Thursday, June 30, 2016

Pendidikan Agama Jangan Stagnan di Materi, Tapi Harus Menginspirasi

[caption id="attachment_2105" align="aligncenter" width="640"]Direktur PAI Kementerian Agama, H Amin Haedari. Direktur PAI Kementerian Agama, H Amin Haedari.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID – Sebagian guru terjebak hanya memberikan materi apa adanya sesuai yang diatur kurikulum. Tidak memberikan pengayaan sehingga pengetahuan di zaman global yang berkembang pesat tidak terkoneksi dengan ilmu di sekolah. Hal ini akan menjadikan generasi muda kurang cakap dalam menghadapi perubahan.

Bahkan menurut Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama H Amin Haedari, globalisasi tak cukup berbekal pengetahuan dan keterampilan memadai, tetapi juga bekal agama yang baik sehingga siswa memiliki jiwa spiritualitas kokoh.

Oleh karena itu, lanjut Amin, guru dan tenaga kependidikan harus memahami dan menguasai tipologi pembelajaran dengan mengembangkan kurikulum yang ada. Dia menjelaskan bahwa ada 3 tipologi yang harus diterapkan guru yaitu, selain me-repro materi, guru juga harus mampu menganalisisnya sehingga materi keagamaan mampu menginspirasi peserta didik.

“Saat ini guru hanya memproduksi materi yang sama dari tahun ke tahun sehingga kecakapan siswa juga mandeg atau stagnan,” ujar pria asal Ciamis ini saat membuka kegiatan Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Rabu (29/6) di Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Guru, imbuhnya, harus beranjak ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tahap analisis. Dari proses analisis ini, imajinasi siswa akan ilmu pengetahuan terus berkembang sehingga pembelajaran yang dilakukannya akan terus menginspirasi.

“Lihat orang yang pandai bermain catur. Orang yang mempunyai imajinasi tinggi berbuah visi yang kuat sehingga dia mampu langkah-langkah seperti apa yang harus dilakukan untuk mematikan Raja lawan. Satu, dua langkah berjalan, namun dia paham bahwa dibutuhkan tiga langkah lagi untuk memenangkan percaturan,” papar Amin meng-qiyaskan.

Lebih jauh, Amin menjelaskan bahwa generasi muda di sekolah umum harus mempunyai bekal ilmu agama yang baik dan benar mengingat lembaga pendidikan umum sering dijadikan sasaran paham-paham radikal.

“Sebab itu, kami di Direktorat PAI yang fokus pada sekolah umum memberikan pedoman pembelajaran Islam Rahmatan lil Alamin (Isra) bagi guru sehingga hal ini mampu menangkal paham radikal di kalangan siswa,” ungkap Amin di hadapan guru dan tenaga kependidikan di Lampung yang mengikuti kegiatan tersebut. (Fathoni Ahmad)

Wednesday, June 29, 2016

Kisah Rasulullah Muda saat Mendamaikan 2 Suku yang Hendak Berperang

[caption id="attachment_2102" align="aligncenter" width="619"]Gambar ilustrasi Gambar ilustrasi[/caption]

Sepanjang hidupnya, Rasulullah Muhammad SAW senantiasa mengedepankan perdamaian di antara kaumnya, baik sebelum Beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul melalui pemberian wahyu yang pertama kali diterimanya di gua Hira, maupun kelak ketika Beliau telah berhasil memimpin puluhan ribu prajurit dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan pasukan musuh.

Suatu ketika, pada masa Rasulullah masih belia, terjadi pertikaian yang cukup panas antara dua klan (suku) yang bertetangga di dalam keluarga suku Quraisy. Hingga ketika disepakati sebuah gelar perang antara dua klan yang saling berseteru ini. Maka pada hari yang telah ditentukan, Rasullullah berada persis di tengah-tengah gurun yang disepakati sebagai medan perang.

Bagi Muhammad muda waktu itu, keadaaan benar-benara mendebarkan, karena ia hanya seorang diri di tengah-tengah kerumunan massa yang ingin saling menghancurkan dan saling membinasakan.

Maka ketika kedua pihak telah saling besiap menikam musuhnya, Rasulullah segera meloncat menuju kudanya dan berpidato dengan lantang. "Wahai kaumku, kalian adalah manusia-manusia bersaudara yang semestinya saling membantu dan saling mengasihi, lalu mengapakah kalian ingin saling menghancurkan?"

Orang-orang yang telah berkerumun dengan penuh nafsu amarah tersebut benar-benar tercekat, mereka merasa seakan dilecehkan oleh seorang anak ingusan. Hingga salah satu jagoan di antara mereka kemudian berkata, "Wahai Muhammad, apakah pedulimu pada peperangan kami? Lebih baik engkau pulang ke rumah dan biarkan kami menuntaskan urusan kami!"

Dengan mendengar jawaban ini, tentu berarti Nabi mendapat angin, kaumnya telah mulai mendengarkan dirinya. Maka segera saja Rasulullah kembali berpidato lantang, "Wahai kaumku, semestinya kalianlah yang kembali pulang, karena pertikaian ini hanya akan menjadikan kalian semakin lemah dan rapuh. Maka bersatulah karena persatuan menjadikan kalian semakin kuat dan semakin aman dari gangguan kelompok lain."

Mendengar hal ini, dua suku yang telah bersiap untuk saling membunuh pun kembali menyarungkan senjatanya masing-masing, kemudian mereka bersalaman dan saling berpelukan serta kembali ke rumah masing-masing dengan penuh kedamaian.

Source: NU Online  

Direktorat PAI Adakan Peningkatan Kompetensi Guru di Lampung

amin haedari

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID – Melihat perkembangan zaman yang semakin maju, maingkatkan kompetensi di berbagai aspek mutlak harus dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan di madrasah dan sekolah. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia.

Untuk mewujudkan misi tersebut, Direktorat Pendidikan Islam PAI Kementerian Agama RI mengadakan Workshop Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Rabu-Sabtu (29/6-1/7) di Tanjung Karang, Provinsi Lampung. Kegiatan produktif ini diikuti oleh guru, tenaga kependidikan, dan stakeholder pendidikan dari berbagai elemen.

Kegiatan yang dilaksanakan di Bumi Ruwai Jurai ini dihadiri oleh Direktur PAI Kemenag H Amin Haedari, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Lampung, H Suhaili, dan Ketua Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Lampung, H Jamaluddin Malik.

Dalam sambutan pengantarnya, Suhaili berterima kasih dan menyambut baik kegiatan yang diadakan di Lampung. Menurutnya, peningkatan guru dan tenaga kependidikan lain menjadi persoalan yang sangat krusial di tengah perkembangan zaman yang semakin maju.

Dia menceritakan ketika pihaknya mengadakan semacam tes yang dilakukan untuk menguji kompetensi guru-guru agama. Ternyata dirinya cukup terkejut ketika banyak guru yang belum pandai membaca dan menulis Al-Qur’an maupun Hadis.

“Dengan kegiatan ini, diharapkan ada perbaikan mutu guru dan tenaga kependidikan untuk perbaikan proses pembelajaran. Sebab itu, guru harus mampu memahami dan memaknai berbagai kompetensi dasar yang harus dikuasai, meliputi kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan kompetensi sosial,” papar Suhaili.

Hingga tanggal 1 Juli 2016, guru dan tenaga kependidikan akan diberikan bimbingan teknis terkait dengan pembelajaran berbasis pemahaman Islam Rahmatan lil Alamin (Isra). Oleh karena itu, Direktorat PAI telah menyediakan panduan khusus untuk tujuan tersebut mengingat pembelajaran berbasis Isra sangat mendesak guna membentengi siswa dari paham keislaman keras dan menutup diri. (Fathoni Ahmad)

Tuesday, June 28, 2016

Madrasah Ini Himpun Zakat Fitrah Hingga 3 Ton Beras

zakat fitrah

BREBES, PENDIDIKANISLAM.ID - MTs Negeri 1 Ketanggungan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah berhasil menghimpun zakat fitrah sebanyak 3 ton dari para siswanya sepanjang Ramadhan 1437 Hijriyah. Pengumpulan zakat dilakukan sebagai selain sebagai perwujudan menunaikan rukun Islam, tapi juga sebagai pembelajaran sejak dini.

"Suda menjadi tradisi bagi madrasah kami, setiap tahun menghimpun zakat fitrah dari para siswa, guru dan karyawan," ujar Kepala MTs N 1 Ketanggungan Marpau di sela pengumpulan zakat di sekolah setempat, Selasa (28/5).

Marpau menjelaskan, para siswa secara sukarela mengumpulkan zakatnya kepada pengurus OSIS sebagai pelaksana program. Melalui zakat fitrah, para siswa bisa memetik pelajaran secara langsung akan arti makni kehidupan bermasyarakat. Para siswa nantinya, akan menghimpun, mengemas kembali dan menyalurkan pada masyarakat yang membutuhkan.

“Bila anak-anak sudah bisa belajar langsung tentang pengadministrasian dan penyaluran zakat, maka ketika terjung ke masyarakat tidak lagi canggung,” kata Marpau.

Pengumpulan zakat tahun ini, lanjutnya, tergolong menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Karena tahun ini bertepatan dengan libur kenaikan tingkat. Sehingga anak-anak banyak yang sungkan ke sekolah.

Untuk pembagian zakat, kata Marpau, akan dilakukan pada malam hari raya sebagaimana kepercayaan masyarakat Ketanggungan. “Pada malam hari raya, para siswa yang berdomisili di sekitar Ketanggungan dengan bimbingan para guru, akan membagikan kepada para fakir miskin,” terangnya.

Selain pengumpulan zakat, sambungnya, di bulan Ramadhan ini Madrasah yang memiliki siswa 1.063 orang ini juga menggelar pesanteren kilat dan kajian islam. “Para siswa dan guru juga berlomba-lomba menggunakan fasilitas WA. WA di sini bukannya WhatsApp tapi dalam artian Wawasan Al-Qur'an,” pungkasnya. (Red: Fathoni Ahmad)

Petuah Syekh Az-Zarnuji agar Berhasil dalam Menuntut Ilmu

[caption id="attachment_2093" align="aligncenter" width="609"]Gambar ilustrasi Gambar ilustrasi[/caption]

Ilmu adalah karunia paling berharga yang diberikan Allah kepada manusia. Kemuliaan ilmu ini banyak ditegaskan oleh Al-Qur'an maupun hadis Rasulullah SAW seperti hadis yang mewajibkan seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, atau keharusan menuntut ilmu dari sejak manusia dilahirkan hingga meninggal dunia.

Sedangkan ilmu tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan amal perbuatan manusia. Rasulullah SAW mengibaratkan hubungan ilmu dan amal ini dengan pohon dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka amal adalah buahnya. Jika ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka ilmu tersebut tidak banyak berguna laksana pohon yang tak berbuah.

Dalam kitab Ta'limul Muta'allim, Syekh az-Zarnuji menerangkan bahwa banyak sekali umat Islam di masanya yang mengalami kegagalan dalam menuntut ilmu. Kegagalan yang dimaksud bukanlah kegagalan lulus atau tidak lulus dalam ujian sekolah. Akan tetapi lebih jauh lagi merupakan kegagalan sebab tidak dapat menjadikan ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan kata lain, ilmu yang tidak dapat dipetik buahnya.

Menurut Syekh Zarnuji, kegagalan ini disebabkan oleh kekeliruan motivasi menuntut ilmu (niat), memilih disiplin ilmu, guru dan teman, kurangnya penghormatan terhadap guru dan orang yang berilmu, kemalasan dalam belajar, kurangnya ibadah dan rendahnya sikap tawakkal (berserah diri kepada Allah), wara' (menjauhi makan barang haram), zuhud (melepaskan ketergantungan terhadap materi). Sementara seluruh hal di atas merupakan syarat-syarat dan jalan yang dibutuhkan oleh setiap pelajar dalam mencapai ilmu pengetahuan yang diridhai Allah SWT.

Dari syarat-syarat keberhasilan mendapatkan ilmu di atas, terlihat jelas bahwa sebenarnya pendidikan dalam Islam memberikan perpaduan yang indah antara ilmu dan amal. Bersendikan pada kesungguhan dalam mengasah potensi intelektual dan keikhlasan dalam beramal.

Barangsiapa yang berhasil memenuhi syarat-syarat dan benar dalam cara menuntut ilmu niscara mereka akan tercerahkan hati dan pikirannya. Mereka akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri juga bagi masyarakt luas serta akan selalu berada di bawah petunjuk Allah SWT.

Sebaliknya mereka yang meninggalkan syarat-syarat yang diperlukan dalam menuntut ilmu dan belajar dengan jalan yang salah maka sudah dapat dipastikan mereka akan mengalami kegagalan dalam memadukan antara ilmu dan amal. Dalam dunia pendidikan Islam terdapat sebuah slogan yang sangat populer:

Man zada ilman wa lam yazdad hudan lam yazdad minallahi illa bu'dan.” Artinya: Barangsiapa yang bertambah ilmunya akan tetapi tidak bertambah petunjuknya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali semakin jauh dari Allah.

Source: NU Online 

Monday, June 27, 2016

Pesantren Ramadhan ala Guru-guru PAI di Gorontalo

[caption id="attachment_2089" align="aligncenter" width="640"]Suasana Pesantren Ramadhan para guru PAI di Gorontalo. Suasana Pesantren Ramadhan para guru PAI di Gorontalo.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Momentum Bulan Suci Ramadhan dimanfaatkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Negeri untuk menggelar Pesantren Ramadhan 1437 H, bertempat di Masjid Agung Baiturrahman Limboto, Gorontalo pekan lalu.

Pembukaan kegiatan yang didahului tadarus dan khatam Al-Quran oleh siswa peserta ini dihadiri Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo H. Marwan Razak, Bupati Kabupaten Gorontalo yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Hj. Hadijah U Thayeb yang juga didampingi oleh para pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo, serta seluruh Guru PAI yang ada di Kabupaten Gorontalo.

Ketua Panitia Harun T. Imran menyampaikan bahwa kegiatan Pesantren Ramadhan ini diikuti oleh sekitar 5000 orang peserta yang berasal dari seluruh SD/SMP/SMK/SMA yang ada di Kabupaten Gorontalo dan dilaksanakan selama 7 hari.

“MGMP menyusun program pesantren ramadhan ini dengan maksud untuk memanfaatkan moment bulan suci ramadhan, sehingga anak-anak sekolah biasa mengisi ramadhan ini dengan berbagai kegiatan seperti tadarus, sholat berjamaah, tausyiah keagamaan serta kegiatan lainnya,” tuturnya seperti dilansir laman resmi Kemenag Gorontalo.

“Ini juga sebagai wadah/sarana untuk membentengi keimanan para siswa dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama misal pelecehan seksual yang lagi marak juga tindak kriminalitas antar siswa,” tambah Imran.

Imran juga menjelaskan, tujuan diadakan pesantren ramadhan ini juga untuk meneguhkan insan yang islamiyah, memeberikan bimbingan rohani kapada para siswa sekolah, demi mewujudkan generasi yang cinta Qur’an, sebagai salah bentuk kegiatan untuk mengisi bulan suci ramadhan serta mewujudkan program MGMP PAI.

Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo Marwan Razak yang didaulat memberikan arahan menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan kegiatan ini.

Menurut Kakankemenag hal ini merupakan inovasi cerdas dan strategis dari guru PAIS sebagai penguatan bagi mata pelajaran agama, dengan implementasi bukan hanya pada penilaian normative namun juga afektif, kognitif dan psikomotorik.

Kakankemenag mengharapkan kegiatan ini akan terus berlanjut khususnya bagi tingkat SMK/SMA agar lembaga keagamaan yang dikenal dengan Rohis bisa lebih berkembang. Dengan maksud agar para siswa tidak terjebak pada ajaran-ajaran negatif sehingga hal ini perlu bimbingan oleh guru agama yang ada di sekolah.

“Kepada para guru PAI juga agar lebih mawas diri. Terus tingkatkan inovasi bersama anak-anak didik sehingga kita bisa mewujudkan calon-calon pemimpin bangsa yang agamais serta kuat dalam aqidahnya,” tandas Kakankemenag. (Red: Fathoni Ahmad)

Subhanallah, Inilah Cara Harun Ar-Rasyid Mendidik Anaknya

[caption id="attachment_2085" align="aligncenter" width="640"]Gambar ilustrasi Gambar ilustrasi[/caption]

Di bawah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid (786-809 M), Khalifah kelima Dinasti Abbasyiyah, umat Islam mengalami masa keemasannya. Seluruh penerjemah Muslim, Yahudi dan Kristen berkumpul di Baghdad untuk mengalihbahasakan naskah-naskah ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab.<>

Pusat-pusat kajian digalakkan oleh pemerintah sementara para ulama dan intelektual rajin menulis karya-karya mereka. Baghdad menjadi tujuan belajar dan detak jantung peradaban dunia. Di masa ini ilmu sangat dihargai dan para ilmuan mendapatkan perlakuan yang istimewa oleh masyarakat bahkan oleh Khalifah Abbasyiah sendiri.

Khalifah dan para Wazir menyerahkan anak-anak mereka kepada para ulama dan ilmuwan Islam untuk diasah akal dan moralnya. Di hadapan para ulama dan imuwan muslim, tidak ada perlakuan khusus bagi anak-anak pejabat negara. Sebaliknya, para anak pejabat tersebut diharuskan menunjukkan sikap hormat yang tinggi terhadap guru mereka sebagai bukti penghargaan mereka terhadap ilmu pengetehuan.

Suatu ketika Harun Ar-Rasyid mengirimkan anaknya kepada Imam al-Asma'i untuk belajar ilmu dan budi pekerti. Kemudian di suatu hari Harun Ar-Rasyid melihat anaknya menyiramkan air ke kedua kaki gurunya itu untuk berwudhu', sementara sang guru membasuh dan membersihkan kakinya sendiri.

Melihat hal ini, Harun Ar-Rasyid merasa tidak senang. Kemudian ia berkata kepada Imam Ashma'i: "Aku mengirimkan anakku kepada anda untuk diajarkan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Mengapa anda tidak menyuruhnya menyiramkan air dengan salah satu tangannya dan membasuh dan membersihkan kaki anda dengan tangannya yang lain?"

Demikianlah tradisi yang berlaku dalam dunia Islam di masa itu. Sebuah masa yang telah berhasil mengantarkan umat Islam mencapai puncak kemajuannya dan berhasil menyumbangkan khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat dunia.

Di masa ini pula sebagian besar naskah-naskah klasik Islam di berbagai bidang ilmu pengetahuan ditulis, baik ilmu yang berkenaan dengan disiplin agama maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

Source: NU Online

Sunday, June 26, 2016

Aziza, Siswi Madrasah Berprestasi dari Indonesia Timur

22 Nur Aziza (2)Saat mengikuti ajang Kompetisi Sanis Madrasah (KSM) tingkat Nasional tahun 2015 Nur Aziza sebenarnya tidak mentargetkan dirinya harus menjadi juara. Ia hanya berharap bisa`berbuat yang terbaik untuk madrasah dan tanah kelahirannya Kalikur. Namun ternyata ia berhasil menjadi salah satu juara, berhadapan dengan siswa madrasah favorit seluruh Indonesia. Ia meraih Juara III KSM Tingkat Nasional untuk bidang kimia. Pada tahun yang sama ia juga berhasiil merih juara Juara I Kimia pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten Lembata.

Menjadi adalah kebanggaan bagi semua siswa. “Perasaan saya tentu senang tetapi tidak lupa saya selalu mengucapkan beribu syukur kepada Allah SWT. Kemudian terima kasih tak terhingga kepada orang tua, teman-teman, serta warga masyarakat Kalikur yang sudah mensupport saya,” katanya.

“Tanpa keikhlasan dan doa mereka tentu saya bukan apa-apa dan terkhusus buat ibunda saya yang kini terbaring dialah yang telah berjasa selama ini,” kata gadis kelahiran Kalikur, 18 Juli 1999 ini.

Namun kenangan yang paling diingat Azizh adalah saat bertemu dengan siswa madrasah lain seluruh Indonesia. Berangkat dari Indonesia Timur, ia merasa nenag bisa bertukar cerita dengan teman-teman madrasah yang lain.

Keluarga Sederhana

Aziza adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya Supratman Abbas (45) bekerja sebagai petani sambil menjadi tokang ojek. Ibu atau Mama’nya Siti Nadra sebelum meninggal dunia bekerja sebagai penjual kue.

Pendidikan orang tuanya juga tidak tinggi. Penddikan terakhir ayahnya Madrasah Aliyah (MA), sementara almarhumah ibunya tidak tamat Sekolah Dasar. Namun Aziza bertekad melanjutkan kuliah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ia bercita-cita menjadi dosen kimia.

Sejak kecil Aziza hidup dalam suasana keagamaan. Ia selalu dibimbing oleh ayah dan ibu untuk mengenal abjad dan bimbingan doa-doa harian

Pendidikan formal Aziza sejak kecil diperolehnya di madrasah, dimulai dari Raudlatul Athfal (RA) Nursalam, kemudian melanjutkan ke Madrsah Ibtidaiyah (MI) Swasta Kalikur, lalu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Nuba Tukan. Selain pendidikan formal di madrasah, setiap sore ia mengaji Al-Qur’n pada seorang ustaz, Abdulhakim Suaib namanya, sampai tamat membaca Al-Qur’an, termasuk menghafal beberapa Juz Al-Quran.

“Kampung kami Kalikur adalah pusat dakwah sejak  dulu. Kehidupan keislaman adalah corak dari sisi kehidupan kami. Saya memilih madrasah karena madrasah lebih dari sekolah pengetahuan Umum sama tetapi pengetahuan agama lebih dari sekolah. Dengan Madrasah kami dapat mengaplikasikan ilmu agama kepada masyarakat lewat kegiatan  dakwah yang menjadi kegiatan rutin madrasah di desa kalikur termasuk MAN Kedang,” demikian Aziza bercerita.

MAN Kedang

Lulus dari (MTs) Negeri Nuba Tukan, tahun 2013, Aziza tak ragu lagi melanjutkan  pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kedang. Informasi awal mengenai keberadaan madrasah sudah lama ia ketahui, karena ia dibesarkan oleh keluarga madrasah dan juga lingkaran Kalikur yang sangat kental dan dikenal sebagai “desa madrasah”. Karena letak rumahnya di Kalikur tidak terlalu jauh, dari rumahnya ia jalan kaki ke madrasah.

Guru di MAN Kedang sangat penuh dengan keakraban. Selain bertindak sebagai pendidik, orang tua, guru juga bertindak sebagai teman yang memahami, mendampingi serta mengetahui situasi dan kondisi siswa. Para siswa juga hidup dalam suasana kekeluargaan.

“Saya bersama teman yang penuh keakraban tetapi saling berkompetisi jika berada di kelas, hal itu dikarenakan kami ada dilingkungan desa Kalikur sebuah desa yang penuh dengan kedamaian dan kehangatan,” kata Aziza.

Para guru mengajar dengan berbagai metode yang menarik sehingga membuat pra siswa merasa bergairah  dan semangat dari dalam diri yang memiliki daya juang yang tinggi.

“Fasilitas penunjang di MAN Kedang masih banyak keterbatasan, tetapi kami tidak menganggap itu bagian dari masalah, yang terpenting bagi kami adalah semangat dan daya juang yang tinggi dari kami sehingga prestasi demi prestasi telah kami raih,” katanya.

Kelasku Tempat Shalatku

Di MAN Kedang, para siswa sudah hadir di sekolah sebelum pukul 06.30. Pembelajaran di Sekolah dimulai tepat pukul 07.00. Sebelum memulai Pembelajaran semua siswa dari kelas X sampai kelas XII berdo’a di kelasnya masing-masing. Pukul 10.15 semua warga MAN Kedang melakukan sholah sunnah Dhuha dan pada Pukul 12.00 siang semuanya bergegas melaksakan sholat Zuhur secara berjamaah.

Setiap ruangan kelas dibersihkan dan dijadikan sebagai tempat sholat dengan imamnya adalah wali kelas/guru yang mengajar di kelas tersebut sehingga tercipta semboyan “Kelasku adalah Tempat Shalatku”.

Setiap kelas selalu dikontrol oleh guru piket. Bagi kelas yang gurunya tidak hadir selalu diberi tugas oleh guru yang bersangkutan dan diarahkan menuju perpustakaan. Semua siswa di MAN Kedang memiliki kartu perpustakaan yang selalu difungsikan untuk meminjam buku.

Siswa pulang pada pukul 14.30 dan pada pukul 15.30 bimbingan sore dilaksanakan dan berakhir pada pukul 17.30.

Bagi siswa kelas XII yang dipersiapkan untuk mengikuti Ujian Nasional, diadakan bimbingan belajar tambahan lagi pada malam hari dimulai pukul 19.15 sampai pukul 21.00.

Sebelum siswa dibimbing, dilakukan pemetaan siswa/siswi yaitu yang memiliki kemampuan menangkap materi lebih cepat (kelompok mahir), yang berkemampuan sedang (kelompok menengah) dan kemampuan lambat menangkap materi (kelompok rendah) masing-masing kelompok berdasarkan jurusannya.

Karena guru mata pelajaran UN di MAN Kedang berbentuk tim maka diberi tugas oleh pimpinan untuk membimbing masing-masing kelompok belajar tersebut sesuai dengan zona masing-masing.

“Kami siswa-siswi yang masuk dalam area kepercayaan guru selalu hadir bersama bapak ibu guru. Selesai dari kegiatan kami diantar pulang oleh guru pembimbing laki-laki,” kata Aziza.

Kegiatan Pembelajaran maupun bimbingan tidak selamanya di dalam ruang kelas, namun kadang-kadang di emperan kelas bahkan ada yang diajak untuk meninggalkan madrasah dan dibawa ketempat yang sepi daari aktifitas pembelajaran. Bagi siswa yang lambat belajar dilakukan penganganan khusus dan hasilnya akan sgera di evaluasioleh tim penjaminan mutu yang ada di MAN Kedang.

“Setiap hari kami selalu diberi tugas untuk dikerjakan di rumah baik secara kelompok maupun individual. Hasil pekerjaan dipajangkan pada Mading Kelas selama 3 hari dan dinilai oleh tim penjaminan mutu madrasah,” kata Aziza bercerita.

Tahap Seleksi Calon Juara

Para calon siswa MAN Kedang mengikuti seleksi akademik, baca tulis Al-Qur’an dan wawancara langsung dengan tim akademisi. Pada saat itu juga sudah dibuat peta kompentensi oleh madrasah. Sebulan kemudian seluruh peserta didik baru diuji berdasarkan rekaman pembelajaran khusus beberapa mata lomba yang sering dilombakan.

Tahap mid semester pertama, seluruh siswa telah dibagi dalam tiga kemampuan kompetensi. Hasilnya diumumkan oleh kesiswaan dan kurikulum.

“Pada tahap ini saya sudah ditetapkan untuk dilatih secara spesifik pada mata pelajaran kimia, biologi dan matematika karena setiap siswa yang masuk dalam kelompok siswa dengan nilai diatas 80 boleh memilih 3 mata pelajaran untuk dibimbing pada kegiatan bimbingan sore dan bahkan malam hari,” kata Aziza.

Berikutnya adalah tahap seleksi OSN dan KSM. Pada tahap ini para siswa dan siswi MAN Kedang mulai dari kelas 10 dan 11 diuji berasarkan jumlah siswa yang telah dikelompokan. Untuk satu mata pelajaran OSN/KSM ditetapkan sebanyak 10 anak  setiap anak dapat memilih 3 mata pelajaran yang dibimbing.

“Pada tahap ini kami sudah diseleksi untuk mendapatkan peserta 5 terbaik untuk masing masing mata pelajaran. Saya pernah merai 3 mata pelajaran  dalam ukurun 5 besar. Pada tahap ini saya masih dibimbing pada mata pelajaran itu hanya jumlah pesertanya sudah mulai mengalami pengurangan,” ujar Aziza.

5 peserta lainya dibimbing lagi untuk tim 2 yang menangani kelompok yang nilainya dibawah 80 dan diseleksi terus sampai menghasilkan 3 terbaik untuk satu tahun pelajaran.

Pada tahap akhir, setelah diseleksi dan masuk dalam kategori peserta lomba para siswa diwawancarai khusus oleh kepala madrasah. Kemudian mereka diberikan pengetahuan agama oleh Ustaz Usman Ismail berkaitan dengan siswa yang akan dititipkan pada beberapa guru yang ditetapkan oleh madrasah sebagai bapak asuh.

“Kami Tinggal bersama mereka di rumah mereka selama2 bulan Sebelum diberangkatkan ketingkat kabupaten.Tradisi berdoa dengan mengahdirkan imam masjid  dan orang tua anak lomba selalu dilakukan,” kata Aziza.

Berikutnya adalah tahap membangun kegairahan menjadi anak madrasah berprestasi. Setiap kegiatan lomba pada tingkat apapun selalu dipromosikan dengan tradisi penjemputan mulai dari kota kabupaten sampai ke madrasah. Semua orang dihadirkan pengumuman lewat masjid-masjid termasuk hasil kegiatan juga diinformasikan lewat masjid omasjid di wilyah Kedang.

Beasiswa Prestasi

Sebelum masuk MAN Kedang Aziza sudah beberapa kali mendpatkan juara dalam beberapa ajang kompetisi yang berbeda. Ia tercatat sebagai Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Lembata, Juara 2 MTQ cabang Fahm Al-Quran Tingkat Provinsi NTT, Juara 4 MTQ cabang Hifdz Al-Quran Tingkat Provinsi Tahun 2008, dan Juara 4 MTQ cabang Hifdz Al-Quran Tingkat Provinsi Tahun 2012

Selain dibiayai oleh orang tua, Aziza juga menjadi salah satu penerima beasiswa bantuan siswa miskin (BSM) sekaligus siswa yang berprestasi di madrasah.

Sebelum masuk MAN Kedang, ia mengataan kepada orang tuanya, bahwa ia akan melnjutkan sekolah sampai tingkt yang lebih tinggi dan akan melanjutkan mengukir prestasi.

Terbutkti, Aziza mengukit banyak prestasi selama di MAN Kedang. Ia menjadi Juara I dalam OSN Kimia tingkat kabupaten lembata tahun 2015. Ia juga menjadi Juara II MTQ cabang Fahmil Al-Quran tingkat propinsi NTT tahun 2014. Untuk KSM tingkat Nasional tahun 2015 i berhasil merih juara III pada bidang kimia.

Yang saya harapkan waktu mengikuti kompetisi adalah bisa`berbuat yang terbaik untuk “madrasah dan tanah kalikur tercinta. Saya tidak berharap harus menjadi juara tetapi bagaimana saya mengerahkan kemampuan terbaik saya untuk membuat nama lembaga dan Kalikur menjadi harum,” katanya.

Aziza mengaku bersyukur telah menjalani masa pendidikan di madrasah. Baginya, belajar di madrasah adalah pilihan terbaik. “Setiap ilmu harus diimbangi iman. Kita (madrasah) mempunyai kelebihan dibanding siswa sekolah yang lain yakni materi-materi agama,” katanya.

Untuk materi-materi selain agama, kata Aziza, siswa siswa umum dan siswa madrasah belajar materi yang sama. Pengetahuan mereka sama, tergantung tingkat ushanya.

“Dalam hal prestasi, bagi saya tidak ada beda antara siswa madrasah dan siswa umum, siswa laki-laki atau perempuan. Semua mendapat materi yang sama. Sebenarnya keberhasilan itu didukung 99% dan 1 %  pengetahuan,” katanya mengutip kata-kata terkenal dari Thomas Alfa Edison. (Red: Anam)

Friday, June 24, 2016

Dua Siswa MAN 4 Peroleh Penghargaan dari Pemda dan DPRD DKI Jakarta

[caption id="attachment_2081" align="aligncenter" width="640"]Siswa MAN 4 Jakarta, Nauval Krisna Azhar (kanan) dan Ihza Haulani Ahmad. Siswa MAN 4 Jakarta, Nauval Krisna Azhar (kanan) dan Ihza Haulani Ahmad.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Ruang Sidang Paripurna DPRD DKI Jakarta menjadi saksi dua siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta atas nama Nauval Krisna Azhar dan Ihza Haulani Ahmad, Rabu (22/6/2016) lalu yang menerima penghargaan siswa berprestasi di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Seperti dilansir situs resmi MAN 4 Jakarta, man4jkt.kemenag.go.id, acara yang diselenggarakan oleh DPRD Provinsi DKI Jakarta ini berbentuk Sidang Paripurna Istimewa DPRD Provinsi DKI Jakarta yang bertepatan dengan acara puncak memperingati HUT ke-489 Provinsi DKI Jakarta.

Penghargaan ini diberikan kepada putra-putri terbaik Jakarta yang memiliki prestasi dalam bidang akademik dan non akademik, bidang olahraga dan pendidikan. Noval Krisna memperoleh penghargaan karena prestasinya dibidang akademik yang memperoleh nilai tertinggi UN 2016 untuk jurusan IPA dengan jumlah nilai 514. Ihza Haulani Ahmad memperoleh nilai tertinggi UN 2016 untuk jurusan Bahasa dengan jumlah nilai 509.

Acara ini dihadiri oleh Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi selaku pimpinan sidang. Menteri Dalam Negeri, H Cahyo Kumolo, Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta, serta seluruh anggota dewan yang terhormat. Ketua DPRD selaku pimpinan sidang menyampaikan tema dari HUT ke-489 DKI Jakarta tahun ini adalah Jakarta Bersih Maju dan Melayani. Pada kesempatan menyampaikan sambutan Gubernur DKI Jakarta memiliki harapan bahwa Jakarta ke depan dapat memiliki daya saing untuk mencapai kebijakan pembangunan.

Selain itu program unggulan, ke depan diantaranya meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan kepada 1 juta peserta didik sebesar 600 ribu rupiah per siswa untuk tingkat SMA/MA/SMK. Menteri Dalam Negeri dalam pengarahannya berharap peran serta DPRD dan Pemerintah daerah sangatlah dibutuhkan dalam meningkatkan kemajuan dan kemaslahatan warga DKI Jakarta karena pemerintah daerah dan DPRD merupakan satu kesatuan.

Acara sidang paripurna istimewa ditutup dengan pembacaan doa yang diimami Kepala Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta, H. Abdur Rahman tepat pukul 18.30 WIB. (Red: Fathoni Ahmad)

Bagaimana Memaknai Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan?

[caption id="attachment_2077" align="aligncenter" width="640"]Buku "Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional" karya Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. Buku "Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional" karya Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed.[/caption]

Oleh Fathoni Ahmad
Salah satu teori pedagogik menerangkan bahwa keberhasilan pembelajaran di kelas tergantung kualitas guru, kualitas guru ada pada hebatnya kepala sekolah, hebatnya kepala sekolah terletak pada kompetensi mumpuni dari para pengawas pendidikan, dan seterusnya hingga vertikal ke atas.

Mengapa demikian? Argumentasi logis bisa diarahkan pada peran sentral para stakeholder (pihak-pihak terkait) tersebut. Siswa merupakan individu yang sangat memerlukan pengarahan dan bimbingan guru dari setiap materi dan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan. Begitu juga dengan posisi kepala sekolah dan pengawas pendidikan yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan.

Untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang terintegrasi dengan kemajuan zaman, stakeholder pendidikan tersebut harus mempunyai kreativitas untuk mengolah pembelajaran. Karena pembelajaran yang kreatif akan memunculkan generasi yang kreatif pula, terutama dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus menerus berbuah kemajuan.

Pada titik inilah berpikir kreatif perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa oleh guru sehingga menciptakan generasi dengan kreativitas tinggi di berbagai bidang kehidupan. Namun demikian, pada tataran peserta didik, mengembangkan kreativitas dalam ranah kecakapan hidup lebih krusial sehingga mereka lebih siap ketika menghadapi jenjang yang lebih fokus dalam menempuh pendidikan berikutnya.

Buku yang ditulis oleh Prof Dr HAR Tilaar, MSc.Ed, Guru Besar Emeritus Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini berupaya mengulas secara detail dan mendalam tentang cara berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kompleks. Selain menjelaskan tataran praktis, suami dari Martha Tilaar ini juga menjelaskan secara filosofis bagaimana cara berpikir secara metodik sehingga memunculkan manusia-manusia kreatif.

Menurut HAR Tilaar, berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan pada kemampuan siswa agar tumbuh generasi yang memiliki jiwa entrepreneurship tinggi. Jadi para entrepreneurship tidak hadir dari ruang kosong, tetapi ditumbuhkan melalui pembiasaan berpikir kritis, kreatif, juga berpikir kompleks (halaman 59). Bagaimana caranya? Tentu untuk menjawab pertanyaan ini juga memerlukan para pendidik kreatif yang mampu mengolah materi ajar menjadi energi pendorong kreativitas berpikir siswa melalui berbagai metode pembelajaran.

Misal, seperti apa yang dijelaskan HAR Tilaar di halaman 91. Dia menjelaskan bahwa embrio berpikir kreatif hadir ketika keingintahuan secara epistemologis selalu bersemayam dalam diri pendidik atau guru. Tahap berpikir ini merupakan dasar berpikir kritis dari seorang guru. Guru yang berpikir kritis tidak dapat menerima sebagaimana adanya yang telah diteliti maupun yang disampaikan oleh para pakar.

Dari proses tersebut, bisa dipahami bahwa seorang pendidik yang kritis akan mempertanyakan ketentuan-ketentuan yang telah dianggap baku dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Sikap baku ini tidak akan menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Di titik inilah kreativitas lahir dari tahap berpikir kritis atas segala sesuatu yang dianggap baku.

Yang menarik dalam buku ini, yairu kreativitas yang menjadi embrio manusia-manusia entrepreneurship menurut HAR Tilaar tidak di-hegemoni dalam satu bidang tertentu, misal bisnis dan perdagangan. Dewasa ini, orang-orang mengidentikkan entrepreneurship hanya kepada kelompok yang mampu dan berhasil dari aspek bisnis dan dagang. Padahal jika menilik tahap-tahap di atas secara epistemologis, wilayah entrepreneurship ada pada tataran, di mana manusia selalu berpikir kritis dan kretaif sehingga menciptakan hal-hal yang berguna bagi masyarakatnya.

Jika ada seorang penulis yang begitu produktif, baik menulis buku, artikel di berbagai media cetak, online, dan lain-lain, mereka juga manusia-manusia entrepreneurship. Jika diukur secara materialis, tentu mereka menghasilkan pundi-pundi dari usaha menulisnya itu. Lebih jauh lagi, mereka berhasil memahamkan suatu ilmu lewat tulisan-tulisannya. Demikian juga dengan bidang-bidang lain, yang itu mewujudkan manfaat secara luas bagi kehidupan masyarakat.

Peresensi buku ini berusaha secara gamblang memahami bahwa entrepreneurship terletak pada jiwa dan cara berpikir. Adapun kesuksesan dari hasil berpikir dan semangatnya itu merupakan hasil yang didorong oleh sebuah tindakan. Jadi, jika manusia masih mempunyai jiwa dan cara berpikir kritis dan kreatif yang orientasi untuk kebaikan manusia, pada titik itulah manusia bisa dikatakan adalah seorang entrepreneurship. Demikian juga bagi seorang guru dan seluruh stakeholder pendidikan, baik dalam bidang penyusunan materi ajar, metode pembelajaran, kurikulum, instrumen, dan lain-lain.

Penulis buku ini tidak memungkiri bahwa manusia abad ke-21 adalah manusia yang terbuka (inklusif), tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan sebelumnya yang serba baku. Dia harus memiliki epistemologi baru yang tidak menerima begitu saja secara positivistik hal-hal yang dihadapinya. Di sini terlihat manusia berpikir secara positivistik yang melawan arus. Sikap kritis inilah yang menjadikan manusia mampu berpikir kreatif sehingga proses ini bisa dikatakan menjadi landasan kreativitas dan entrepreneurship.

Pengembangan kreativitas dan entrepreneurship harus menjadi tujuan pendidikan bagi seorang guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan seluruh masyarakat. Utamanya dalam proses pembelajaran di sekolah, materi ajar dan kurikulum harus diarahkan kepada tumbuh kembang kreativitas siswa. Proses manisfestasi kreativitas memang tidak mudah bahkan proses internalisasinya bisa lama jika tidak mampu mempratikkannya secara makna (meaning).

Karena meaning ini menjadi kriteria utama dalam mengembangkan kreativitas. Sejatinya guru membiarkan siswa mengeksplorasi kompetensinya. Tetapi secara makna, guru membiarkan kincir-kincir kreativitas tumbuh berkembang dengan baik. Jadi, bisa dikatakan bahwa berpikir kreatif yang akan menghasilkan manusia-manusia entrepreneurship yaitu proses berpikir pada hal-hal substantif. Muara dari semua tahapan berpikir yang telah dijelaskan di atas yaitu makhluk bernama INOVASI!***

Identitas buku:
Judul : Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional
Penulis : Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, MSc.Ed.
Penerbit : Buku Kompas
Tebal : xviii + 237 halaman
Cetakan : I, Juni 2012
Peresensi : Fathoni Ahmad, Pengajar di STAINU Jakarta.

Kampus Ini Didatangi Mahasiswi dari Afganistan dan Thailand

Mahasiswa Afganistan UnwahasSebanyak 23 mahasiswi dari Afganistan menjalani masa kuliah di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang sejak tahun ajaran 2013/2014 lalu. Mereka masuk sejumlah prodi seperti, hukum, hubungan internasional, farmasi, ilmu politik, dan ekonomi. Para mahasiswa Afganistan akan menempati asrama atau pondok pesantren Unwahas.

Unwahas di tahun akademik 2013/2014 juga menerima 48 mahasiswa dari Thailand untuk studi di salah satu universitas unggulan NU tersebut.

Mahasiswa asal Afganistan Thailand dan Thaland sudah merasa enjoy tinggal di Asrama Unwahas. Karena jauh dari kampung halaman, bulan Lebaran Idul Fitri pun mereka tidak pulang.

Mereka sudah hampir dua tahun di Indonesia. Banyak kegiatan  ke-Islaman yang dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pengalaman ke-Islaman mahasiswa asing ini.

Di antaranya, pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim, seminar ke-Islaman maupun pengetahuan umum oleh lembaga Universitas Wahid Hasyim dengan kerjasama PBNU,  dan  terakhir  adalah wisata religi dan budaya Indonesia di  Pondok Sunan Pandanaran dan API Yogyakarta.

Melalui pondok pesantren tersebut, mahasiswa Thailand dan Afganistan diperkenalkan pada kultur salaf yang mengemban misi ahlussunnah waljamaah. Misalnya sistem tahfidzul Quran, sistem pembelajarn di pesantrenm dan sistem lingkungan pesantren yang penuh kesederhanaan.

Harun Niam Kabag Kemahasiswaan yang juga menjadi pengasuh santri mancanegara ini menegaskan perlunya santri-santri untuk membangun jaringan, memperbanyak pengalaman, dan memperlajari ke-Islaman  sebanyak mungkin. Ia berharap sepulang dari Indonesia nantinya memudahkan mereka dalam mengimplementasikan nilai-nilai terbaik Islam di Indonesia untuk diterapkan di Thailand dan Afganistan

Akreditasi

Pertegahan 2014 lalu Unwahas telah dikunjungi oleh Tim Asesor dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), akhirnya Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) berstatus sebagai PT yang terakreditasi dengan nilai B.

Status itu berdasarkan surat keputusan (SK) Badan Akreditasi Nasional PerguruanTinggi (BAN-PT) Nomor: 310/ SK/ BAN-PT/ Akred/ PT/ VIII/ 2014.

“Ini adalah hasil yang sangat membanggakan bagi Unwahas terimakasih kepada seluruh civitas akademika Unwahas, para alumni dan mitra yang telah menyukseskan kegiatan akreditasi ini,” ujar Rektor Unwahas Dr. H. Noor Achmad, MA, mengaku puas dengan hasil ini.

Noor Ahmad menambahkan, sesuai keputusan akreditasi dari BAN PT ini, berarti Unwahas telah memenuhi tujuh standar kelayakan meliputi standar tentang Visi, Misi dan sasaran serta strategi pencapaian, standar tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu, standar  mahasiswa dan lulusan, standar sumber daya manusia, standar kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik, standar pembiayaan, prasarana, sarana dan sistem informasi, dan terakhir standar penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat.

Alhamdulillah ketujuh standar tersebut mendapatkan nilai yang baik pada saat visitasi oleh tim asesor BAN-PT,” tandasnya.

Menurutnya, dengan memperoleh predikat “B”, Unwahas terus berupaya untuk melengkapi segala kekurangan yang ada dan mengembangkan kampus berbasis NU ini menjadi kampus rakyat yang menjagat sesuai dengan visinya yaitu menjadi universitas yang unggul ditingkat nasional dan internasional dalam mentransformasikan dan merintis penemuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). (Red: Anam)

Thursday, June 23, 2016

Mengapa Pemerintah Tetapkan Waktu Imsak 10 Menit sebelum Subuh?

[caption id="attachment_2066" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi waktu imsak dan subuh. Foto ilustrasi waktu imsak dan subuh.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama menggunakan waktu imsak 10 (sepuluh) menit sebelum masuk waktu subuh. Penggunaan waktu imsak ini disepakati dalam Rapat Tim Hisab dan Rukyat yang digelar Kementerian Agama di Jakarta, Rabu (22/06).

Rapat ini diikuti oleh perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Al-Washliyah, Persatuan Umat Islam, Universitas Islam Negeri, Bosscha ITB, Mahkamah Agung, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosfisika, Badan Informasi Geospasial, Planetarium Jakarta, serta Pakar Hisab Rukyat Perorangan.

Seperti dilansir kemenag.go.id, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Muhammad Thambrin mengatakan imsak secara bahasa mengandung beberapa arti seperti menahan atau batas waktu memulai puasa. Ulama sepakat bahwa batas waktu memulai puasa tepat pada moment terbitnya fajar shadiq (subuh).

Meski demikian, lanjut Thambrin, sebagian ulama berpandangan bahwa bila waktu subuh sudah dekat maka umat Islam yang akan berpuasa dilarang makan, karena waktunya sudah masuk wilayah cegahan, meski ada juga ulama yang membolehkan makan di waktu syak.

Menurut Thambrin, dalam sebuah hadis Nabi disebutkan; Dari Qatadah, dari Anas bahwa Nabiyullah Saw dan Zaid bin Tsabit bersantap sahur. Setelah rampung dari santap sahur mereka, Nabi SAW berdiri untuk salat, kemudian beliau salat. Kami bertanya kepada Anas, ”Berapa lama antara rampungnya mereka dari santap sahur dan masuknya mereka ke dalam salat?” Ia berkata: ”Kira-kira sepanjang seseorang membaca 50 ayat.”

Berkenaan dengan itu, peserta rapat Tim Hisab Rukyat sepakat untuk memahami jarak waktu selesainya santap sahur Nabi SAW hingga masuk salat (bacaan 50 ayat), dengan durasi waktu 10 menit yang kemudian populer dengan sebutan Waktu Imsak.

Thambrin menegaskan, Waktu Imsak di Indonesia ini tidak dimaksudkan mengubah waktu puasa dengan memajukannya dari batas yang telah ditentukan syariat, melainkan sebagai ikhtiar melestarikan sunnah sekaligus sebagai katup pengaman (tindakan hati-hati) agar kaum muslimin tidak terperosok ke dalam batas larangan.

Ditambahkan Thambrin bahwa kesepakatan ini juga didasarkan pada pandangan tentang Ihtiyathi (kehati-hatian) dan Mahzhuri (siaga). (Red: Fathoni Ahmad)

Kemenag dan USAID Bangun Sinergi Siapkan Calon Guru Profesional

kemenag usaid

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menggandengBadan Pembangunan Internasional Amerika (USAID)PRIORITAS untuk meningkatkan mutu penyiapan calon guru profesional di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).

“Kami akan mereformasi proses penyiapan calon guru di LPTK PTKIN. Ke depan, lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin di sela-sela diskusi dengan para Dekan Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat masukan dalam menyusun grand desaign rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor, Rabu, (22/06).

Kamaruddin mengakui masih adanya kesenjangan antara teori dan konten yang diajarkan di kampus dengan praktik di madrasah dan sekolah. Hal ini berakibat adanya penilaian bahwa proses perkuliahan dan pelatihan di kampus kurang relevan, kurang menarik, serta kurang menantang dan mendukung peningkatan mutu pembelajaran.

“Ada anggapan yang berlaku di masyarakat, jika kualitas guru menurun, maka yang disalahkan adalah LPTK. Hal ini wajar menjadi keluhan karena kampus sebagai penyelenggara LPTK seringkali tidak senafas dengan inovasi di lapangan yang menekankan praktik,” tuturnya.

Menurut guru besar Universitas Alaudin Makassar itu, program reformasi LPTK Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri ini akan mengambil praktik baik yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS. Ada tiga hal utama yang dikembangkan dalam rangka reformasi LPTK PTKIN tersebut.

Pertama, menyusun grand desaign reformasi LPTK yang akan dimulai pada tahun 2017. Kedua, seluruh dosen Fakultas Tarbiyah akan dilatih memfasilitasi perkuliahan dengan pendekatan yang lebih menekankan pada praktik. Ketiga, mengembangkan madrasah lab mitra LPTK PTKIN untuk menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa.

Kemenag juga tengah menyiapkan 100 madrasah model yang akan menjadi mitra LPTK dalam menyiapkan calon guru profesional. Harapannya, bila mahasiswa praktik mengajar di madrasah yang telah menerapkan pembelajaran yang baik, maka dia memiliki pengalaman mengajar yang baik sehingga nantinya juga akan menjadi guru yang baik. Terutama dengan panduan terbimbing dari dosen pembimbing lapangan dan guru pamong bagi mahasiswa.

Sementara itu, Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS, menyampaikan dukungannya untuk rencana reformasi LPTK PTKIN Kemenag. “Kami sudah bekerja sama dengan LPTK untuk menyiapkan fasilitator yang melatih dosen LPTK, melatih dan mendampingi madrasah mitra LPTK untuk tempat praktik mengajar mahasiswa, dan mengembangkan modul dan buku sumber perkuliahan. Dari langkah ini, kami berharap dapat meningkatkan kualitas perkuliahan penyiapan calon guru di LPTK PTKIN,” kata dia dalam penjelasannya di acara diskusi tersebut.

Ajar Budi Kuncoro, University and Stakeholder Coordination Senior Manager USAID PRIORITAS,menambahkan, sejak tahun 2013 hingga saat ini kemitraan USAID PRIORITAS dan 17 LPTK telah berjalan di delapan provinsi, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat. Termasuk di dalamnya, 7 LPTK PTKIN, yakni: UIN Ar-Raniry Aceh, IAIN Sumatra Utara, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, IAIN Walisongo Semarang, UIAN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Alaudin Makassar.

Menurut Ajar Budi, ada 289 MI dan MTs mitra yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan USAID Prioritas, serta lebih dari 4.000 madrasah melakukan diseminasi pelatihan dengan dana APBD maupun dan BOS.

“Kami telah mengembangkan beberapa program untuk mendukung peningkatan mutu LPTK, di antaranya melalui integrasi LPTK dengan sekolah/madrasah, melatih dosen LPTK dalam meningkatkan kualitas perkuliahan pada lima mapel pokok (IPA, bahasa Inggris, IPS, matematika, dan bahasa Indonesia/Literasi) dan manajemen berbasis sekolah sehingga yang disampaikan dalam perkuliahan relevan dengan kebutuhan pembelajaran dan manajemen di sekolah,” ujarnya.

“Selain itu, meningkatkan kualitas program pendidikan profesi guru (PPG) dan praktik pengalaman lapangan (PPL); serta membuat program penelitian tindakan kelas antara guru dan dosen untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas,” tambahnya.

Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Pontianak, Lailial Muhlifah, yang menjadi salah seorang peserta, pengembangan madrasah lab atau madrasah mitra LPTK sangat diperlukan untuk mendukung penyiapan calon guru yang berkualitas oleh LPTK PTKIN. “Kita bisa memberikan pengalaman yang baik bagi mahasiswa calon guru, saat praktik mengajar di madrasah lab atau madrasah mitra. Kita perlu menyiapkan hal ini secara baik,” tukasnya.

Sementara Dekan FTK UIN Walisongo, menyebut pentingnya pelatihan praktik pengalaman lapangan (PPL) yang melibatkan dosen pendamping lapangan, guru pamong, dan kepala madrasah sehingga pelaksanaan program PPL untuk mahasiswa dapat optimal dengan pendampingan terbimbing dari dosen dan guru pamong. “Kita bisa mengembangkan seperti pengalaman USAID PRIORITAS,” tukasnya. (Red: Fathoni Ahmad)

Tuesday, June 21, 2016

Memaknai Peristiwa Nuzulul Qur’an

 

Nuzulul Qur'an

Peristiwa yang bersejarah bagi umat islam di dunia ini telah terjadi. Yaitu Nuzulul Qur’an, dimana pada malam tersebut menurut Jumhurul Ulama’ merupakan malam turunnya alqur’an . Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, dan pada tahun 2009 ini bertepatan dengan tanggal 7 September 2009. Saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang menjalani Ibadah puasa. Dan alangkah baiknya pada bulan yang suci dan penuh ampunan ini, kita dapat memaknai peristiwa Nuzulul Qur’an dengan amalan-amalan shaleh.


Puasa yang telah kita tunaikan sampai saat ini, kira-kira puasa hari ke-16 tidak ada artinya tanpa dilakukannya amalan-amalan shaleh untuk lebih memberikan sensasi tersendiri bagi yang menunaikannya. Apa yang harus kita lakukan supaya puasa menjadi lebih bermakna, khususnya di malam nuzulul qur’an. Alquran sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat islam supaya tidak terjerumus dan menyimpang dari apa yang telah di gariskan oleh Allah SWT dalam Al- qur’an, adalah guide yang harus kita pegang teguh selama hidup (Q.S Al-maidah: 3).


Kita sangat beruntung dapat memenangi bulan Ramadhan tahun ini. Kesempatan ini tidak boleh kita sia-siakan. Banyak sekali keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan ini yang dapat kita peroleh dengan memperbanyak shadaqah, shalat malam berjamaah, memperbanyak amalan akhirat, beribadah di malam lailatul qodar, i’tikaf serta amalan-amalan shaleh yang lain.


Memperbanyak shadaqah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi: Rasulullah pernah ditanya: ”Sedekah apa yang paling utama?”. Beliau menjawab: ”seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan”. Kita harus melihat dunia luar yang didalamnya masih terdapat saudara-saudara semuslim yang sedang membutuhkan uluran tangan kita yang lebih mampu. Nabi muhammad adalah seorang yang gemar bersedekah. Kegemarannya bersedekah, menjadi semakin meningkat di bulan Ramadhan. Salah seorang sahabat telah berkata: ”Sesungguhnya Rasulullah itu lebih pemurah, dibandingkan dengan angin yang berhembus. Dan terutama lagi di bulan Ramadhan.”


Shalat Malam berjamaah. Para ulama terdahulu telah menetapkan di syari’atkannya shalat malam berjamaah (tarawih) pada bulan Ramadhan. Dari Abu Dzar, bahwasanya beliau menuturkan: ”Dahulu ketika kami melakukan shaum/puasa, Rasulullah tidak pernah shalat malam berjamaah bersama kami hingga bulan Ramadhan hanya tersisa tujuh hari lagi. Lalu beliau shalat bersama kami hingga akhir sepertiga malam pertama. Pada malam yang kedua puluh enam, beliau tak lagi shalat bersama kami. Namun malam kedua puluh lima (satu malam sebelumnya), sempat shalat bersama hingga pertengahan malam. Lalu kami bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah tidak engkau sisakan sebagian malam agar kami  menambah shalat sendiri?” Maka beliau bersabda: ” Barang siapa yang shalat malam bersama imam hingga selesai shalatnya, akan dituliskan baginya (pahala) shalat semalam untuknya.”


Dalam hadist tersebut, selain di syari’atkannya shalat malam berjamaah (tarawih) pada bulan Ramadhan, secara spesifik lebih menyiratkan keutamaan shalat malam berjamaah di bulan Ramadhan itu. Walaupun secara umum, juga berlaku untuk setiap shalat jamaah, baik yang fardhu maupun yang mustahab.


Memperbanyak amalan akhirat. Bulan Ramadhan yang berkah ini adalah ladang yang subur untuk menebarkan beragam amal shalih untuk di tuai hasilnya diakhirat nanti. Sebagai santri, banyak tradisi yang sudah menjadi kebiasaan dari pesantren hingga saat ini. Diantaranya adalah tadarrus Al-qur’an di bulan Ramadhan. Ini merupakan kebiasaan baik yang harus di budayakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu banyak dapat kita lakukan seperti memberi makan orang miskin atau mengajak orang berbuka puasa, berdo’a, beristighfar, mempererat hubungan silaturrahmi dan lain-lain.


I’tikaf. Dari Abu Hurairah berkata: ”Nabi dahulu beri’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun di mana beliau wafat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” Dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai muslim yang saat ini sedang menjalani ibadah puasa, menjalani i’tikaf merupakan sunnah nabi, maka sedapat mungkin kita dapat melaksanakannya di sela-sela kesibukan sehari-hari.


Bulan Ramadhan merupakan bulan yang berkah dan penuh ampunan, kecuali dosa-dosa besar. Maka sebagai santri kita harus berlomba-lomba untuk memperbanyak amalan-amalan di bulan Ramadhan dengan tujuan mengharap ridho Allah SWT. (Syafiq Hasan Futhuri, Alumnus Pondok Pesantren Raudlatul ’Ulum, Pati-Jawa Tengah/@viva_tnu)

Sunday, June 19, 2016

Seleksi Guru dan Pembina Asrama MAN IC juga Diikuti Guru Sekolah Umum

[caption id="attachment_2059" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi: Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia. Foto ilustrasi: Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Menjadi guru madrasah unggulan binaan Kementerian Agama ternyata tidak hanya diminati guru madrasah, tetapi juga guru sekolah. Adalah Africelli, guru SMAN 1 Kota Batam yang tercatat ikut ambil bagian dalam seleksi Guru dan Pembina Asrama Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) di Kota Batam.

Africelli tercatat sebagai Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Kota Batam yang merupakan sekolah favorit di Kota Batam. Atas inisiatif sendiri, dia mengikuti proses seleksi untuk bisa menjadi bagian pendidik di MAN IC Batam.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam Zulkifli AK mengatakan, Seleksi Guru dan Pembina Asrama dilakukan untuk mendapatkan guru-guru dan pembina asrama terbaik untuk mengembangkan MAN IC. “Saya memberikan apresiasi kepada Pak Africelli yang notabene sebagai guru PNS di lingkungan Pemkot Batam berkenan mengikuti seleksi ini,” ungkap Zulkifli seperti dilansir kemenag.go.id.

“Tanpa dukungan Bapak dan Ibu Guru, keinginan masyarakat Kepulauan Riau mempunyai madrasah unggul seperti MAN IC tidak akan ada artinya apa-apa,” tambahnya saat memberikan sambutan pada pembukaan seleksi Guru dan Pembina Asrama MAN IC di Kota Batam, Sabtu (18/6).

Adanya keterlibatan Guru PNS Pemerintah Daerah, menurut Sekjen Pendidikan Menengah Universal (PMU) MAN IC Ruchman Basori sangat dimungkinkan. “Ini merupakan buah dari Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani antara Kementerian Agama RI dengan sejumlah Pemerintah Daerah yang bersedia didirikan MAN IC,” ujarnya.

Ruchman berharap keterlibatan Pemda dari mulai menyediakan tanah seluas 10 Ha untuk pembangunan MAN IC, membangun infrastruktur dasar seperti akses jalan, sarana penerangan, pagar keliling dan air bersih serta dimungkinkan secara bersama-sama menyediakan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) menjadi modal yang kuat bagi berkembangnya MAN IC.

Tahapan demi tahapan untuk beroperasinya MAN IC terus dilakukan oleh Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Dari mulai kesiapan bangunan fisik (Ruang Kelas, Asrama, Dapur, Rumah Guru, Laboratorium dan infra struktur lainnya), Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), seleksi Kepala Madrasah sampai pada Seleksi Guru dan Pembina Asrama.

Pelaksanaan seleksi secara serentak dilaksanakan selama dua hari, 18-19 Juni 2016 di 10 Provinsi, yaitu: Kota Bengkulu, Kota Padang, Kota Batam, Bangka Belitung, Sambas, Banjarmasin, Palu, Kota Kendari, Sorong dan Kota Semarang.

Dari data Direktorat Pendidikan Madrasah, peminat Seleksi Guru dan Pembina Asrama MAN IC cukup banyak, mencapai 565 orang. Dari jumlah itu, 372 orang dinyatakan lolos seleksi administrasi dan berhak mengikuti seleksi hari ini. Peserta seleksi di Kota Batam diikuti oleh 12 orang calon Guru dan Pembina Asrama.

Selain Sekjen PMU, tampak hadir mendampingi proses seleksi di Kota Batam, Kankemenag Kota Batam Zulkifli, Kasi Kurikulum Juremi, Kasi PAIS pada Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sarbaini , dan Kasi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kota Kota Batam Zulkarnain. (Red: Fathoni Ahmad)

Luar Biasa! Qari Indonesia Juara Pertama MTQ Internasional di Turki

[caption id="attachment_2054" align="aligncenter" width="640"]Qari asal Indonesia, Zainal Abidin (kanan) saat menerima tropi juara dari Presiden Turki Reecep Tayyib Erdogan, Jumat, 12 Ramadhan 1437/17 Juni 2016. Qari asal Indonesia, Zainal Abidin (kanan) saat menerima tropi juara dari Presiden Turki Reecep Tayyib Erdogan, Jumat, 12 Ramadhan 1437/17 Juni 2016.[/caption]

ISTANBUL, PENDIDIKANISLAM.ID - Qari asal Indonesia, Zainal Abidin menjadi juara pertama tilawah terbaik dalam ajang Musabaqah ke-IV Internasional Holy Quran Memorization (Hafidz) Recitation (Qiraah) Competition yang berlangsung di Masjid Fatih Istanbul, 10-17 Juni 2016.

Kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Turki ini dikuti lebih 40 negara dan dihadiri Presiden Turki Recep Thayeb Erdogan yang menyampaikan sambutan dan selamat kepada para pemenang usai shalat Jumat yang diikuti ribuan jamaah.

Tahun lalu, Indonesia juga berhasil juara dalam cabang Tilawah (Recitation) Al-Quran atas nama Takdir Feriza Hasan, Qari asal Aceh yang juga diundang sebagai tamu kehormatan pada even tahun ini. Sementara cabang Hafidz dimenangkan oleh Abdul Zakir, anak muda asal Bangladesh.

Zainal Arifin kepada Haber TV yang didampingi Ketua PPI Turki, Azwir Nazar mengatakan, sangat senang dan bersyukur bisa diundang ke Turki dan kemenangan ini dipersembahkan untuk Indonesia.

“Alhamdulillah, bersyukur sekali bisa di sini, Turki juga negeri yang sangat indah, semoga kedepannya lebih bisa menjaga dan mengamalkan Al-Quran,” sebut pria asal Ciamis Jawa Barat ini dalam Interview usai bertemu Erdogan dan pembagian hadiah, Jumat (17/6) seperti diberitakan aceh.tribunnews.com.

Ini berarti dalam dua tahun berturut-turut Qari asal Indonesia mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional.

PPI Turki mengucapkan selamat kepada Zainal Arifin, Qari asal Ciamis atas apa yang diraihnya dan berhasil mengharumkan nama Indonesia di Turki dan Internasional.

“Kami sangat terharu dan bangga ternyata Indonesia terus melahirkan orang orang terbaik sebagai negara muslim terbesar di dunia. Kita patut bersyukur dan memberi apresiasi yang tinggi,” ujar Azwir Nazar. (Red: Fathoni Ahmad)

Saturday, June 18, 2016

Selamat! 372 Calon Guru dan Pembina Asrama MAN IC Lolos Seleksi Lanjutan

[caption id="attachment_2051" align="aligncenter" width="640"]Foto ilustrasi: Siswa MAN Insan Cendekia Paser, Kaltim. Foto ilustrasi: Siswa MAN Insan Cendekia Paser, Kaltim.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam akan melakukan Seleksi Calon Guru dan Pembina Asrama Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC).

Seleksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) ini dilakukan untuk mengisi formasi 8 MAN IC yang pada Tahun Pelajaran 2016/2017 akan mulai beroperasi. Dari 565 orang yang mendaftar, 372 peserta dinyatakan lolos seleksi administrasi dan akan mengikuti tahap selanjutnya untuk memperebutkan 160 kursi yang tersedia. Mereka nantinya akan ditugaskan di 8 MAN IC, masing-masing 20 orang guru dan pembina Asrama.

Seperti dilansir kemenag.go.id, proses seleksi secara serentak akan digelar selama dua hari, 18-19 Juni 2016, di 10 Kabupaten/Kota, yaitu: Kota Bengkulu, Kota Padang, Kota Batam, Bangka Belitung, Sambas, Banjarmasin, Palu, Kota Kendari, Sorong dan Kota Semarang.

Direktur Pendidikan Madrasah Ditjen Pendidikan Islam M. Nur Kholis Setiawan mengatakan, seleksi Guru dan Pembina Asrama ditempuh untuk memberikan jaminan kualitas MAN IC yang baru. “Urusan mutu kita tidak main-main. Tidak sembarangan asal comot siapa saja bisa menjadi guru dan pembina asrama di MAN IC, tapi harus melalui tahapan dan seleksi yang ketat,” tegasnya, Jumat (17/6).

“Guru dan Pembina Asrama yang akan diproyeksikan di MAN IC adalah mereka-mereka yang terbaik dari seluruh wilayah di Indonesia,” tambahnya.

Disadari oleh M Nur Kholis Setiawan, guru adalah aktor penting bagi pengembangan Madrasah, apalagi MAN IC dengan ekspektasi kualitas yang sangat tinggi dari semua pihak. “Para orang tua wali murid menitipkan anak-anak mereka karena MAN IC dikenal sebagai madrasah unggulan dengan berjibun prestasi. Makanya, guru menjadi taruhannya,” kata Nur Kholis.

Adapun delapan MAN IC yang telah siap beroperasi adalah MAN IC di Padang Pariaman Sumatera Barat, Bengkulu Tengah Bengkulu, Kota Batam Kepulauan Riau, Sambas Kalimantan Barat, Tanah Laut Kalimantan Selatan, Kota Palu Sulawesi Tengah, Sorong Papua Barat, dan MAN IC Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Menurut M. Nur Kholis, MAN IC dengan sistem boarding school (asrama) meniscayakan ketersediaan Pembina Asrama yag tidak saja menguasai hazanah ilmu-ilmu ke-Islaman klasik dan kontemporer, namun juga aspek pendidikan dan manajerial. “Pembina asrama adalah pengganti orang tua para peserta didik, khususnya dalam pembinaan mental, moral, spiritual dan sosial,” kata M. Nur Kholis Setiawan.

“Kementerian Agama berkomitmen menciptakan produk lulusan yang tidak saja cerdas akal, namun juga emosional dan moral, salah satunya digantungkan pada MAN IC,” tambah Guru Besar Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta ini.

Sementara itu Suwardi, Ketua Pendidikan Menengah Universal (PMU) MAN IC mengatakan, tugas Guru dan Pembina Asrama MAN IC yang merupakan madrasah berasrama tidak mudah. Sebab, pendampingan kepada peserta didik harus dilakukan selama 24 jam maka membutuhkan kesabaran, ketahanan, dan daya totalitas pengabdian.

Materi yang diujikan dalam seleksi adalah test tertulis berkaitan dengan wawasan pengetahuan umum, kependidikan Islam dan wawasan kebangsaan yang dilanjutkan dengan tes wawancara. (Red: Fathoni Ahmad)

Friday, June 17, 2016

Presisi Kurikulum dan Materi Penting dalam Membangun Intelektualitas

[caption id="attachment_2048" align="aligncenter" width="569"]Prie GS, Budayawan Nasional asal Semarang, Jawa Tengah. Prie GS, Budayawan Nasional asal Semarang, Jawa Tengah.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID – Budayawan nasional asal Semarang, Jawa Tengah Prie GS menyampaikan orasi budaya di hadapan instruktur nasional Pendidikan Agama Islam (PAI), akhir pekan lalu di Jakarta. Pria yang juga motivator ini menjelaskan terkait ketepatan (presisi) menyusun kurikulum untuk membangun intelektualitas yang mantap secara budaya.

Di hadapan sekitar 400 instruktur PAI nasional yang terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, dan pengawas pendidikan ini, Prie GS memberikan uraian presisi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari perspektif tokoh dan model tidur seseorang. Dalam kegiatan Sarasehan Nasional bertajuk Potensi Pendidikan Islam menjadi Rujukan Pendidikan Moderat Dunia ini, menurut Prie penting memahami presisi dan ketenangan.

Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat PAI Kemenag ini, dia memaparkan satu per satu model tidur yang selama ini diamatinya, mulai dari tidurnya seorang kepala kantor hingga anak-anak. Menurut Mas Prie, sapaan akrabnya, manusia bisa belajar dari kemurnian tidurnya anak-anak.

Anak-anak, menurutnya, bisa tidur dalam posisi apapun dan dimana pun. Kemurnian ini terkait dengan kehidupan manusia yang terkadang terlalu sibuk dengan kehidupan dunianya sehingga melupakan sisi kemanusiaan pada dirinya.

“Setingkat di bawah anak-anak adalah tidurnya seorang tunawisma. Bayangkan, mereka bisa tidur dengan tenang di atas jembatan tipis yang melintang di atas saluran air. Jika gerak dan miring sedikit saja, selesai itu,” ujar Prie menerangkan foto yang ditunjukkannya melalui slide presentasi diikuti riuh tawa ratusan peserta.

Hal ini, imbuhnya, terkait dengan ketepatan dan ketenangan. Sehingga dalam menyusun kurikulum dan materi pelajaran, para pendidik hendaknya tepat dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi anak-anak, khususnya di zaman modern seperti sekarang. Dia bukan tanpa alasan, karena generasi muda sering dijadikan sasaran agitasi bagi kepentingan kelompok tertentu.

Hal serupa juga dijelaskan oleh Prie dengan memaparkan tokoh nasional dan internasional dari sisi budaya presisi dan ketenangan. Dia secara apik menjelaskan presisi yang dilakukan oleh pebalap Moto GP Valentino Rossi, pebalap Formula 1 Michael Schumacher, Aktor Holywood Tom Cruise, dan penyanyi internasional Maria Carey dalam menjalani profesinya.

Prie juga menjelaskan tentang Presisi budaya dan ketenangan dari seorang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang selama ini dia kagumi. Menurut Prie, Gus Dur mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain. Anehnya, kata dia, Gus Dur kerap hanya melempar joke atau humor dengan tenang. “Selesai masalah,” celetuk Prie diikuti gerrr peserta. (Fathoni Ahmad)

Thursday, June 16, 2016

Ini “SPP” untuk UIN/STAIN/IAIN pada tahun 2016/2017

[caption id="attachment_2043" align="aligncenter" width="858"]Uang Kuliah Tunggal Uang Kuliah Tunggal[/caption]

Jakarta, PendidikanIslam.ID - Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (UKT-PTKN) atau yang akrab ditelinga masyarakat dengan istilah SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) untuk kampus UIN (Universitas Islam Negeri), STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) dan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) pada tanggal 09 Juni 2016 yang lalu telah diputuskan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.


Melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 289 tahun 2016 ini maka Menteri Agama menetapkan UKT bagi program diploma dan sarjana tahun akademik 2016/2017. UKT ini dikategorikan atas beberapa kelompok berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa atau pihak lain yang membiayainya dalam satu (1) semester.


Kategorisasi ini terdiri atas 6 (enam) yaitu kelompok I, II, III, IV, V dan kelompok Bidikmisi. Kelompok I range UKT-nya 0-400ribu. Kelompok II, III, IV dan V bervariasi 1juta – 22 juta (termasuk pada Fakultas Kedokteran) Kelompok Bidikmisi UKT-nya flat 2,4juta.


Dengan sistem UKT ini, maka tidak ada lagi pembayaran biaya gedung, atau biaya uang pangkal, dan lain-lain. Pembayaran UKT dilakukan setiap awal semester baru yang besarnya tetap sejak awal semester I. Misalnya pada semester I anda membayar biaya UKT sebesar Rp. 1.000.000,00 , maka UKT untuk semester berikutnya juga sebesar Rp. 1.000.000,00.


Contoh pembayaran UKT di UIN SUKA misalnya,  dikelompokkan menjadi 3, yaitu UKT I, UKT II, dan UKT III dengan ketentuan: 1) Calon mahasiswa UIN SUKA dari Jalur SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTKIN, dan UM-PTKIN dikelompokkan dalam salah satu dari 3 kelompok UKT tersebut. 2) Calon mahasiswa dari jalur mandiri hanya akan dikelompokkan pada UKT II dan UKT III.


Bagi yang mengalami keberatan dengan besarnya biaya UKT di PTKIN tertua ini misalnya,  maka dapat mengajukan penurunan UKT dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak UIN SUKA. Usulan ini dapat dilakukan pada semester berikutnya. Mungkin hal ini berbeda pada setiap kampus.


Untuk kelompok Bidikmisi, diperuntukkan bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu.  Pengusulan Bidikmisi dilakukan sejak awal seleksi penerimaan mahasiswa baru. Bagi yang bisa mendapatkan Bidikmisi, maka biaya kuliah akan ditanggung oleh Pemerintah. Selan itu, anda juga akan mendapatkan uang saku untuk biaya kehidupan sehari-hari. (@viva_tnu)


Info lebih lanjut silahkan lihat : http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/KMA289TAHUN2016.pdf

 

Wednesday, June 15, 2016

Ma’had Aly: Pendidikan Tinggi Ala Pesantren

[caption id="attachment_2025" align="aligncenter" width="640"]Menggagas Kurikulum Ma'had Aly Menggagas Kurikulum Ma'had Aly[/caption]

Salah satu fenomena penting kajian keislaman di pesantren adalah berdirinya model pendidikan tinggi yang secara khusus mengkaji khazanah keislaman klasik yang diperkaya dengan materi keilmuan kontemporer. Model pendidikan tinggi ini dikenal dengan sebutan Ma’had Aly.


Dari penelitian Marzuki Wahid dkk (2000), pendidikan tinggi yang diselenggarakan Ma’had Aly tidak lebih dan tidak kurang seperti pondok pesantren dengan berbagai kultur dan tradisi yang melingkupinya. Hanya saja karena kekhususannya, dalam hal-hal tertentu Ma’had Aly di berbagai pesantren diberi fasilitas khusus, seperti asrama, ruang kelas, perpustakaan, dan sarana aktualisasi seperti penerbitan atau ceramah di luar pondok pesantren. Yang membedakan dengan yang lain adalah metode pembelajarannya, yang melibatkan santri sebagi subyek belajar, dan tingkatan kitab kuning yang dikaji relatif tinggi, serta cara mengkajinya secara lebih kritis.


Saat ini lebih dari 13 pesantren yang telah menyelenggarakan pendidikan model Ma’had Aly scara reguler, baik dalam arti institusional maupun substansial. Ke-13 Ma’had Aly tersebut adalah ;




  • Mahad Aly Saidusshiddiqiyyah, Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah Kebon Jeruk (DKI Jakarta) dengan program takhasus (spesialisasi) “Sejarah dan Peradaban Islam” (Tarikh Islami wa Tsaqafatuhu);

  • Mahad Aly Syekh Ibrahim Al Jambi, Pondok Pesantren Al As’ad Kota Jambi (Jambi), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

  • Mahad Aly Sumatera Thawalib Parabek, Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek, Agam (Sumatera Barat), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

  • Mahad Aly MUDI Mesjid Raya, Pondok PesantrenMa’hadul ‘Ulum Ad Diniyyah Al Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya, Bireun (Aceh), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

  • Mahad Aly As’adiyah, Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang (Sulsel), dengan program takhasus “Tafsir dan Ilmu Tafsir” (Tafsir wa Ulumuhu);

  • Mahad Aly Rasyidiyah Khalidiyah, Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai (Kalsel), dengan program takhasus “Aqidah dan Filsafat Islam” (Aqidah wa Falsafatuhu);

  • Mahad Aly Salafiyah Syafi’iyah, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo (Jatim), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

  • Mahad Aly Hasyim Al-Asy’ary, Pondok PesantrenTebuireng Jombang (Jatim), dengan program takhasus “Hadits dan Ilmu Hadits” (Hadits wa Ulumuhu);

  • Mahad Aly At-Tarmasi, Pondok Pesantren Tremas (Jatim), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

  • Mahad Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh, Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati (Jateng), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

  • Mahad Aly PP Iqna ath-Thalibin, Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang (Jateng),dengan program takhasus “Tasawwuf dan Tarekat” (Tashawwuf wa Thariqatuhu);

  • Mahad Aly Al Hikamussalafiyah, Pondok Pesantren Madrasah Hikamussalafiyah (MHS) Cirebon (Jabar), dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); dan

  • Mahad Aly Miftahul Huda, Pondok PesantrenManonjaya Ciamis (Jabar), dengan program takhasus “Aqidah dan FIlsafat Islam” (Aqidah wa Falsafatuhu).


Semangat...


Semangat Keilmuan


Sekilas orang akan menyangka bahwa Ma’had Aly sama dengan perguruan tinggi agama Islam yang sudah ada, seperti Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sebagian berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), atau Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) atau lembaga serupa lainnya. Namun jika kita mencoba masuk ke “dapur” Ma’had Aly, maka kita akan menemukan bahwa Ma’had Aly sama sekali berbeda dengan Perguruan Tinggi Agama Islam pada umumnya.


Perbedaan ini bukan semata-mata karena Ma’had Aly dikelola oleh pesantren dan diselenggarakan di lingkungan pesantren, tetapi terutama karena pendidikan tinggi ala pesantren ini lebih menekankan aspek intelektualitas ketimbang formalitas. Pendidikan yang diselenggarakan di Ma’had Aly tidak lebih dan tidak kurang seperti pondok pesantren dengan berbagai kultur dan tradisi yang melingkupinya. Hanya saja karena kekhususannya, dalam hal-hal tertentu Ma’had Aly di berbagai pesantren diberi fasilitas khusus, seperti asrama, ruang kelas, perpustakaan, dan sarana aktualisasi seperti penerbitan atau ceramah di luar pondok pesantren. Yang membedakan dengan yang lain adalah metode pembelajarannya, yang melibatkan santri sebagi subyek belajar, dan tingkatan kitab kuning yang dikaji relatif tinggi, serta cara mengkajinya secara lebih kritis.


Itulah sebabnya, Ma’had Aly sebagai sebuah model pendidikan tinggi di pesantren bisa digolongkan dalam dua jenis; pertama, Ma’had Aly yang secara kelembagaan organisasional dan administratif memang menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi yang berbasis pada tradisi intelektual dan keilmuan pondok pesantren. Dalam pengertian ini, Ma’had Aly memang dikelola oleh suatu lembaga resmi yang ditopang dengan manajemen dan administrasi yang  profesional. Kedua, Ma’had Aly secara substansial. Berbeda dengan yang pertama, model yang terakhir ini tidak dilengkapi dengan kerangka kelembagaan dan organisasi-administratif yang secara khusus mengelola sistem penyelenggaraan pendidikan ini, tetapi dalam praktiknya, pendidikan Ma’had Aly terus-menerus dilaksanakan. Perbedaan kedua model ini terutama terletak dalam pengelolaannya yang sistematis dan terstruktur sebagaimana manajemen pendidikan pada umumnya.


Dalam kategori kedua, banyak pondok pesantren yang bisa dimasukkan di sini. Ukuran tradisi akademik dan intelektual klasik tingkat tinggi itu adalah selain standar kitab kuning yang, menurut orang pesantren, tinggi, juga proses pembelanjarannya tidak saja mengandalkan pembacaan literal dan pemahaman tekstual dari isi kitab dan pemikiran seorang ulama, melainkan telah masuk kedalam analisis isi (dirasah tahliliyyah), pembacaan kontekstual (qira’ah siyaqiyah), dan lebih-lebih kritik atas isi kitab dan produk pemikiran tersebut (dirasah naqdiyyah). Meski tidak seluruhnya terpenuhi, beberapa pondok pesantren bisa dimasukkan dalam kategori ini, yakni misalnya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang, Pondok Pesantren Sidogiri, Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, Pondok Pesantren Al-Ihya’ Kesugihan Cilacap, dan lain-lain.

Ma’had ...

Ma’had Aly Sukorejo: Sebuah Model


Ma’had Aliy Sukorejo Situbondo lahir dari sebuah kegelisahan atas gejala semakin langkanya ulama. Di ujung tahun delapan puluhan, semakin banyak saja kiai-kiai sepuh NU yang alim yang telah meninggal dunia. Sementara di pihak lain, tidak muncul generasi-generasi baru yang terlihat mampu menggantikan posisi keagamaan dan kemasyarakatan mereka. Hal ini merupakan masalah tersendiri bagi pesantren.


Dari suasana psikologis macam inilah alm. KHR As’ad Syamsul Arifin pada tahun 1989 berfikir untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang didisain untuk melahirkan ulama-ulama yang andal dan profesional, terutama ulama yang ahli di bidang fiqh. Sebagai tindak lanjut dari gagasan ini maka diadakanlah langkah awal dengan menyelenggarakan sebuah simposium nasional tentang rencana pendirian Ma’had Aliy. Para nara sumber yang hadir pada simposium waktu itu antara lain adalah KH. MA. Sahal Mahfudz, Prof. KH. Ali Yafi’e, Dr. Fami Saifuddin, MPH, KH. Ma’ruf Amin, Drs. Masdar F. Mas’udi. Para peserta simposium seluruhnya sepakat bahwa berdirinya sebuah lembaga keulamaan sungguh sangat urgen dan mendesak.


Untuk kepentingan itu, maka pada tahun 1990 berdirilah lembaga Ma’had Aliy dengan mengambil konsentrasi dan spesialisasi pada bidang Fiqh dan ushul Fikih. Lembaga tinggi ini diberi nama al-Ma’had al-‘Aliy li al-Ulum al-Islamiyah Qism al-Fiqh. Lembaga inilah yang senantiasa menjadi obsesi Kiai As’ad hingga akhir hayatnya. Bahkan seminggu sebelum Kiai As’ad wafat (4 Agustus 1991), ia masih sempat menitipkan lembaga tersebut kepada KH Ali Yafie dan Dr Fami Saifuddin, MPh, ketika kedua tokoh itu datang ke Sukorejo.


Sebagaimana tercantum dalam statuta Ma’had Aliy, lembaga memiliki tujuan (a) menanamkan etos tafaqquh fiy al-din di kalangan mahasiswa sehingga mereka dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan ajaran Islam dalam derap perubahan zaman; (b) mengembangkan fiqh dan ushul fiqh sesuai dengan ajaran ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah; (c) mengkondisikan mahasiswa dalam suasana yang dapat melahirkan seorang faqih yang mampu memecahkan masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan secara cepat dan tepat; dan (d) menanamkan sikap dan kemampuan mahasiswa agar memiliki kesalehan individual dan kesalehan sosial secara sekaligus. Artinya, disamping sebagai orang yang ‘alim, mereka juga dapat mengetahui mashalih al-khalqi.


Catatan...
Catatan Akhir
Ma’had Aly yang diselenggarakan di berbagai pondok pesantren di Indonesia adalah wujud kongkrit dari sebuah komitmen untuk mengembangkan jenis pendidikan tinggi yang secara khusus mendalami khazanah keilmuan klasik dan sekaligus dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan kontemporer.


Seiring dengan perkembangan zaman, tentu saja Ma’had Aly membutuhkan perhatian ekstra tidak hanya dari pengelola yang bersangkutan, tetapi juga dari masyarakat dan khususnya dari pemerintah. Sebab, dari lembaga inilah diharapkan lahir ulama yang mampu menjembatani kesenjangan antara keilmuan klasik dan keilmuan modern.


Lembaga Ma’had Aly akan diperlakukan sama seperti perguruan tinggi, yakni akan dievaluasi dan diakreditasi. Namun yang terpenting sebetulnya bukan evaluasi dan akreditasi, tetapi juga pengakuan atas lulusan mereka. Sebab, dari segi penguasaan khazanah keilmuan klasik, lulusan Ma’had Aly yang dikelola secara serius seperti Pesantren Sukorejo sesungguhnya jauh melampaui lususan IAIN/UIN. Melihat kontribusi besar yang dihasilkan Ma’had Aly dalam melahirkan kader-kader ulama, maka sangat layak lembaga ini mendapat pengakuan formal, sehingga lulusan Ma’had Aly memperoleh akses yang lebih besar untuk memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari lembaga tinggi khas pesantren ini. (Agus Muhammad, alumnus Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur/@viva_tnu, ed.)



Cara Kepala MAN Model 2 Pekanbaru Mengubah Image Madrasah

17 MuliardiBeberapa tahun lalu, masih ada image yang berkembang di tengah masyarakat Pekanbaru bahwa lulusan madrasah hanya bisa berdoa saja. Muliardi merasa tertantang untuk melakukan perubahan mindset masyarakat yang sudah terlanjur miring tersebut.

Kerja keras dan cerdas Muliardi menjadi guru sekaligus pimpinan MAN 2 Model Pekanbaru kini berbuah manis. Tiga tahun belakangan antusias masyarakat kota Pekanbaru untuk mengantarkan anaknya ke madrasah semakin tinggi. Terlihat grafik perkembangan dari jumlah pendaftar setiap tahunnya meningkat bahkan tahun 2015 ini sampai 1200 pendaftar.

Kepemimpinannya telah terbukti dan mendapatkan prestasi sebagai Kepala Madrasah terbaik tingkat Provinsi (Kanwil Kemenag Provinsi Riau) tahun 2008. Hingga mengantarkan MAN 2 Model Pekanbaru sebagai madrasah terbaik tingkat Provinsi tahun 2009 kemudian menjadi madrasah terbaik tingkat nasional (Kementerian Agama Republik Indonesia) tahun 2010.

Siswa-siswi madrasah ini berturut-turut menjuarai lomba mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa Inggris (Mafikibb). Mereka berhasil memboyong semua medali emas yang dilombakan pada acara Mafikibb tahun 2008, yang untuk kali keempatnya diadakan oleh Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau untuk seluruh Madrasyah Aliyah (MA) se-Riau. Inilah sebagain prestasi yang ditorehkan siswa-siswi MAN 2 Model Pekanbaru.

Akibat torehan berbagai prestasinya inilah, tiga tahun sebelumnya pemerintah kota Pekanbaru menawarkan dan menyediakan lokasi tanah untuk mengembangkan MAN 2 Model Pekanbaru ini. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh kepala sekolahnya. Ia berinisiatif untuk menindak lanjuti tawaran dari pemko tersebut melalui Bapak Walikota Pekanbaru. Lalu berdasarkan usulan dari MAN 2 Model Pekanbaru, tepatnya pada 2014 lokasi tanah yang disediakan oleh pemko tersebut telah selesai dibangun. Sehingga kini proses belajar mengajar telah berjalan dilokasi tersebut hampir selama 2 tahun.

Menjadi MAN Model

Status tanah MAN 2 Model Pekanbaru adalah tanah hibah oleh pemko. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi MAN 2 Model Pekanbaru yang memiliki tambahan satu kampus lagi yakni terletak di Jl. HR. Soebrantas Simpang-Panamatau, yang disebut Kampus 2, MAN 2 Model Pekanbaru. Sementara Kampus utamanya terletak di Jl. Diponegoro No. 55 Pekanbaru yang disebut dengan Kampus 1. Nampaknya visi Pemerintah Kota Pekanbaru yang ingin menjadikan masyarakat Kota Pekanbaru menjadi masyarakat madani sejalan dengan visi MAN 2 Model. Sebagai prasyarat, tentunya membutuhkan iklim yang berorientasi ke arah masyarakat madani. MAN 2 Model Pekanbaru adalah salah satu institusi yang ikut berperan serta mendukung dan terbukti menyukseskan berbagai program dari visi besar tersebut.

Ada beberapa sekolah (madrasah) di Riau kini sudah ada yang menyediakan fasilitas asrama alias boarding school. Pola pendidikan semacam itu pada dasarnya mengadopsi pola pendidikan pesantren. Pada mulanya Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Pekanbaru berasal dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 3 tahun dan selanjutnya berubah menjadi PGAN 6 Tahun. Pada masanya, PGAN sangat populer di kalangan pelajar kota Pekanbaru. Selain terkenal dengan pendidikan agamanya, PGAN juga terkenal dengan ekstrakulikulernya. Pada waktu itu yang paling menonjol adalah Gerakan Pramuka.

Pada tahun 1993, PGAN beralih status menjadi MAN 2 Pekanbaru. Seiring waktu serta pencapaian berbagai prestasi yang diraih, MAN 2 kemudian naik status menjadi MAN percontohan di Riau, hingga namanya berubah menjadi MAN 2 Model Pekanbaru. Bahkan karena perkembangan prestasinya sangat cepat, MAN 2 Model mendapat penghargaan MAN terbaik Nasional kategori Model (Percontohan).

Hal itulah yang kemudian mendorong Kanwil Kementerian Agama Republik Indonesia Riau merencanakan MAN 2 Model Pekanbaru sebagai Madrasah Nasional Bertaraf Internasional pada tahun 2009. Untuk mewujudulkan MAN 2 Model Pekanbaru sebagai Madrasah Nasional Bertaraf Internasional, sekolah itu menjalin kerja sama dengan MAN Insan Cendikia Serpong. Di bawah kepemimpinan Muliardi telah banyak perubahan terjadi di sekolah ini hingga menjadi salah satu sekolah favorit di Pekanbaru.

Selain itu, MAN 2 juga menjalin kerjasama dengan berbagai institusi yang ada di Indonesia dan juga dengan negara tetangga. Misalnya, menjalin kerjasama dengan Unit Pelaksanaan Pengetahuan Bahasa (UP2B) Unri, kerjasama dengan FKIP Unri untuk peningkatan kemampuan guru Sains, Kerjasama dengan SMK Seri Bintang Malaysia.

“Kita sudah teken MoU dengan MAN Insan Cendikia, studi banding ke Malaysia dan juga bekerjamasa dengan Unit Pelaksanaan Pengetahuan Bahasa Unri,” ujar Muliardi, Kepala MAN 2 Model saat ini.

Kerjasama dengan madrasah lain seperti MAN Insan Cendekia Serpong dilakukan sejak ia mendapat amanah menjadi Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Pekanbaru tahun 2007 hingga sekarang. Ia mengaku bahwa kerjasama seperti ini perlu dilakukan  untuk memacu ketertinggalan madrasah dari sekolah umum lainnya. Sehingga ia bersama para pendidik di MAN 2 Model bisa memotret starting poin untuk melakukan sesuatu terhadap kemajuan madrasah. Di antaranya dengan membuat berbagai program seperti Evaluasi Diri Madrasah (EDM), lalu dilanjutkan dengan menyusun Madrasah Development Invesment Plan (Rencana Pengembangan Madrasah) jangka pendek, menengah, dan panjang. Dilanjutkan dengan penyusunan RKT Madrasah (Rencana Kerja Tahunan) kemudian dengan menetapkan RAPBM (Rencana Anggaran Belanja Madrasah), dengan melibatkan seluruh majelis guru dan karyawan dengan berprinsip pada sistem bottom up (dari bawah ke atas) hingga saat ini.

Mengubah Image

Salah satu faktor yang membuat Muliardi merasa gusar adalah adanya isu yang berkembang di masyarakat selama ini bahwa sekolah (madrasah) yang dikelola oleh Kementerian Agama hanya bisa berdoa saja. Dibalik itu ia merasa tertantang untuk melakukan perubahan mindset masyarakat yang sudah terlanjur miring tersebut. Semangat itu ternyata juga dilatarbelakangi oleh agama serta lingkungan keluarganya.

Perubahan yang ia prakarsai tidak selesai sampai di situ saja. Beberapa prasyarat penting lainnya juga telah dilakukannya. Misalnya melaksanakan standarisasi manajemen yang berbasis customer satisfaction (kepuasan pelanggan), yang berorientasi pada SOP dan dimodifikasi berdasarkan standar ISO 9001:2008, serta menjalankan program audit internal setiap tahun terhadap keberlangsungan jaminan mutu melalui konsep PDCA (Plan, Do, Control, Action) yang menitikberatkan pada kepuasan pelanggan. Baik terhadap siswa, majelis guru, dan masyarakat serta menerapkan pengendalian dokumen. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan menerapkan quality assurance dan quality control bagi setiap stakeholder dalam rangka terkendalinya penjaminan mutu madrasah.

Poin penting lainnya adalah melibatkan diri kerjasama dengan FK RSBI (Forum Kerjasama Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dengan merujuk kepada sembilan pilar penjaminan mutu (standar kurikulum, standar PTK, pembiayaan Sarpras, pengelolaan (manajemen) sekolah, manajemen kelas, manajemen peserta didik. Pelatihan dan pengayaan dilakukan melalui workshop pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan melibatkan pihak perguruan tinggi guna untuk mencapai sasaran mutu. Ternyata berbagai langkah tersebut mendapat apresiasi positif dari setiap stakeholder. Mereka membuktikan komitmennya terhadap berbagai langkah untuk memajukan madrasah dengan ditandai pembubuhan tanda tangan yang dipajang di Madrasah (Building Commitment).

Mendapat amanah sebagai pimpinan Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Pekanbaru tidak mudah. Tantangan yang ia hadapi pada prinsipnya berasal dari internal.

“Karena untuk mengajak kepada perubahan harus memiliki perencanaan yang matang,” tegasnya. Ia menambahkan, “Seperti mensosialisakan seluruh kebijakan dan program yang akan dilaksanakan kepada setiap stakeholders di MAN 2 Model Pekanbaru.”

Namun prinsip yang kuat mendorongnya adalah memahami ajaran agama secara kaffah (menyeluruh). “Karena Allah mengatakan bahwa jika engkau menolong agama Allah otomatis Allah akan menolongmu juga,” ujarnya. “Inilah prinsip yang harus dipasang dalam diri dengan niat yang tulus, sehingga setiap prestasi kerja tidak mengharapkan penghargaan semata, dari siapapun melainkan setiap pekerjaan tersebut diniatkan untuk ibadah,” tambahnya.

Pimpinan MAN 2 Model Pekanbaru ini mengaku siap tidak disukai oleh berbagai pihak yang berkaitan dengan madrasah tersebut. Asalkan kebijakan dan keputusan yang ia ambil hanya semata berorientasi pada kemajuan madrasah

Anak ke 5 dari 6 bersaudara ini mengabdi menjadi tenaga pendidik di MAN 2 Model Pekanbaru sejak tahun 1997. Sejak itu, ia mendapatkan penghargaan berupa beasiswa untuk melanjutkan studi ke strata 2 di UPI Bandung. Kembali dari Bandung ia dipercaya untuk mengemban amanah sebagai wakil kepala bidang kesiswaan hingga Agustus tahun 2006. Ditahun yang sama, tepatnya tanggal 1 september hingga saat ini diamanahkan sebagai Kepala MAN 2 Model Pekanbaru.

Cita–cita hidupnya sederhana, yakni bisa berbuat dan memberikan yang terbaik untuk siapapun. Namun ia mempunyai harapan tinggi terhadap MAN 2 Model ini, yakni senantiasa bisa berkompetitif dalam bentuk apapun dengan sekolah umum lainnya termasuk dipertimbangkan dalam berbagai agenda kompetitif lainnya.

Ayah dari tiga anak ini lahir pada 1 oktober 1969 di desa yang dinamai dengan Kuok. Di desa ini ia dilahirkan dan dibesarkan hingga tahun 1988. Kuok adalah daerah yang berlokasi kira-kira 75 KM ke arah barat Pekanbaru dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Sekolah Dasar (SD), MTs, hingga MAN dihabiskan di desa ini. Sementara S1 ia selesaikan selama 4,5 tahun di kota Pekanbaru di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Syarif Kasim dari tahun 1988 sampai Maret 1993 pada jurusan Tadris Bahasa Inggris.

Anaknya yang pertama bernama Muhammad Ibnu Amien, sekolah di MAN 2 Model Pekanbaru kelas XI dan yang kedua Dina Amalia Fitri bersekolah di MTsN Andalan Pekanbaru Kelas VII sementara putra bungsunya, Muhammad Luthfi Rahman masih kelas 4 di SDN 026 Pekanbaru. Sementara istrinya Hj. Tina Mailinda S.Pd juga mengabdi sepertinya sebagai guru di SMKN 1 Pekanbaru.

Kokoh dalam prinsipnya setiap melangkah harus mengharapkan ridla Allah yang Maha Kuasa. “Sehingga setiap gerak-gerik dalam memulai setiap tugas harus mengedepankan niat yang tulus. Dari sini manusia harus yakin bahwa Allah akan senantiasa melihat niat setiap langkah kita,” pungkasnya.

Pentingnya Pendidikan Agama

Nilai penting yang ditanamkan di lingkungan MAN 2 Model Pekanbaru adalah bahwa pendidikan  agama memegang peranan utama untuk menciptakan anak didik yang bermoral dan berakhlak mulia. Pembangunan  di  bidang  agama  terutama  di  bidang  pendidikan  memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam meletakkan  landasan  moral,  etika, sains dan teknologi serta spiritualitas yang kokoh dalam pembangunan di bidang Pendidikan Nasional. Proses pengembangan di bidang pendidikan diarahkan pada upaya  meningkatkan kecerdasan bangsa, meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta  didik  (siswa). Dari sini menurutnya pendidikan  agama merupakan  sarana  untuk menambah  semarak  dan  menambah  kenikmatan  beragama  serta meningkatkan  ketakwaan  terhadap  Allah  SWT.  Karena  berperan  dalam  memlihara  kesatuan  dan  persatuan  bangsa,  apa  lagi  pada  saat-saat sekarang ini.

Madrasah ini merupakan  salah  satu  lembaga  pendidikan  yang  berada  di  bawah  naungan  Kementrian Agama. Salah satu lembaga pendidikan (madrasah) menengah atas yang berstatus negeri. Pada dasarnya Madrasah Aliyah Negeri  (MAN) 2 Model Pekanbaru sudah cukup tua karena nama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) adalah peralihan dari Pendidikan Guru Agama (PGAN) yang kemudian berubah menjadi MAN berdasarkan keputusan Departemen Agama No 64 Tahun 1989 dan No. 42 Tahun 1992 nama  menjadi  Madrasah  Aliyah  Negeri 2 Pekanbaru.

Dan kini, Muliardi terbukti mampu memegang tongkat estafet, memimpin MAN 2 Model Pekanbaru dengan baik. Melakukan banyak terobosan untuk memajukan lembaga pendidikan Islam tersebut. Maka tidak heran bila banyak penghargaan ia dapatkan atas prestasi yang ia raih. Di antaranya, guru Inti tingkat Provinsi dalam bidang studi Bahasa Inggris (Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau) tahun 2001 dan Kepala Madrasah terbaik tingkat Provinsi (Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau) tahun 2008. MAN 2 Model Pekanbaru juga meraih predikat sebagai Madrasah terbaik tingkat Provinsi (Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau) tahun 2009, lalu Madrasah terbaik/berprestasi tingkat nasional (Kementerian Agama Republik Indonesia) tahun 2010. (Red: Anam)

Tuesday, June 14, 2016

Guru: Jangan Benturkan Kami dengan HAM

[caption id="attachment_2014" align="aligncenter" width="629"]Suasana Sarasehan Nasional Guru PAI se-Indonesia. Suasana Sarasehan Nasional Guru PAI se-Indonesia.[/caption]

JAKARTA, PENDIDIKANISLAM.ID – Di hari terakhir kegiatan Sarasehan Nasional Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Selasa (14/6) di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, guru bernama Hayatunnufus menyatakan bahwa tanggung jawab guru dalam mendidik kerap dibenturkan dengan apa yang disebut hak asasi manusia (HAM).

“Kami sungguh tertekan atas nama HAM. Padahal tujuan kami hanya mendidik dan mendisiplinkan siswa,” ungkap guru asal Kalimantan Barat ini saat menyampaikan problem pendidikan di hadapan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Hayatunnufus mengungkapkan unek-unek tersebut mewakili sekitar 400 guru PAI dari seluruh Indonesia yang hadir dalam kegiatan sarasehan nasional itu. Hal ini dia katakan untuk merespon kasus yang membelit seorang guru di Bantaeng, Sulawesi Selatan bernama Nurmayani yang dipenjarakan karena kasus sepele, mencubit siswa didiknya.

“Kasus serupa yang sering muncul yaitu ketika guru mendisiplinkan siswa dengan memotong rambut siswa pria yang gondrong dan terkesan awut-awutan. Bagaimana guru bisa mendidik siswa kalau kewenangan mendisiplinkan kerap dibenturkan dengan HAM,” tukas Hayatannufus.

Dia menjelaskan tentang kewenaangan sekolah dan guru untuk mendidik dan mendisplinkan siswanya. Hal ini, kata dia, tertuang dalam peraturan sekolah yang harus ditaati oleh semua siswa dan dijalankan oleh guru.

Para orang tua juga harus ingat, ketika ajaran baru akan dimulai, diadakan serah terima antara orang tua siswa dan kepada sekolah. Butir-butir kesepakatan pun tertulis dan disetujui oleh kedua belah pihak bahwa orang tua siswa setuju menitipkan anaknya ke sekolah untuk dididik dan didisiplinkan.

Apapun yang guru perbuat, imbuhnya, sama sekali tidak bermaksud menyakiti siswa secara fisik maupun psikologis, melainkan hanya bertujuan mendidik. Tentu hal ini membutuhkan dukungan dari para orang tua agar mental tangguh anak terbangun.

Jadi dari awal hubungan kekeluargaan sudah terbangun antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Sehingga jika ada persoalan antara sekolah dan siswa, hendaknya diselesaikan secara kekeluargaan, bukan sebaliknya sedikit-sedikit lapor polisi.

“Guru juga dilindungi Undang-undang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya,” jelas Hayatunnufus.

Dalam sesi penutupan sarasehan yang dikemas interaktif tersebut, Menag Lukman Hakim Saifuddin didampingi Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag, Amin Haedari memberikan arahan kepada seluruh instruktur PAI nasional yang hadir agar memberikan pemahaman dan pengetahuan yang komprehensif kepada siswa.

“Hal ini untuk membekali siswa terhadap keragaman dan perbedaan yang ada sehingga berpikiran terbuka dan tidak mudah menyalahkan,” ujar Menag dalam Sarasehan bertajuk Potensi Pendidikan Islam menjadi Rujukan Pendidikan Moderat Dunia ini. (Fathoni Ahmad)