kepala madrasah. Kemudian mereka diberikan pengetahuan agama oleh Ustaz Usman Ismail berkaitan dengan siswa yang akan dititipkan pada beberapa guru yang ditetapkan oleh madrasah sebagai bapak asuh.
“Kami Tinggal bersama mereka di rumah mereka selama2 bulan Sebelum diberangkatkan ketingkat kabupaten.Tradisi berdoa dengan mengahdirkan imam masjid dan orang tua anak lomba selalu dilakukan,” kata Aziza.
Berikutnya adalah tahap membangun kegairahan menjadi anak madrasah berprestasi. Setiap kegiatan lomba pada tingkat apapun selalu dipromosikan dengan tradisi penjemputan mulai dari kota kabupaten sampai ke madrasah. Semua orang dihadirkan pengumuman lewat masjid-masjid termasuk hasil kegiatan juga diinformasikan lewat masjid omasjid di wilyah Kedang.
Beasiswa PrestasiSebelum masuk MAN Kedang Aziza sudah beberapa kali mendpatkan juara dalam beberapa ajang kompetisi yang berbeda. Ia tercatat sebagai Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Lembata, Juara 2 MTQ cabang Fahm Al-Quran Tingkat Provinsi NTT, Juara 4 MTQ cabang Hifdz Al-Quran Tingkat Provinsi Tahun 2008, dan Juara 4 MTQ cabang Hifdz Al-Quran Tingkat Provinsi Tahun 2012
Selain dibiayai oleh orang tua, Aziza juga menjadi salah satu penerima beasiswa bantuan siswa miskin (BSM) sekaligus siswa yang berprestasi di madrasah.
Sebelum masuk MAN Kedang, ia mengataan kepada orang tuanya, bahwa ia akan melnjutkan sekolah sampai tingkt yang lebih tinggi dan akan melanjutkan mengukir prestasi.
Terbutkti, Aziza mengukit banyak prestasi selama di MAN Kedang. Ia menjadi Juara I dalam OSN Kimia tingkat kabupaten lembata tahun 2015. Ia juga menjadi Juara II MTQ cabang Fahmil Al-Quran tingkat propinsi NTT tahun 2014. Untuk KSM tingkat Nasional tahun 2015 i berhasil merih juara III pada bidang kimia.
Yang saya harapkan waktu mengikuti kompetisi adalah bisa`berbuat yang terbaik untuk “madrasah dan tanah kalikur tercinta. Saya tidak berharap harus menjadi juara tetapi bagaimana saya mengerahkan kemampuan terbaik saya untuk membuat nama lembaga dan Kalikur menjadi harum,” katanya.
Aziza mengaku bersyukur telah menjalani masa pendidikan di madrasah. Baginya, belajar di madrasah adalah pilihan terbaik. “Setiap ilmu harus diimbangi iman. Kita (madrasah) mempunyai kelebihan dibanding siswa sekolah yang lain yakni materi-materi agama,” katanya.
Untuk materi-materi selain agama, kata Aziza, siswa siswa umum dan siswa madrasah belajar materi yang sama. Pengetahuan mereka sama, tergantung tingkat ushanya.
“Dalam hal prestasi, bagi saya tidak ada beda antara siswa madrasah dan siswa umum, siswa laki-laki atau perempuan. Semua mendapat materi yang sama. Sebenarnya keberhasilan itu didukung 99% dan 1 % pengetahuan,” katanya mengutip kata-kata terkenal dari Thomas Alfa Edison. (
Red: Anam)